Part 47

7.7K 1.1K 155
                                    

Rambut panjang tergerai milik Nevay bertentangan tertiup angin, wajah masih sedikit lesuh, jaket tebal menutup tubuh mungilnya membuat Devnath melebarkan kedua tangannya. Dengan senang hati  Nevay memeluk tubuh kakak sepupunya dengan bibir mengerucut. Hujan yang terus turun dari pagi hari membuat Terangga membawakan jaket untuk Nevay, jaket yang dibelikan Rena beberapa waktu lalu tapi belum sempat diberikan langsung membuat Terangga membawanya saja karena tahu Nevay tak akan membawa jaket.

"Gak sisiran?" Tanya Alarick mengusap rambut Nevay.

"Enak aja, patah hati gini aku juga masih bisa dandan, Kak." Bantah Nevay memukul lengan Alarick kesal, dia melepaskan pelukan Devnath dan duduk dikursi kelas lelaki itu.

"Makan," Elvano menaruh sushi dalam box panjang didepan Nevay bersama sumpitnya.

"Aku rasanya gak mau makan, maunya ngelamun aja." Afrin yang sudah jengah dengan tingkah Nevay menarik kursi di sampingnya. Mengambil sushi menggunakan sumpit dan memasukkannya kedalam mulut mungil Nevay yang bertepatan sedang menguap.

Mata bulat Nevay melotot tak terima, namun dia juga mengunyah sushinya. Sayang juga kalau tak dimakan. Dia menelannya cukup cepat kini beralih mengambil susu yang baru dibawa Evan. Dia memang baru masuk kelas Devnath setelah makan dari kantin dan membelikan susu untuk princess Nevay.

"Nev, nanti malem jalan-jalan ayo. Sepeda motoran keliling kota." Ajak Evan berusaha menghibur adiknya.

"Enggak ah, lagi musim hujan. Takut masuk angin."

"Kamu boncengan sama Kakak aja." Nevay menoleh menatap Afrin dengan gelengan cukup kuat.

"Aku pernah suka sama Kak Afrin, kalau boncengan berdua kondisi gerimis takut baper lagi. Aku gak siap patah hati lagi." Devnath dan kawan-kawan saling pandang dengan senyum miring.

"Yaudah kamu sama Devnath aja, udah paling aman itu."

"Kak Terang gak mau boncengin aku? Kok malah nawarin Kak Dev?" Terangga gelagapan sendiri mendengar pertanyaan Nevay. Dipikirannya Nevay tak mau boncengan dengan Afrin, menolak ajakan Evander berarti Terangga juga ditolak tapi siapa sangka dia berpikir lain.

"Yaudah kamu maunya dibonceng siapa? Pilih sendiri." Ujar Terangga yang mulai frustasi.

"Sama Kak Dev aja," sahut Nevay santai sembari memakan sushinya. Lima lelaki disekelilingnya sudah misuh-misuh mendengar jawaban Nevay. Sedangkan Devnath tertawa pelan dengan tangan mengusap puncak kepala Nevay.

"Anterin ke kelas, aku udah bosen disini. Didepan kelas 11 ada cowok-cowok rese yang waktu itu." Para Kakak Nevay hanya mengangguk dan menunggu princess kecil berjalan terlebih dahulu. Afrin yang duduk disebelah Nevay tadi membereskan sushi Nevay dan menyusul temannya yang lain setelah selesai.

Nevay berjalan paling depan beriringan dengan Devnath, sedangkan lima lelaki lainnya berjalan dibelakang, mengobrol seperti biasa. Devnath dan Nevay juga mengobrol tentang rencana kemana mereka akan pergi malam ini. Apakah taman hiburan, restoran, cafe atau tempat lain yang belum terpikirkan.

"Nih, makan lagi nanti. Kalau udah pulang Kakak belum keluar tunggu didepan ruangan Kakak, ya." Pesan Afrin hanya diangguki oleh Nevay, tanpa berbasa-basi lagi Nevay melenggang masuk ruang kelasnya. Meninggalkan enam kakaknya yang masih memperhatikan dirinya.

"Beruntung banget ya jadi Nevay,"

"Iya, makanya dia songongnya minta ampun." Bisik-bisik dari beberapa perempuan yang sedang bergerombol tak jauh dari posisinya membuat Devnath meliriknya tajam.

Krisan Kesayangan (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang