23

4.4K 298 12
                                    

"Mlekum." Wira menongolkan kepalanya ke kamar Nata.

"Kumsalam," jawab Nata datar, tidak mengalihkan pandangannya dari sebuah novel di tangannya.

"Gimana, si Athalla?" tanya Wira kepo. Ia membaringkan badannya di atas kaki Nata, namun Nata tidak menggubrisnya. Sudah biasa.

"Dia minta maaf, ngasih tau kalo dia putus sama Yarra, curhat dikit, minta maaf lagi, terus gue suruh pulang."

"Anjing? Demi apa?"

"Hush."

Wira merebut buku yang Nata pegang. Nata hendak protes, namun ketika melihat tatapan serius yang diberikan Wira, Nata hanya menghela napas lelah.

"Serius, Bang. Gue suruh pulang. Dia gak ada usaha lagi, dia pulang gitu aja. Ya udah, bukan salah gue," jawab Nata berusaha cuek.

"Jadi lo berharap dia usaha lagi gitu?"

"Ya namanya orang minta maaf, harus usaha lah."

"Gaya banget lo. Gue tau lo sebenernya udah maafin dia."

"Sotoy."

"Nat, gue udah kenal lo seumur hidup lo. Masih aja pengen boong. Kocak."

"KELUAR SONO LO AH!" Nata mengangkat kakinya, menyebabkan Wira terguncang.

"Gue ngasih tau aja ya, jangan nyesel kalo terlambat," ucap Wira serius, lalu berjalan keluar dari kamar Nata.

Telat apaan, Athalla kan gak bisa hamil.

--

Kondisi di antara Athalla dan Nata bisa dibilang sangat canggung. Apalagi ketika mereka sedang berkumpul bersama.

Namun, terlihat jelas bahwa Athalla juga menghindari Nata. Sebenarnya bukan Nata, tapi kondisi canggungnya. Ia lebih sering berkumpul dengan teman-temannya dari klub basket. Sedangkan Nata, ia menghabiskan sebagian besar waktunya di kelas.

Lantas, Adi, Ari, dan Aryssa merasa bahwa sudah saatnya mereka melakukan intervensi. Ketiganya mengatur rencana untuk menghilangkan kecanggungan antara Nata dan Athalla.

Rencana mereka sia-sia.

Tidak sepenuhnya, sih. Athalla melakukan 90% dari rencana mereka sendiri. Otak Adi seperti bergema ketika ia papasan dengan Athalla dan melihat temannya babak belur.

"Lo kenapa anjing?" tanya Adi, rencananya untuk menyulut emosi Athalla dan membuat Nata memisahkan mereka sudah buyar. "Lo brantem sama siapa?"

Athalla menggaruk pelipisnya yang tidak luka. "Ada anak basket. Gue yang salah sih, kesulut emosi."

"ATHALLA!" jerit Aryssa ketika melihat Athalla dari jauh. "Astaga, lo kenapa? Aduh, sini deh benerin dulu muka lo!"

Athalla, dalam situasi lain, akan menebak jika skenario yang terjadi sekarang adalah jebakan. Aryssa akan selalu bertanya lebih dulu sebelum ia bertindak, sekarang perempuan itu hanya menggeretnya ke laboratorium Biologi yang berada di belakang lapangan basket.

Laki-laki itu hanya bisa menghela napas ketika ia melihat Nata sedang duduk di salah satu meja sambil memainkan ponselnya, kedua kakinya berayun. 

"Ngapain sih nih? Gue mau pul-" Nata memotong kalimatnya ketika melihat Athalla. Mereka berdua tatap-tatapan, sampai Athalla tidak bisa menahan kecanggungan di antara mereka dan akhirnya mengalihkan pandangannya dengan kedua lengannya terlipat di dada.

Ia mendengar Nata menghela napas, suara meja berdecit, dan kemudian lengannya di tarik Nata untuk duduk di salah satu kursi. "Ngapain sih lo? Jagoan?" tanyanya sambil mengeluarkan kantung P3K kecil dari tasnya. Sudah kebiasaannya untuk membawa kantung P3K kecil berisi betadine, kapas, hansaplas, paracetamol, pembalut, dan hal-hal darurat lainnya.

Athalla hanya diam, sesekali meringis ketika Nata membersihkan lukanya dengan betadine dan kapas. 

"Jawab."

"Mau jadi preman," jawab Athalla asal.

"Ya udah, gak usah sekolah. Nongkrong aja sana di stasiun, palak-palakin orang lewat. Ngapain sekolah pinter-pinter tapi hobinya gebukin anak orang."

"Orang gue yang digebukin."

"Mampus lo."

"Males gue juga sekolah kalo masih dimusuhin lo," gumam Athalla, merajuk. Ketika ia tidak mendengar Nata membalasnya, ia mengangkat kepalanya untuk melihat gadis itu. Wajah Nata tertekuk aneh, seperti menahan tawa tapi ia juga ingin menahan ekspresi dinginnya. Athalla tahu bahwa ia sudah menang.

Laki-laki itu tersenyum lebar sampai matanya menyipit meskipun luka di daerah bibir dan matanya berdenyut perih. "Udahan, ya, musuhannya? Pliiiiiiis aku mah apa tanpamu!"

"Bacot lo ah." Nata merapihkan kantung P3Knya, kemudian berjalan keluar lab Biologi. Athalla sempat panik, karena ia kira Nata tidak akan memaafkannya, tapi ia melompat dari tempat duduknya dengan senyum lebar dan langkah kaki yang ringan ketika mendengar Nata.

"Ayo cepet anter gue pulang."

----------

7 November 2015.

Subhanallah 2 minggu gak update.

MINE GOT 3K READS WHTTXHSJFNWJXBSICNSI

Gue yakin sih sebagian besar gue yang baca HEHE gadeng. Makasi buat kalian semua yang udah baca!!!! Walaupun cerita ini berantakan banget dan super gajelas super garing super bosenin. Makasih banyak!

Don't forget to vote! xx

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang