_________________________________
Hari ini, tahun ini. Untuk kedua kalinya aku ingin menjual ponselku lagi. Jika dulu dikarenakan butuh uang saat membuat SIM, maka sekarang kesehatan Bapak butuh perhatian. Aku kaget ketika beliau muntah-muntah dan mengeluh urine-nya bercampur darah, padahal kemarin baru ke RS. Aku sedih ketika bangun tidur Ibu panik. Lalu memberitahuku bahwa Bapak harus di check-up ulang segera. Ya, namanya dokter juga manusia. Penyakit tak tahu kapan berulah, dan mereka hanya memprediksi saja. Namun, setelah Bapak dapat penanganan khusus di ICU, aku harus berhadapan dengan sistem pembayaran. Gaji 4 kali UMR yang kudapat saat masih di kontruksi sudah habis, padahal harus mempersiapkan lagi untuk jatah rawat inap Minggu depan. Aku pun membolak-balik ponsel pemberian Mile. Kulihat logo-nya adalah apel digigit. Pastinya ini mahal sekali.
Kira-kira 8-10 kali UMR? Aku benar-benar akan menjualnya jika sampai kepepet. Namun, pikiran itu merasuk ke kepala, saat Mile menghubungiku soal kerja di toko. Awalnya aku merasa bisa pura-pura, tapi semakin lama hatiku rasanya sesak. Mana mungkin aku keluar dengan Mile setiap Sabtu dan Minggu seolah tak terjadi apapun, padahal Bapak benar-benar butuh aku. Aku akhirnya menghubungi Mile lagi pas pukul 11 malam. Dan aku tak peduli apakah dia sudah tertidur.
Namun, tak kusangka Mile benar-benar memanggil menggunakan via video, padahal tadi hanya centang satu. Aku pun berupaya menenangkan diri di kursi tunggu hingga panggilannya mati. Lalu menelepon ulang, tapi Mile me-reject demi ganti ke video lagi.
Ah, Phi Mile suka sekali melihat wajah orang, ya? Pikirku. Lalu menekan tombol accept di ponsel.
"Halo," sapaku dengan ekspresi bangun tidur. Tadi sore aku memang ke RS tanpa cuci muka dulu. Sebab kecemasanku soal Bapak lebih besar daripada peduli penampilan. Mile pun kaget melihat rambut megar dan minyak wajahku, tapi dia hanya diam saja. Mile tidak berkomentar apapun. Lalu bertanya aku ada di RS mana karena ingin menyusul. "Di RS Sukumvit Huahin, Phi. Tapi Anda kan sudah rapi mau tidur. Saya malah menyesal kabar ini disampaikan larut malam."
"Kau sendirian di sana?" tanya Mile.
"Ada Ibu juga di sini."
"Sudah makan malam atau belum?"
".... belum."
"Croissant dariku sempat dicicipi?"
Aku pun meneguk ludah. "Maaf, kalau itu juga belum," kataku. "Tapi besok pasti kumakan kok. Jangan khawatir. Jajan croissant kan tahan lama, Phi. Palingan 6-7 hari baru basi. Anda di rumah saja besok kerja."
Mile yang sudah memakai baju tidur super seksi dengan dada terlihat malah turun dari ranjang. Dia meletakkan ponsel di sebelah Gabby (kulihat bocah itu mengemut jari) lalu Mile ganti baju di depan lemari. Dia menyuruhku menunggu tanpa mematikan sambungan (aku hanya melihat langit-langit kamarnya) tahu-tahu Mile sudah berjalan keluar. Kami masih bicara sepanjang jalan, bahkan setelah ponselnya dipasang pada holder ketika dia menyetir.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉𝐔𝐒𝐓 𝐀 𝐋𝐀𝐁𝐎𝐑𝐄𝐑 𝐂𝐎𝐍𝐒𝐓𝐑𝐔𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍 ✅
Fanfic𝐁𝐎𝐒 𝐗 𝐊𝐔𝐋𝐈 || 𝐇𝐀𝐏𝐏𝐘 𝐄𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 || 𝐀 𝐌𝐚𝐧 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐬 𝐃𝐢𝐠𝐧𝐢𝐭𝐲 Apo Nattawin merupakan seorang kuli bangunan di Pyongdai, Huahin. Dia lelaki yang selalu berjuang di atas kedua kakinya. Dan Apo takkan pernah membiarkan seora...