Pagi-pagi sekali Melisya sudah rapi dengan baju perginya. Dress panjang putih dengan tali spagetti dibalut jaket levis berwarna hitam, sepatu putih serta rambut digerai siap untuk berangkat mengantar Riri ke sebuah desa dimana pegawai Lalita melaksanakan hajatan. Riri yang tak mungkin dibiarkan pergi sendiri berakhir Melisya menemaninya. Sudah satu bulan sejak kejadian dimana dia pergi dari rumah Melisya tak pernah keluar sama sekali, hanya dirumah terus. Membeli apapun juga meminta orang lain membelikannya atau terkadang membeli via online.Rasanya dia malas melakukan apapun dan ini pertama kalinya Melisya merasa seperti itu. Biasanya dia akan bosan dirumah, lebih suka bekerja diluar pulang untuk kumpul keluarga dan istirahat. Berbeda sekali dengan sekarang. Dan juga, kabar dimana Zavy sudah kembali bekerja dengan status baru yaitu duda membuat Melisya semakin malas berangkat pemotretan, untungnya dia memiliki jadwal yang efisien. Semua bisa diatur asistennya yang sekarang memegang Gerda selama Melisya libur.
"Subuh-subuh mau kemana?" Tanya Azzura yang baru keluar kamar bertemu Melisya didepan pintu lift.
"Kan nganter Riri ke desa Mbak Mina, Mommy lupa?" Sahut Melisya sembari menatap Azzura dari atas sampai bawah. Dan senyum Melisya terukir melihat penampilan Azzura, baju tidur sedikit kusut, oh bukan sedikit tapi sangat kusut. Lingkar mata panda juga ada, jangan lupakan rambut panjang Azzura kini masih setengah basah membuat Melisya tahu betul.
"Kenapa senyum-senyum?" Tanya Azzura curiga setelah mengangguk mengingat anaknya dan juga orang tuanya meminta izin membawa Melisya dua hari ke sebuah desa yang Azzura sendiri tak tahu namanya.
"Bikin adik lagi buat aku sama Dev, Mom?" Goda Melisya menaik turunkan alisnya dalam tempo cepat.
Azzura tertawa sangat garing sebelum merubah ekspresi wajahnya menjadi sangat datar dan menarik pergelangan tangan anaknya untuk masuk lift saat pintunya sudah terbuka. Tak berselang lama, saat pintu akan tertutup Gavril datang. Mengenakan sarung, kaos hitam polos dengan rambut masih setengah basah juga.
"Mau kemana bawa tas?" Tanya Gavril melihat Melisya sudah rapi pagi-pagi buta.
"Ke rumah Mbak Mina, kamu lupa, Mas? Maklum sih udah..." Cerocos Azzura tanpa menatap suaminya sama sekali. Gavril yang melihat bibir sedikit monyong Azzura segera menarik pinggang ramping istrinya dan berbisik.
"Umur boleh tua, masalah di ranjang masih juara, Sayang." Bisikan Gavril sangat pelan membuat bulu kuduk Azzura berdiri semua. Oh bukan hanya Azzyura namun Melisya yang mendengar juga merinding, bahkan matanya membelalak karena syok.
"Anaknya belum nikah, mohon maaf. Jomblo juga." Potong Melisya saat Azzura berniat menjawab. Pasangan suami istri itu menatap anaknya dengan senyum salah tingkah, mungkin mereka melupakan keberadaan Melisya saat ini.
"Kamu nyari suami yang gimana, Mel? Anak temen Mommy banyak yang masih jomblo kok."
"Em, tinggi, putih, matanya gak sipit gak lebar, hidung mancung, rambut gak tebel gak tipis, bibir tipis, jantan tapi gak terlalu berotot, badannya bagus dalam artian punya roti sobek biar kuat gendong aku, yang jelas harus di atas aku dalam hal pendapatan tiap bulan."
"Alex?"
"Alexander?" Batin dua pasangan itu berteriak nama Alex dalam waktu bersamaan. Kenapa ciri-ciri yang disebutkan Melisya sangat masuk dalam diri Alex semua.
"Matre banget kamu," sinis Azzura berusaha menekan dirinya agar tak berteriak nama Alex didepan wajah Melisya.
Melisya hanya tertawa pelan sembari keluar dari lift lebih dulu, setelahnya dia duduk di sofa ruang keluarga. Dia mengeluarkan ponselnya terlebih dahulu dan mencari aplikasi penghitung pengeluarannya setiap bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Krisan Kesayangan (End)
RomansMelisya Adriana Armish, gadis cantik berusia dua puluh lima Tahun yang memiliki kehidupan cukup sempurna. Orang tua lengkap dan harmonis walaupun ibunya bukan ibu kandung, tapi ibu tiri. Namun walaupun begitu tak membuat kehidupan Melisya berubah ka...