🧑‍🏭 18) ADDICTED HUSBAND [TAMAT]

3.6K 303 43
                                    

Selamat membaca!! Happy reading!! Jangan lupa tinggalkan jejak! 😁_____________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca!! Happy reading!!
Jangan lupa tinggalkan jejak! 😁
_____________________

Saat menerima bunga itu, yang kupikirkan adalah kenapa Mile tak pernah memberikannya untuk Pim? Apakah dia versi dulu terlalu kaku? Rasa-rasanya tidak, tapi kusimpan pemikiran itu untukku sendiri. "Terima kasih, Phi," kataku, meski segan karena bagiku bunga terlalu sakral untuk diberikan untuk lelaki. Lebih-lebih mawar. Warna merahnya merupakan lambang keindahan di mataku.

"Kamu suka?"

"Suka kok, ini bagus," kataku. "Tapi saat masuk resto tak apa ditinggal? Saya tidak PD membawa buket di tempat umum."

Suamiku pun diam sejenak. "Oh, tentu," katanya. "Tapi sebaiknya dipajang sampai rumah. Aku senang jika melihatnya di dalam kamar."

"Iya."

Usai memesan di resto, aku pun menikmati dua jenis appetizer, yakni canape dan shrimp cocktail bersama Mile. Kebetulan entah kesialan restoran itu ternyata penuh, padahal jam sudah menunjuk pukul 10 sehingga kami tidak mendapatkan tempat privat. Aku tak lagi masalah karena bisa table manner, tapi orang lain pasti sadar penampilanku awut-awutan. Rambut berantakan, wajah berminyak, muka bangun tidur, tidak nyaman duduk, apapun itu pokoknya risih sekali.

Mile sendiri menawariku pindah tempat atau pulang sekalian, tapi aku menolak karena itu buang-buang waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mile sendiri menawariku pindah tempat atau pulang sekalian, tapi aku menolak karena itu buang-buang waktu. Tidak masalah, Phi. Toh aku juga sudah sangat lapar.

Sayang pilihanku punya konsekuensi besar, sebab Pim dan circle-nya tiba-tiba masuk seolah mereka baru pulang pesta. "Wah, Tuan Natta!" sapa-nya karena merasa kenal padaku. Aku pun tersenyum dan mengangguk kecil. Lalu mereka duduk tak jauh dengan kami berdua.

Sebetulnya aku tidak masalah dengan Pim-nya, karena dia baik--sejauh penilaianku. Namun, jauh di lubuk hatiku penasaran. Kenapa circle dia orang-orang yang seperti itu? Secara kompak aku dan Mile pun saling berpandangan. Lalu menguping diam-diam sambil menikmati makan malam. Obrolan mereka ternyata seputar fashion, kerjaan, gosip, dan life-style sehari-hari--bahkan yang lelaki pun pro dengan komplotan sosialita itu.

𝐉𝐔𝐒𝐓 𝐀 𝐋𝐀𝐁𝐎𝐑𝐄𝐑 𝐂𝐎𝐍𝐒𝐓𝐑𝐔𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang