Athalla baru bisa tertidur pukul tujuh pagi, ia bangun pukul setengah sembilan.
Di meja makan sudah ada Ari, Adi, Wira, Bram, Dinda, dan kedua orang tuanya sedang menikmati sarapan.
"Athalla," sapa ibunya pelan. "Mama udah bilang ke Talia kalo Nata ilang. Sebentar lagi dia ke sini sama polisi. Kamu jangan kemana-mana dulu, katanya mereka ada pertanyaan untuk kamu," jelas Amira.
Athalla mengangguk kaku. Setelah menenggak segelas air putih, ia kembali ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Ia akan lanjut mencari Nata.
Setelah selesai mandi, ia mengecek ponselnya. Tidak lama kemudian, Wira masuk ke kamarnya.
"Ares adiknya temen gue, gue udah nanya ke dia. Tapi dia bilang Ares udah lama gak tinggal sama keluarganya. Dia ngekos sendiri."
Athalla menghela napas panjang, lalu meletakkan wajahnya di telapak tangannya. Kepalanya sakit dan matanya perih.
"Lo tidur lagi aja, nanti kalo Mama dateng gue bangunin. Gak ada gunanya lo keluar kalo lo masih teler kayak gini, malah bahaya."
Athalla memasang earphone-nya, menyetel lagu slow, lalu ia kembali tertidur.
--
Athalla berjalan di sebuah lorong gelap yang sempit. Semacam lorong hotel, namun lebih jelek. Seperti lorong seram di film Insidious.
Ia yakin ia bisa mendengar suara tangis Nata, namun semakin ia jalan ke depan, suara Nata semakin mengecil.
"Athalla!" Athalla yakin 100 persen bahwa itu suara Nata memanggil namanya, tapi Athalla tidak yakin harus berjalan ke arah mana karena suara Nata menggema. Nata bisa di mana-mana.
"Thal.." Athalla terloncat ketika mendengar suara Nata tepat di belakangnya. Saat ia berbalik, mulutnya langsung mengering.
Nata terduduk di sebuah kursi kayu dengan keadaan berantakan, kaki dan tangannya diikat, matanya ditutup oleh sebuah kain hitam.
"Athalla? Tolongin gue!" teriak Nata.
"Nat!" Namun seperti disumpal telinganya, Nata terus-terusan meneriakkan nama Athalla seperti ia tidak mendengar suara Athalla.
"Nata!" Athalla berlari maju ingin menghampiri Nata, namun tubuhnya langsung terbanting karena ia menabrak sesuatu. Seperti pembatas transparan.
Athalla mengulurkan tangannya, tangannya bisa melewati hal itu. Namun ketika ia mencoba maju, tubuhnya kembali terbanting. Tangannya tidak cukup panjang untuk menyelamatkan Nata.
"Athalla! Kok lo gak nolongin gue sih?! Bantuin gue!"
--
Athalla terbangun dengan teriakan kecil dari mulutnya. Mimpi macam apa tadi?
Athalla duduk di kasurnya, tangan kirinya menopang tubuhnya dan tangan kanannya mengusap keringat yang tanpa ia sadari mengalir di pelipisnya. Jantungnya berdegup kencang dan napasnya tersenggal.
Athalla menghela napas kasar, lalu beranjak pergi keluar kamarnya. Sudah ada Talia dan beberapa polisi di ruang tengahnya.
"Athalla, baru aja mau suruh Wira bangunin kamu." Athalla mengangguk kaku, wajahnya datar.
"Ini Pak Rofyan, dia yang mau bantu kita buat cari Nata. Dia ada beberapa pertanyaan untuk kamu," jelas Talia. Athalla tetap mengangguk kaku, lalu Talia pergi.
"Athalla, kamu sahabatnya Natasha, benar?" Athalla mengangguk.
"Kapan terakhir kamu melihat Natasha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Teen FictionYou were mine for a split second, and I couldn't be more grateful for that. copyright © 2015 by ashpirin, All Rights Reserved.