🧑‍🏭 5) SSSHHHH, THIS IS DISTURBING!

2.9K 309 38
                                    

Selamat membaca! Semoga suka!___________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca! Semoga suka!
___________________________________

"Hmmmphh!" berontakku refleks karena terkejut. Mile pun terdorong mundur dan kupelototi, tapi kelopak mataku redup perlahan sejak dia memandangi bibirku. "Phi--"

"Aku ingin cium kamu," sela Mile tanpa mengalihkan pandangan. "Bukankah sejak di kontruksi pernah kubilang begitu? Aku --entah kenapa-- suka melihat bentuk bibirmu. Warnanya, tebalnya, aku benar-benar tidak sabaran kalau soal ini," akunya lalu menaikkan fokus ke mataku. Jantungku pun jungkir balik dan didengar dia. Mile senang. Lalu mendekatiku sekali lagi.

"Hmm," Aku pun mundur hingga kepalaku membentur kaca jendela. Namun, aku tak melawan karena hubungan ini kusetujui. Tapi harus ya berciuman sekarang?! Perasaan waktu di restoran Mile bilang kita berpegangan dulu untuk percobaan. "Hmmp--" gumamku saat bibir Mile kembali menempel. Teksturnya lembut untuk ukuran milik pria, sehingga aku semakin gugup. Dia langsung mengecupku beberapa kali, sangat cepat. Dan belahan bibir Mile membelai syaraf sensitif di bibirku. Menekanku, menjepitku, anehnya lidah pria ini tak segera masuk. Dia menggodaiku dengan sapuan nakal pada rongga mulut. Memintaku membuka akses sendiri, barulah aku memberikannya. Antara geli dan kram bibir, aku pun meremas bahu Mile dan menjambak kerah bajunya. Sadar-sadar ludahku terteguk selama kami saling melumat. Ah--aku cukup menikmati kegiatan ini. "Hnngh." Napasku memburu diantara jarak wajah yang setipis tisu.

Hidung Mile pun terus menyeruduk diantara pipiku. Menghidu kulit kasar, dan menyedot rongga hangatku, tapi dia tidak memberikan kesempatan untuk aku bernapas. Tiap Mile bergerak aku dituntut pandai mencuri udara sendiri. Aku tersengal, dan kepalaku mendongak saat saliva turun setipis benang dari sudut bibir. Ini nyaris seperti kegiatan memakan makanan lezat. Tapi aku adalah hidangan bosku di sini. Dia juga maju untuk membelai pinggangku. Aku terkejut. Lalu terbelalak hingga tanpa sadar menggigit bibirnya.

"Akh--Natta."

"Eh! Eh! Ya ampun, Phi! Phi! Maaf!" kataku refleks menyentuh rahangnya. Mile pun terpejam sesaat. Darah mengalir tipis pada bibirnya. Lalu dia menatapku sebal.

"Obati," katanya sambil menarik tanganku.

"Hah?"

Aku yang terlolong pun bingung karena jarak kami semakin dekat. Aku nyaris menyusruk badannya, lalu kupandangi bibir terluka itu. Maksudnya bagaimana ya? Pikirku.

Aku pun menoleh untuk menilik dashboard mobil Mile (Apakah ada sesuatu yang bisa dipakai di sana) Tapi isinya hanyalah charger. Aku pun berpikir lagi, sementara Mile menungguku bertindak, dan mata itu masih menatap dengan lidahku terjulur. Meski ragu, aku kini menyapu bibirnya yang terluka perlahan. Pasalnya sejak dulu aku diajari Ibu, kalau jatuh dan berdarah 'Sesap saja, Nak dengan air ludahmu! Nanti sembuh!', tapi tak kusangka Mile mau memakai caraku.

Kukira orang kaya seperti Mile akan sangat higienis, over-suci, tapi pria ini malah menciumku lagi. Dia bahkan lupa kami masih di jalan. Aku menubruknya, lalu Mile memeluk pinggangku yang ramping nan berotot. Dia melingkarinya menggunakan dua lengan. Menahanku. Lalu aku mengoyak kemeja bawahnya saat melampiaskan gejolak cemas. Bagian itu pun robek sedikit, aku takut.

𝐉𝐔𝐒𝐓 𝐀 𝐋𝐀𝐁𝐎𝐑𝐄𝐑 𝐂𝐎𝐍𝐒𝐓𝐑𝐔𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang