𝐁𝐎𝐒 𝐗 𝐊𝐔𝐋𝐈 || 𝐇𝐀𝐏𝐏𝐘 𝐄𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 || 𝐀 𝐌𝐚𝐧 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐬 𝐃𝐢𝐠𝐧𝐢𝐭𝐲
Apo Nattawin merupakan seorang kuli bangunan di Pyongdai, Huahin. Dia lelaki yang selalu berjuang di atas kedua kakinya. Dan Apo takkan pernah membiarkan seora...
BXB, legal age x legal age, romance, drama, action, marriage life, broken home, cheater, hurt-comfort, mature content (18+), COVID-issue, happy ending ofc.
***
JUST A LABORER CONSTRUCTION
[Hanyalah Seorang Kuli Bangunan]
Written by Kinnporche_STAND
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jika menyukainya, jangan lupa tap follow author + share ke teman-teman sesama fans MA kalian. Terima kasih! 😍✨ _______________________
Baiklah, ini aku. Apo Nattawin Wattanagitiphat. Aku hanya lelaki biasa dengan tinggi yang pantas dipandang mata. Umurku 27, dan domisiliku Desa Pyongdai, Huahin, Thailand. Kalau dilihat di cermin, mukaku lumayan sih, tidak jelek-jelek amat. Kulitku cokelat gelap karena sering kena matahari, tapi aku berotot dengan pak perut bukan karena nge-gym mahal per bulannya, melainkan tempaan keras kehidupan.
Kata para tetangga, sebetulnya lelaki seumuranku pantas menikah. Cari gadis, beranak pinak, lalu memberikan cucu Ibu-Bapak. Tapi maaf, dunia. Aku yang berkapasitas rendah, sempat putus sekolah, dan berkewajiban mengurus orangtua sepuh ini tidak sempat. Ijazahku yang hanya sampai tingkatan SMP tidak laku untuk cari pekerjaan. Jadi, kesimpulannya keluargaku tak semampu itu untuk memperjuangkan mahar dan lain-lain.
Namun, jika terlahir dengan tanpa sendok perak, bukan berarti aku langsung mati, kan? Toh orangtuaku bukan tipe yang suka aneh-aneh. Mereka hemat selama hidupnya. Tidak hobi berhutang, suka menabung. Sayang kata para pebisnis, menabung itu kesalahan fatal bagi umat manusia.
Mereka senang menggunakan semboyan "Jika kau tak bisa menghasilkan uang selama tidur, sampai kapan pun akan miskin. Dan jika kau terus-terusan menabung tanpa memutar uang takkan pernah merasakan kesuksesan." Tapi, ya ... ternyata dua kalimat itu terjadi dalam hidupku. Pertama, kami bertiga adalah golongan yang kurang bekal pendidikan. Kedua, kami sudah bingung memutar uang untuk bayar listrik, air, belanja harian, dan pajak motor setiap tahunnya. Jadi, bisa menabung pun sudah bagus, tapi untuk memutar uang astaga sumpah tidak dulu.
Satu lagi, sebetulnya orang seperti aku tak biasa cerita tentang kehidupannya. Toh aku bukan legenda negara yang pantas berpamer maha karya. Profilku tak cocok dijepret dalam buku biografi. Aku hanya orang kecil, tapi jujur aku sering bermimpi memakai jas bagai anak konglomerat (hei, jangan-jangan aku bukan anak Ibu-Bapak asli?). Namun, itu pemikiran konyol, percayalah. Sebab dua tahun ini aku rutin donor darah. Karena Bapak punya penyakit ginjal. Jadi, tabungan pun menipis demi menutup pengeluaran khusus.
Niatku untuk membuka ruko pun jadi batal, aku lanjut menguli seperti dulu, dan syukurlah gajinya lumayan. Tampaknya proyek pembangunan hotel kali ini punya orang sultan (sultan yang benar-benar sultan, maksudku) karena uang yang kami (para kuli) terima hampir mencapai UMR. Aku senang karena si sultan ini dermawan. Mereka memberikan makanan sehat saat istirahat. Ada sayur mayur, daging ayam, dan nasi yang sangat banyak. Bahkan mereka juga membiarkan kami prasmanan setiap hari.