9

4.7K 295 3
                                    

Athalla hanya mandi selama sepuluh menit, pakai keramas.

"Lo cuma kena air doang, ya? Gak sampoan, gak sabunan? Keramas tapi cuma 10 menit," celetuk Dinda.

"Gak penting. Nata di rumah sakit sendirian, gue harus langsung balik," jawab Athalla cepat. Ia segera berganti baju dan memasukkan sepasang baju ganti dan seragam untuk menginap.

"Lo mau nginep? Kan besok sekolah?" tanya Dinda. Ia jelas tidak akan megizinkan adiknya bolos. Athalla sudah sering cabut-cabutan sekolah. "Lagian sekarang bukan jam besuk, kali."

"Gue bawa seragam. Mandi di sana, berangkat dari sana. Rewel dia kalo ditinggal sendiri. Bang Wira lagi kuliah."

"Tha, jauh banget loh dari rumah sakit ke sekolah. Lo mau berangkat jam berapa?" tanya Dinda khawatir. Bagaimana dengan sarapannya?

"Gampang, itu mah. Yang penting Nata gak sendiri," jawab Athalla tegas, menandakan bahwa ia ingin pembicaraan ini berhenti.

Dinda menghela napas. "Ya udah. Lo hati-hati, jangan lupa makan. Jangan bolos. Besok gue jenguk Nata, kalo dia belum pulang." Athalla hanya mengangguk, mencium punggung tangan kakaknya, lalu bergegas kembali ke rumah sakit.

Saat ia datang, ternyata Nata sudah sadar dan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.

"Athalla, hai!" Nata nyengir lebar ketika melihat Athalla datang.

Athalla hanya melirik Nata dengan tatapan dinginnya, lalu duduk di sebelah Wira yang ternyata tidak kuliah.

"Gak kuliah, Bang?" tanya Athalla tanpa menggubris Nata.

"Dosennya ada seminar, jadi di-cancel kelasnya."

"Athalla! Hai!" sapa Nata lagi, kali ini sambil melambaikan tangannya yang tidak diinfus. Wira tidak mengabaikannya dan malah mengeluarkan ponselnya dari kantung.

"Mampus lu," gumam Wira pelan. Athalla yakin Nata sudah menceritakan semuanya ke Wira.

"Apaan si bacot pengen banget diajak ngomong apa," balas Nata cepat.

"Au ah. Udah gue mau pulang, kasian Mama sendirian di rumah. Athalla nginep. Tidur," ucap Wira judes. Sepertinya semua orang sedang menjudesi Nata.

Ketika Wira keluar, Athalla langsung merebahkan tubuhnya di sofa. Ia masih menunggu suster untuk mengantarkan matras untuknya.

"Thal," panggil Nata pelan. Athalla hanya menggumam pelan.

"Athalla." Athalla menggumam lagi.

"Thal, ish!"

"Apaan si?" Athalla akhirnya menjawab.

"Maap."

"Gak mau."

"Ih, gue gak janjian, orang Ares dateng sendiri. Sumpah. Terus gue pulang sama Adi, gak sama Ares."

"Siapa?" tanya Athalla datar.

"Gu--"

"Yang nanya." Lalu sebuah bantal mendarat di wajah Athalla.

--

Keesokan paginya, Athalla berangkat dari rumah sakit naik ojek karena motornya masih ada di kantor Talia. Ia agak tidak ikhlas karena jarak dari rumah sakit ke sekolahnya jauh dan ongkosnya sangat mahal. Dan berkat hal itu, suasana hatinya berantakan saat ia tiba di sekolah.

"Lah, Nata mana?" tanya Adi ketika Athalla masuk kelas dengan wajah suram.

"Dia masuk rumah sakit," jawab Athalla datar.

"Ye bokis banget!" teriak Aryssa dari mejanya saat ia mendengar apa yang diucapkan Athalla. Ia langsung berdiri dari kursinya, lalu menuju ke meja Athalla.

"Tanya aja manusianya kalo gak percaya," ucap Athalla, lalu melipat tangannya di atas meja, lalu tidur. 

Aryssa langsung mengeluarkan ponselnya dari kantung, lalu mengetik nomor ponsel Nata yang sudah ia hapal di luar kepala.

"Hai," suara Nata terdengar.

"Ih! Lo masuk rumah sakit?!" teriak Aryssa.

"Hehe, iya. Athalla udah sampe sekolah?"

"Udah, nih lagi tidur. Ya udah, besok gue jenguk ya. Hari ini gue udah janji sama nyokap mau nemenin doi belanja. Kalo si kembar gak tau deh," ucap Aryssa sambil menatap Adi. Adi menggelengkan kepalanya sambil membentuk tanda X dengan kedua lengannya. "Si kembar gak bisa juga kayaknya."

"Santai aja, susternya udah temenan semua sama gue jadi gue gak kesepian."

"Okedeh. GWS ya sis, dah."

Setelah mematikan sambungan telepon, Aryssa menepuk lengan Athalla, membuat Athalla terlonjak kaget karena ia sedang tidur.

"Apaan si?!"

"Nanti lo ke rumah sakit kan? Gue gak bisa, Ari Adi juga gak bisa."

"Iya lah, bisa nangis bombay Nata kalo gue gak ke sana. Dia gak ada temen."

"Katanya dia udah temenan sama suster-suster di sana."

"Ketauan sih, dari kemaren malem semua suster yang ke kamar dia buat ngasih obat langsung diajak ngobrol," jawab Athalla, lalu kembali menelungkupkan kepalanya.

--

Sepulang sekolah, Athalla mampir dulu ke kantor Talia untuk mengambil motor, lalu ke rumah sakit. Tidak lupa ia membeli tiga batang cokelat titipan Nata. Entah Nata boleh makan cokelat atau tidak, setau Athalla tidak.

"Hai!" Sapa Nata ceria ketika Athalla masuk ke ruang inap Nata. Ia hanya melirik Nata dingin, lalu langsung duduk di sofa dan mengeluarkan ponselnya, tidak menggubris Nata.

"Ih tai banget dah lu, Tuhan aja Maha Pengampun, lu belagu banget gak mau maafin gue," gumam Nata gondok. Athalla tetap tidak menggubris Nata.

"Bodo ah elah!" gerutu Nata kesal. Ia mengambil remot, lalu mengganti saluran di TV menjadi salah satu saluran yang sedang menayangkan kartun.

Dan begitulah sisa hari Athalla, menemani Nata nonton kartun tanpa ada obrolan berlangsung di antara keduanya.

----------

22 September 2015

Edited: 28 Mei 2016

Edited, again: 21 Maret 2021 (damn six years)

Jadi, chapter ini gue rombak total hehehe cuma bagian tengah-akhir doang sih. enjoy!

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang