_____________________
Saya ini belum pernah melakukannya dengan wanita maupun pria.
S-sama sekali.
Phi Mile benar-benar yang pertama kali. Jadi Saya masih sedikit terkejut---
Bisa kita sudah dulu, Phi?
Saya benar-benar bingung seks itu rasanya begini.
Malam itu aku ingin berteriak karena mengatakan hal memalukan. Bukan karena Mile menghina faktanya, tapi dia justru kesenangan. Suamiku pun langsung membantingku ke ranjang lagi. Dia ereksi, padahal baru saja tuntas tiga kali. Dia memposisikan penis di tengah liangku basahku. Lalu menghentak masuk tanpa peduli lelehan air mani yang penuh di dalam.
Gerakan Mile juga makin kasar setiap detiknya. Dia berani karena aku menikmati ini. Tapi jujur aku takut nyawaku melayang karena melayaninya. "Akhhh--nghh--sudah, Phi--! Saya benar-benar tidak bisa lagi--"
Menurutku ini agak keterlaluan, serius. Untung tenagaku jenis yang cukup tangguh, tapi tetap kuakui seks itu lebih melelahkan daripada kerja dikarenakan menguras daya serta emosi. Aku memang tidak pingsan, tapi pandanganku buram berkali-kali. Mile yang menyadarinya pun mengatur kecepatan tumbukannya di dalamku.
Tidak ingat berapa kali kami melakukannya. Aku lelah. Tahu-tahu sudah ketiduran dalam pelukannya yang posesif. Kupikir Mile akan mandi terlebih dahulu seperti hari-hari sebelumnya, tapi ternyata dia betah di sisiku dengan wajah tidur polos. Seperti benar-benar tak berdosa, ya Tuhan.
Aku sadar perubahan Mile besar semenjak kami bercinta, yakni makin perhatian, tapi dia maunya juga sering dimanja.
"Natta mau apa? Kita beli oleh-oleh dulu untuk dipaketkan ke rumah," tawar Mile setiap kami ganti tempat. Semua daerah yang kucoba pun punya hadiahnya masing-masing. Mile antusias, seolah pria ini tidak pernah cemas kehabisan uang.
Aku pun memilih beberapa benda daripada dia marah. Walau yang dibawa pulang jelas lebih dari itu. Katanya harus ada jatah untuk Gabby, Ibu-Ayah, Ibu-Bapak, dan teman-temanku jika memiliki sahabat. Sayang, aku ini bukan orang yang ekstrover, padahal Mile menilai diriku "baik" kepada orang lain. Pertemananku memang tak terlalu berwarna. Semua orang kuanggap sama. Maka jangan heran soal hubungan romansa aku ini benar-benar awam.
Waktuku habis untuk bekerja sejak lulus di bangku SMP. Dulu ikut bengkel motor, tapi besar-besar mulai menguli bangunan. Selain itu aku juga perjaka murni karena malu dengan latar belakangku. Toh gadis jaman sekarang jarang mau dipacari anak orang miskin. Yang susah makan, jarang pulang, tak punya bakat atau prestasi, apalagi titel super membanggakan--aku bahkan lupa siapa gadis yang pernah membuatku tertarik ketika remaja.
Aku hanya onani ketika habis bermimpi basah. Itu pun tidak berani lama karena di rumah ada Ibu-Bapak. Aku mustahil mendesah berisik, karena tempat tinggal kami kecil. Tidak kedap suara. Lebih-lebih tidak punya pintu berkunci di setiap ruang. Kamarku adalah jenis lesehan dengan bilik kecil, isinya hanyalah baju yang digantung pada paku dinding, dan Ibu-Bapak biasa keluar masuk untuk membangunkanku dari tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉𝐔𝐒𝐓 𝐀 𝐋𝐀𝐁𝐎𝐑𝐄𝐑 𝐂𝐎𝐍𝐒𝐓𝐑𝐔𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍 ✅
Fanfiction𝐁𝐎𝐒 𝐗 𝐊𝐔𝐋𝐈 || 𝐇𝐀𝐏𝐏𝐘 𝐄𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 || 𝐀 𝐌𝐚𝐧 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐬 𝐃𝐢𝐠𝐧𝐢𝐭𝐲 Apo Nattawin merupakan seorang kuli bangunan di Pyongdai, Huahin. Dia lelaki yang selalu berjuang di atas kedua kakinya. Dan Apo takkan pernah membiarkan seora...