Happy reading! Semoga suka!
____________________________Terserah jika ada yang tak suka, tapi ini aku lagi: Mile Phakphum Romsaithong. Untuk kesekian kali aku harus datang untuk menggantikan Apo bercerita, karena istriku termasuk tipe ceroboh. Aku heran kenapa begitu. Ini tabiat, kurang didikan, atau memang sudah bawaan dari lahir--namun faktanya Apo sudah dua kali pingsan sejak kami menikah. Dulu masuk danau es, sekarang malah masuk laut langsung.
Aku pun mengangkatnya dari sana, kegendong dia, lalu kuletakkan lagi ke atas pasir terdekat. Demi apapun jantungku nyaris copot karena dia tak bernapas. Batang tenggorokannya kemasukan air, lalu aku memompa dadanya beberapa kali. "NATTA! BANGUN!" teriakku selagi melakukan resustasi. Secara hati-hati aku pun memberikan napas buatan untuknya. Kutepuk pipinya, dan mataku sempat berair. "Sayang, Natta!" bentakku diantara orang-orang yang berkerumun.
Untung istriku batuk dan mengeluarkan air. Lalu aku mendekap tubuhnya ke dada. Menakutkan sekali, ya Tuhan.
Aku pasti gila kalau sampai dia kenapa-kenapa.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk! Uhuk! Phi Mile."
Aku segera mengecup tangannya agar lebih hangat. Tangannya juga kugosok-gosok sangking paniknya diriku.
Kulihat darah mengalir deras dari hidung Apo. Aku mengusapnya, tapi terasa tidak pernah cukup. Aku pun berteriak minta bantuan, seseorang menelepon nomor darurat, karena istriku justru pingsan lagi. Ya, itu wajar. Sebelum kemari badannya memang agak kurang beres, apalagi bola itu kena kepalanya. Kalau sudah begini baru berpikir harusnya kuhangatkan dia di rumah saja, tapi semua sudah terlambat.
Apo pun kugendong ke ambulans begitu datang. Lalu dia diangkut ke rumah sakit. Aku tidak ikut karena tenaga medisnya sudah banyak, toh masih ada mobil juga untuk menyusul. Namun, saat berbalik aku bertatapan dengan dua wajah. Pertama mantan istriku, Pim dan sepupu ayahku, Aro berlarian dengan baju pantai yang terbuka. Itu menandakan mereka sudah di sini sebelum kami, apalagi di belakang ada circle-nya yang ikutan tanding voli.
"MILE! SEDANG APA KALIAN DI SINI?!" tanya Paman Aro.
Aku terlampau muak, jadi hanya menatapnya sebelum pergi. "Kita bicara kapan-kapan lagi," kataku, sementara Pim menatapku di balik badan Aro dengan emosi yang sulit dibaca. Mungkin dia panik, mungkin juga merasa bersalah. Apapun itu dia bukan lagi urusanku, karena saat sidang cerai kami sudah janji untuk melepaskan secara baik-baik.
Tapi kesal juga jika Apo yang kena, meskipun tidak sengaja.
Aku menyusul istriku yang dibaringkan di RS Sukumvit karena memang paling dekat, dan ternyata sudah bangun saat aku datang. Terbilang cepat, kan? Aku tahu Apo tak selemah itu, hanya saja tetap kumarahi dia karena sering membuatku khawatir.
Apo bilang, dia lelaki.
Dengan tenaga yang besar dan fisik yang kuat, harusnya tidak perlu dilindungi sebegitunya. Namun sudah cukup dia sembarangan sebelum menikah. Jika menjadi istriku berarti dia milikku, maka mau tak mau harus jadi bagian hal yang perlu kujaga.
Untung tak ada cedera serius di kepalanya. Usai mimisan berhenti dan dapat obat demam khusus, Apo kubawa pulang meski kami sempat berdebat di mobil. Kupaksa dia masuk kamar. Kulempar dia ke ranjang. Bahkan kukunci dia di dalam sana.
"Phi! Phi Mile! Saya tidak apa-apa! Saya bosan di sini! Saya mau baca buku atau nonton film! Atau bagaimana dengan ponsel Saya? Saya tidak apa-apa kok kalau baca-nya di kamar! Demamnya serius tidak separah itu!"
![](https://img.wattpad.com/cover/339848292-288-k501519.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉𝐔𝐒𝐓 𝐀 𝐋𝐀𝐁𝐎𝐑𝐄𝐑 𝐂𝐎𝐍𝐒𝐓𝐑𝐔𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍 ✅
Fanfiction𝐁𝐎𝐒 𝐗 𝐊𝐔𝐋𝐈 || 𝐇𝐀𝐏𝐏𝐘 𝐄𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 || 𝐀 𝐌𝐚𝐧 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐬 𝐃𝐢𝐠𝐧𝐢𝐭𝐲 Apo Nattawin merupakan seorang kuli bangunan di Pyongdai, Huahin. Dia lelaki yang selalu berjuang di atas kedua kakinya. Dan Apo takkan pernah membiarkan seora...