𝐁𝐎𝐒 𝐗 𝐊𝐔𝐋𝐈 || 𝐇𝐀𝐏𝐏𝐘 𝐄𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 || 𝐀 𝐌𝐚𝐧 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐬 𝐃𝐢𝐠𝐧𝐢𝐭𝐲
Apo Nattawin merupakan seorang kuli bangunan di Pyongdai, Huahin. Dia lelaki yang selalu berjuang di atas kedua kakinya. Dan Apo takkan pernah membiarkan seora...
Detik itu, Mile yang dikenal workaholic pun berubah jadi bayi di tanganku. Dengan telaten aku memandikannya termasuk proses keramas. Lalu kukenakan bathrobe ke tubuhnya sebelum kudorong keluar. Sebetulnya tadi suamiku ingin seks di bath-up, tetapi kutolak tegas. Dia harus istirahat dulu setelah bekerja keras. Karena aku yakin dinas jauh lebih melelahkan daripada kuli yang dibantu banyak orang. Mile kunilai memakai pikiran kencang hingga waktu pulang tiba, tapi dia masih ingin jam ranjang setelah aku keluar.
Seperti bocah tantrum, Mile cuma duduk menungguku sejak tadi, seolah ingin dituruti dulu baru mau ganti baju. Matanya memandangku dengan tatapan mesum, tapi begitu aku datang, ternyata dia tak langsung menyentuh. Malahan memuji-mujiku.
Katanya, "Cantiknya istriku," sambil tersenyum, padahal jelas-jelas aku punya penis dengan tubuh berotot kecokelatan. "Sial sekali sering meninggalkan yang seperti ini. Bisa kamu kubawa saja kalau bekerja, Natta? Di koper, misalnya?"
Aku membelai tengkuknya dengan jemari. "Phi mau Saya hisap dulu?" tawarku.
Dia tidak menjawab, tapi betah senyum sampai aku duduk di depan kakinya. Suamiku tampak menikmati momen aku menarik tali bathrobe-nya, lalu mengulum penis besarnya di depan mata. Dia tidak memaksaku membenamkannya ke ujung seperti dulu. Hanya membelai pipiku dengan gesekan jari saat aku butuh jeda. Mile berubah lembut dan nafsunya tak semeledak-ledak saat bulan madu. Membuat aku berpikir apa arti dari pandangannya.
Apa panggilan "Sayang, Natta" ala Mile sungguhan bermakna "Sayang" dan "Cinta?". Aku ingin tahu jawaban tersebut, tapi sulit sekali minta konfirmasi. Tenggorokanku lebih sanggup memuaskan penisnya begini daripada mengeluarkan kalimat penasaran. Karena aku takut jika menjadi satu-satunya yang betulan menaruh perasaan.
Apalagi jika aku dulu yang jatuh hati. Tidak-tidak, serius. Aku tak mau dianggap hina karena profil Mile layak membuat orang tertarik.
Kalau aku ....
.... aku ini hanya ....
.... kuli.
Diakui dan tidak diakui asalku memang begitu. Namun aku tak ingin langsung patah hanya karena menggebu saat mulai menyukainya. Bagiku jam seks memang harus dituaikan seperti ini sejak awal. Aku istrinya, meski lelaki--atau setidaknya Mile memang memandangku sebagai posisi istri kala menarikku dalam anggota keluarga.
Dia pun mendesah sambil menyebut namaku, "Natta--" tapi aku tidak banyak menghindar saat dia klimaks di sisi pipiku. Kupandangi bagaimana raut dia ketika merah nikmat akan sentuhanku. Aku mengulangnya. Tapi Mile sendiri mendorong bahuku agar servis yang kedua disudahi saja. Mile ingin aku berbalik agar bisa menginvasi belahan bokongku. Kuturuti, lalu dia memeluk pinggangku dari belakang sambil mengecup banyak spot yang dia remas.