Nata sedang meminum jusnya ketika Athalla datang dan lagi-lagi membuatnya tersedak karena terkejut.
"Bisa gak sih kalo dateng tuh ya Assalamualaikum, biar gak ngagetin orang!" semprot Nata nyolot.
"Lah, masa gue masuk kantin pake Assalamualaikum," jawab Athalla datar. Nata memutar bola matanya pasrah melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Btw, gue udah dapet kontaknya Yarra!" Wajah Athalla kembali antusias.
"Mana fotonya?" tanya Nata langsung. Selama mereka bersahabat, Athalla hanya punya satu mantan dan gak cakep-cakep amat.
Ngeduain Athalla pula.
"Nih. Cantik banget, kan?" Athalla menyodorkan foto Yarra ke Nata.
Nata rela jadi lesbian kalau Yarra jadi pacarnya. Di sisi lain, rasa percaya dirinya serasa langsung meleleh di lantai kantin sekolah, bercampur dengan tumpahan teh yang lengket.
"Subhanallah ciptaan-Mu. Cakep amat!"
"Pan gue udah bilang."
"Gue kira gak secakep ini!"
"Mau gue deketin."
Nata tersedak lagi.
--
Nata sedang bersantai di kamar Wira, membicarakan hari mereka seperti biasa.
"Tadi gue ketemu Kak Indra, terus dia nitip salam buat lo," ucap Nata sambil memutar-mutarkan bantal di tangannya.
"Wa'alaikumsalam."
Secara tiba-tiba, Nata langsung terduduk tegap, matanya membulat.
"Apaan sih?" tanya Wira kaget.
"ATHALLA MAU DEKETIN CEWEK, BANG!" teriak Nata.
Wira mengangkat sebelah alisnya tidak percaya. "Iya? Gue kira dia homo."
"Ya kan? Gue aja kaget. Mana cantik banget Bang, ceweknya," jawab Nata menggebu-gebu.
"Ceweknya anak sekolah lo? Siapa namanya?"
"Bukan. Dia anak Bina Negara, namanya Yarra. Dia ketemu di bioskop, Bang, tabrakan gitu. Klise banget." Nata mengambil kembali bantal yang terjatuh saat ia duduk tadi, lalu memeluknya erat.
"Lah, lo jealous?" Nata langsung terduduk tegap mendengar ledekan abangnya.
"Apaan dah, ngapain gue jealous," sanggah Nata mantap.
"Percaya."
"Ih, gue bukan jealous," Nata menggumam, "cuma lucu aja kali ya, kalo Athalla akhirnya jadian. Dia lupa gak ya, sama gue? Atau nanti kalo ternyata ceweknya cemburuan terus Athalla gak boleh main sama gue lagi? Atau-"
"DEK!" teriak Wira sambil menepukkan tangannya di depan wajah Nata.
Nata hanya memanyunkan bibir bawahnya, matanya sudah berkaca-kaca. Ia tidak tau sejak kapan ia jadi orang yang cengeng dan baperan seperti ini.
"Ya worst case scenario aja, sih. Gue nanti sama siapa kalo dia sibuk sama ceweknya? Nanti gue mati gaya," keluh Nata sambil merebahkan badannya lagi di kasur.
Wira meninju pelan bahu Nata. "Tenang aja, sesayang-sayangnya Athalla sama pacar baru--"
"Masih nyaris gebetan," sela Nata.
Wira memutar bola matanya malas. "Ya pokoknya, sesayang-sayangnya Athalla sama nyaris gebetannya, yang akhirnya bakal jadi pacarnya, dia gak akan lupa sama lo."
"Ah, lo kayak gak tau orang kalo lagi jatuh cinta gimana. Cinta tuh bikin buta dan bego, Bang. Kalo nanti Athalla lupa sama gue gimana? Gue main sama siapa?"
"Ya udah, masih ada Ari Adi, ada Indra, ada Yanto juga. Sama Rambo. Terus si siapa tuh, temen sebangku lo, Aryssa kan? Temen lo banyak, Nat. Lagian main mulu di otak lo, belajar apa biar pinter."
"Tapi gue maunya Thalla.."
"Masa sampe dia beranak lo mau sama dia terus? Mending lo cari pacar juga, gih. Apa mau gue cariin?" goda Wira berusaha menghilangkan kegelisahan dan kesedihan adiknya.
"Najis lo, kaya gue gak bisa cari cowok sendiri aja. Gue kan cakep, nanti cowok-cowok juga pada nyantol sama gue," ucap Nata pede.
Wira hanya tertawa sambil menjulak kepala Nata. Ia senang, hanya ia satu-satunya orang yang bisa melihat sisi cengeng, manja, baper, lebay, dan pedenya Nata.
----------
3 Juni 2015.
Hai. Dua kata, aku lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Teen FictionYou were mine for a split second, and I couldn't be more grateful for that. copyright © 2015 by ashpirin, All Rights Reserved.