20

4.3K 294 10
                                    

a/n

loooots of time skips in this chapter.

--

Sudah sebulan sejak Athalla mendeklarasikan hubungannya dengan Yarra, berarti sudah sebulan juga ia dan Yarra berpacaran.

Nata berusaha menerima keadaan bahwa persahabatannya dan Athalla tidak seerat dulu. Athalla lebih sering menghabiskan waktunya bersama Yarra. Sekalipun mereka sedang kumpul, Athalla lebih sering sibuk dengan ponselnya.

Namun, selama sebulan itu, Nata baik-baik saja. Kehidupannya netral, tidak ada naik atau turunnya. Hanya terkadang ia harus menahan perasaannya ketika melihat Athalla dengan Yarra.

"Ke rumah gue aja yuk!" ajak Adi. Mereka sedang duduk di motor masing-masing, berdiskusi ingin pergi ke mana sepulang sekolah ini.

"Eh, sorry ya, gue gak bisa ikut," sela Athalla tiba-tiba. Ia sedari tadi diam, terfokus pada ponselnya.

"Ah, gak asik banget lo. Ikut lah, lo udah jarang juga ngumpul sama kita," jawab Ari serius.

"Yah, gimana, Yarra minta dianterin nyari kado buat temennya."

"Lo pacarnya apa supirnya?" sahut Nata dingin.

Semuanya langsung terdiam, Adi bersiul pelan mendengar jawaban Nata.

"Lah, kok lo nyolot? Dia cewek gue, gue harus nemenin dia lah. Gue juga gak keberatan nganterin dia, kok lo yang gak suka."

"Dih, gue sih biasa aja. Lo aja yang terlalu bego, mau aja dijadiin supir sama Yarra."

Athalla mendengus. "Nape sih, gak suka aja lo? Gue nganterin dia juga gak ngajak lo, gak ngerepotin lo. Elah."

"Yarraaaa mulu lo urusin, lo terlalu sering nemenin Yarra ke mall lah, ke tempat les lah, ke ragunan lah, lo udah gak pernah kumpul sama kita?! Sekalinya lo kumpul sama kita, tangan lo nempel mulu di HP macem ada lem kayu!" Wajah Nata mulai memerah karena amarah, dan seperti yang semua orang tahu semakin marah ia, semakin mudah ia menangis.

"Rewel banget lo, kenape sih? Lo jealous gue udah gak pernah nganterin lo pulang? Lo jealous lo udah jarang ketemu gue? Lo jealous dulu Ares ma--" sebuah pukulan mendarat di rahang Athalla. Bukan dari Nata, melainkan dari Adi.

"JANGAN KELEWATAN!" teriak Adi geram. Ia mencengkram kerah Athalla keras, sampai buku-buku jarinya memutih.

Nata terpaku mendengar nama Ares. Ia bengong, tatapannya kosong. Lalu seakan teringat sesuatu, matanya melebar. "H-Hah?"

Nata menyerngitkan alisnya, berusaha mengingat semua yang berhubungan dengan Ares.

"Nat, gak usah diinget. Ares bukan siapa-siapa." Aryssa berusaha menenangkan Nata.

"Diem! Gue yakin gue inget sesuatu tentang Ares!" Nata menekan pelipisnya, mulai kewalahan.

Aryssa benar-benar tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikan Nata, karena Nata sangat keras kepala.

"Ares.." gumam Nata pelan.

"Gue nyesel gue gak ngapa-ngapain lo dari pertama kita jalan bareng." Seluruh tubuh Nata gemetar mendengar ucapan Ares, kakinya lemas dan ia benar-benar tidak bisa bergerak.

Ares menjambak rambut Nata yang dikuncir kuda, menggeretnya ke mobil. "Masuk." Perintah Ares.

Kepala Nata menghantam frame mobil dengan cukup keras, membuat kepalanya pusing bukan main, lalu ia tidak sadarkan diri.

Nata terbangun di sebuah ruangan gelap, ia merasakan tekstur kasar di betisnya. Semacam kayu.

Ia berusaha bergerak, namun tangan dan kakinya terhalang sesuatu. Ruangan itu benar-benar gelap, ia tidak bisa melihat apapun.

Ketika ia mendengar langkah kaki dari luar, ia segera memejamkan matanya, berpura-pura tidak sadarkan diri.

Sebuah tangan mengelus pipinya. Nata berusaha untuk tidak bergerak. Ia harap orang itu tidak menyadari pola napasnya yang berubah dan detak jantungnya yang sangat cepat.

"Gue tau lo udah sadar." Suara itu terdengar sangat dekat dengan telinga Nata. Suara Ares.

Nata merasakan air matanya mengalir di pipinya ketika Ares melarikan tangannya ke sekujur tubuh Nata.

Nata menjerit kencang, berusaha memberontak.

"Diem!" Ares menampar wajah Nata. Ia mencengkram paha Nata keras, Nata yakin akan menimbulkan memar.

Nata menangis semakin kencang, lalu Ares berdiri, menjambak rambutnya. Nata menjerit lagi ketika Ares menarik rambutnya, menyeret Nata menuju ujung ruangan.

"You're so stupid," bisik Ares di telinga Nata, lalu Nata tidak sadarkan diri ketika merasakan sebuah kayu menghantam perutnya.

Ingatan itu seperti menyerangnya bertubi-tubi sampai ia duduk terjatuh di parkiran sekolah yang untungnya sudah sepi. "Ares. Gue inget Ares," gumam Nata, air matanya mengalir deras. Aryssa langsung memeluk Nata erat.

"Liat kelakuan lo! Lo kenapa sih?! Sejak jadian sama Yarra jadi bajingan gitu!" teriak Adi, lalu melayangkan tinjunya ke wajah Athalla sekali lagi.

"Adi!" Ari menahan kembarannya sebelum ia menerjang Athalla. Sebelum Ari menarik Adi, Adi sempat menendang perut Athalla. Tidak terlalu kencang, tapi cukup untuk membuat Athalla terjatuh.

Rasa sakit yang Athalla rasakan di rahang dan perutnya tidak seberapa dibandingkan ketika ia melihat Nata bersandar di pelukan Aryssa sambil menangis kencang. Seluruh tubuhnya gemetar, kakinya sudah menyerah untuk menopang tubuhnya.

Athalla berusaha untuk membawa dirinya lebih dekat ke Nata, namun ketika ia berusaha menyentuh lengan Nata, Nata menjerit dan berusaha menjauh. 

"Jauh-jauh lo!" Adi menendang Athalla sebisanya karena tubuhnya ditahan Ari. 

Athalla yakin rasa sakit hati terbesarnya akan selalu menjadi saat ia melihat Nata di gubuk tua itu, tapi rasa sakit itu seperti tidak ada apa-apanya ketika ia sadar bahwa ia menjadi alasan di balik kondisi Nata yang mungkin saja akan memburuk.

----------

5 Oktober 2015.

Double updateee! Karena gue lagi gabut di kelas. Hwhw. Enjoy!

Btw, MINE got 1.6k reads!!! *salto seperti yang dijanjikan*

P.S. Ini sebelum diedit sinetron banget gile???

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang