𝐁𝐎𝐒 𝐗 𝐊𝐔𝐋𝐈 || 𝐇𝐀𝐏𝐏𝐘 𝐄𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 || 𝐀 𝐌𝐚𝐧 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐬 𝐃𝐢𝐠𝐧𝐢𝐭𝐲
Apo Nattawin merupakan seorang kuli bangunan di Pyongdai, Huahin. Dia lelaki yang selalu berjuang di atas kedua kakinya. Dan Apo takkan pernah membiarkan seora...
Aku pun benar-benar dibawa Mile makan malam bersama. Ada orangtuanya di sana. Ada anaknya yang bernama Gabby. Dan ketiga orang ini menatapku beda-beda. Bibi Nathanee senyum sewajarnya, Paman Songkit tampak welcome meski terasa lebih formal, sementara si Gabby menunjukku terang-terangan. "Daddy, itu siapa kok pakai piama-nya Mama."
Oh, shit! Jadi ini piama wanita? Pantas saja motifnya begini.
"Dia? Perkenalkan namanya Phi Natta."
"Ai, halo, Phi Natta," sapa Gabby dengan cengiran kecilnya. Aku pun mengangguk untuk membalas. Lalu berkenalan juga dengan kedua calon mertua (bisa kusebut begitu tidak?). Mereka ternyata baik, tidak seperti orang kaya dalam bayanganku. Pantas anaknya diizinkan menggunakan metode unik dalam mencari pasangan.
Ya, walau agak menyiksa karena aku tak paham cara makan sopan di meja itu. Aku bahkan takut memegang sendok yang mana, centong yang mana. Sebab garpu pun bermacam-macam. Ada yang untuk daging, ada yang untuk buah, untung Mile membantuku sedikit. Dia mengambil piringku untuk diiriskan dagingnya. Ditukar lagi. Barulah dia makan miliknya sendiri.
"Terima kasih," kataku, yang diangguki Paman Songkit.
"Santai saja, Nak. Jangan tegang. Kami sudah tahu apa alasanmu di sini. Jadi, lakukanlah seperti biasa kau makan di rumah."
"Iya, Paman."
Mana bisa aku seenaknya begitu.
Usai makan, aku pun ganti baju dari Mile. Lalu masuk mobilnya untuk diantarkan pulang. Namun, pria ini tidak langsung menuju rumahku. Dia belok dulu untuk membelikan ponsel, dan isinya langsung dilengkapi kartu paketan internet.
"Kulihat-lihat kau bisa memakai ponselku," kata Mile. "Berarti harusnya bukan masalah." Dia menyodorkan paper-bag itu padaku. "Pernah punya sebelumnya?"
"Iya." Aku pun menerima benda tersebut. "Terima kasih."
"Tapi dijual atau rusak?"
"Hm."
"Karena?"
"Belum ganti plat nomor pada waktu itu," kataku. "Belum bayar pembuatan SIM juga untuk mengemudi truck pasir."
"Oh."
"Saya yang penting tidak berhutang," kataku. "Dan soal ini akan Saya bayar kalau punya cukup uang."
"Kau pikir aku mau menerimanya?"
"Phi?"
Mile langsung berjalan keluar toko dengan gemerincing kunci mobilnya. "Ayo cepat. Aku tak sabar bertemu Ibu dan Bapakmu," katanya. "Dan hubungi aku pakai itu mulai sekarang. Set dial up. Kutunggu."