Berusaha untuk berlagak seperti semuanya baik-baik saja ternyata sulit. Dokter Febri memberitahu bahwa Nata mengalami gegar otak karena kepalanya dihantam pada sesuatu yang keras. Entah itu sebuah mukjizat atau bagaimana, Nata tidak ingat apa yang terjadi pada dirinya selama 3 hari ke belakang. Ia hanya ingat ia sedang menunggu Wira di depan sekolah dan tiba-tiba ia bangun di rumah sakit.
Menurut Psikiater dan Neurologis yang menangani Nata, campuran dari gegar otak dan trauma yang Nata alami memaksa Nata untuk melupakan kejadian traumatis tersebut. Atau menurut Psikiater, Nata yang terlalu batu.
"Mungkin Natasha keras kepala ya, jadi dia maksa pokoknya gak mau inget kejadian-kejadian yang jelek," jelas Psikiater Nata tempo hari.
Nata dirawat selama sepuluh hari sampai ia benar-benar pulih sekaligus menjalankan berbagai macam tes lainnya untuk memastikan bahwa tidak ada kerusakan lebih lanjut. Dokter menyarankan agar mereka semua tidak membahas apa yang terjadi pada Nata dan membuat lingkungan yang positif untuk mendukung kepulihan Nata.
Wira menjadi sangat protektif kepada Nata. Sementara Athalla, ia yakin Nata baik-baik saja, jadi ia kembali ke urusannya bersama Yarra.
"Di, Athalla mana?" tanya Nata. Adi, Ari, dan Aryssa sedang berkumpul di rumah Nata. Sekedar bermain di hari Sabtu siang beberapa minggu setelah Nata dipulangkan dari rumah sakit.
"Lah, au. Kan yang biasanya tau elo," jawab Adi bingung. Ia sedang bergulat dengan kembarannya.
Tepat setelah Adi menjawab begitu, Athalla masuk ke rumah Nata seperti ia masuk ke rumahnya sendiri.
"HAI!" sapa Athalla sumringah.
"Nah, panjang umur. Abis ngapain lo? Sumringah amat," tanya Aryssa curiga.
"Eh, sst. Gue ada berita bahagia," bisik Athalla. Ari dan Adi segera menghentikan pergulatannya, Nata dan Aryssa memusatkan perhatiannya ke Athalla.
"Gue.." ucap Athalla pelan.
"Lama lu burung!" gertak Ari.
"SSST AH!"
"Gue.. gak jomblo lagi!" teriak Athalla bahagia.
"Gue kira lo homo!"
"PJ!!"
"Ih, siapa yang mau sama lo?"
"Lo jadian sama cowok mana?"
"Pacar baru lo ganteng gak?"
Berbagai macam sahutan keluar dari mulut empat orang tersebut. Yang dibombardir pertanyaan hanya menyahuti dengan senyuman lebar.
Bahkan ia terlalu bahagia untuk menyahuti hinaan teman-temannya.
"Thal, serius lo? Jadian sama siapa?" tanya Aryssa serius.
"Yarra lah, siapa lagi," jawab Athalla nyolot.
"Ih santai aja dong curut."
"Brisik. Main FIFA yuk."
--
"Udah, nginep aja. Besok Minggu ini. Kasian kalian pulang, kemaleman," bujuk Nata.
"Alah, alibi. Bilang aja kesepian," celetuk Ari.
"Iya udah ah sekalian," rayu Nata. Ia memang kesepian. Ibunya dan Wira sedang pergi.
"Yodah yodah."
"YES! Rys, ayo. Gosip." Nata langsung menarik Aryssa menuju kamarnya, meninggalkan para lelaki dengan Xbox.
"Gak jealous?" tanya Aryssa setelah mereka sampai di kamar Nata.
"Jealous apaan?"
"Athalla jadian."
"Idihalah ngapain amat gue jealous," jawab Nata cuek.
"Nanti Athalla jadi bakal lebih cuek loh. Apalagi kalo ceweknya cemburuan. Tewas lo kesepian," goda Aryssa.
"Kompor banget dah lo monyong. Ya udah sih, temen gue juga bukan dia doang. Nanti juga dia yang kangen sama gue," jawab Nata pede. Toh, dia yakin ucapannya benar.
"Kalo nggak?"
"His loss."
"Sedap."
Setelah itu tidak ada perbincangan yang terjadi di antara keduanya. Mereka sama-sama terdiam, berpikir.
Tanpa mereka sadari, Adi masuk ke kamar mereka. "Weh, tidur rame-rame aja yuk, di bawah."
"Astagfirullah!" teriak Aryssa kaget mendengar suara Adi. Adi tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Aryssa.
"Priceless abis ekspresi lo barusan," ucap Adi di sela-sela tawanya, lalu ia keluar lagi. Aryssa hanya mendengus jengkel.
Nata terkekeh pelan, lalu menarik Aryssa keluar kamar menuju ruang keluarga, tempat para laki-laki berkumpul dan sekarang ada Wira.
"Eh, Thal, lo nembaknya gimana? Ceritain dong," tanya Aryssa.
"Kan gue ngajak dia nonton, nonton The Sinister 2, lah dia nggak takut, malah gue yang takut. Padahal tadinya gue mau modus. Terus selesai nonton, gue ajak makan. Abis itu pas itu baru gue ajak jadian. Pas keluar bioskop, kita udah gandengan. Ya udah cuma gue gandeng abis itu jadian."
"Dih, gak romantis," celetuk Adi.
"Yarra gak suka yang romantis-romantisan, yang penting tulus."
"Alah gombal!"
"Gaya banget lo curut!"
"Najis, sok iye banget."
"Ew!"
Malam itu di ruang keluarga Nata ramai dipenuhi canda dan tawa, namun tanpa mereka sadari, satu hati mulai retak perlahan tertutupi oleh tawa ceria.
----------
5 Oktober 2015.
Baper to da max.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Teen FictionYou were mine for a split second, and I couldn't be more grateful for that. copyright © 2015 by ashpirin, All Rights Reserved.