29

5K 260 16
                                    

Pagi-pagi sekali, Nata pergi menuju rumah Athalla, niatnya ingin mengajak laki-laki pemalas itu lari pagi.

Dengan outfit yang sangat sporty, ia turun dari mobilnya, menuju gerbang rumah Athalla yang terlihat sepi. Nata tidak ada pemikiran apa-apa, karena pasti keluarga Athalla masih tertidur melihat saat itu masih pagi.

"Non, ngapain ke sini?" sapa pembantu keluarga Athalla yang sedang menyiram tanaman.

"Nyari Athalla. Ada?"

"Loh, Mas Athalla lagi ke Bandung, Non, sama Ibu Bapak," ucapnya dengan logat Jawa yang medok.

"Bandung? Ngapain?" tanya Nata sambil mengerutkan alisnya.

"Katanya sih, Mas Athalla lagi tes mau ke Malaysia. Katanya sih begitu."

Nata tersentak kaget, tenggorokannya mengering. Buru-buru ia mengucapkan terima kasih, lalu kembali masuk ke mobilnya.

Ia mengambil ponselnya dari kursi penumpang, lalu segera menghubungi Aryssa, namun tidak diangkat walaupun Nata sudah mencoba menghubunginya dua kali.

Nata memutuskan untuk menghubungi Adi, dan langsung diangkat setelah dering kedua.

"Napa Nat?"

"Di? Kok udah bangun?" tanya Nata basa-basi.

"Gue belom tidur. Kenapa nelfon pagi-pagi?"

"Athalla lagi di mana?" Setelah mendengar pertanyaan Nata, Adi diam sebentar, tidak langsung dijawab.

"Lah, au, kan lo yang biasanya sama dia. Kok nanya gue?" Adi terkekeh, yang terdengar sangat canggung di telinga Nata.

"Adi demi Tuhan kalo lo boong sama gue, sumpah gue gak bercanda," ancam Nata, suaranya bergetar, air matanya sudah menggenang. Jika Nata berkedip, sebulir air mata itu dipastikan akan jatuh di pipinya, diikuti teman-temannya yang sulit dikontrol.

Adi menghela napas panjang, lalu menjawab, "Lo tanya langsung aja Nat ke anaknya, bukan cerita gue."

"Terserah lo anjing!" teriak Nata kasar, lalu mematikan sambungan teleponnya.

Buru-buru ia mengetik nomer HP Athalla yang sudah dihafalnya di luar kepala, lalu menghubunginya. Nyaris Nata memutuskan sambungan telepon karena ia pikir Athalla tidak akan menjawab, namun suara Athalla terdengar di ujung sana.

"Nape cuk?"

"Lo di mana?"

"Lagi di rumah sodara."

"Gak usah boong lo, gue nanya pembantu lo katanya lo lagi di Bandung!"

"Rumah sodara gue di Bandung."

"Ke rumah sodara atau tes universitas?" tembak Nata telak.

Athalla diam untuk beberapa saat, lalu menjawab, "Tes doang, belom tentu diterima."

"Tai lo! Kenapa gak ngomong sama gue?! Gue tau lo pasti diterima, lo pinter Thal! Anjing emang lo ya, temen macem apa lo!" Nata menjerit, air matanya mengalir deras di pipinya.

"Gue disuruh nyokap. Mau nolak gak enak. Lo gak ada di posisi gue, Natasha," ucap Athalla pelan, namun setiap katanya terucap dengan tegas.

"Ya udah, terus apa salahnya ngasih tau gue?! That's why lo males banget ngecek SBMPTN lo waktu itu! Gue udah ngerelain beasiswa gue yang emang gagal, karena gue masih mikir seenggaknya gue kuliah di sini sama lo. Ternyata lo malah di luar kota. Asal lo tau, Thal, gue mendukung 100 persen apapun yang terbaik buat lo. Kalo emang yang terbaik buat lo kuliah di Malaysia or where the fuck ever, fine. Tapi kenapa lo gak kasih tau gue? Buat sekedar telfon, kasih tau, apa susahnya?" tanya Nata sesunggukan. Dadanya sesak, sirkulasi udara seperti terpotong. Ia membuka sedikit jendela mobilnya, lalu menarik napas panjang begitu merasakan angin berhembus pelan.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang