"Semua sudah ada yang mengatur. Jikalau memang takdir, kita pasti bertemu kembali Ra. Aku berjanji akan berjuang untuk kesembuhanku agar kita bertemu kembali, Ra."
Tertanda, Karsa Artana
Surat peninggalan Karsa ketika Raya masih berusia tujuh belas tahun. Membaca surat itu membuat dada Raya menjadi sesak. Bagi Raya, itu adalah ulang tahun terburuknya.
Raya berusaha untuk tidak menangis. Dia memeluk erat secarik kertas itu. Ternyata dia terlalu munafik untuk berkata bahwa akan merelakan Karsa.
"Maaf, Sa. Aku belum bisa relain kamu," gumamnya.
"Raya!"
Mendengar suara ayah dari balik pintu, Raya segera merapikan surat Karsa dan membuka pintu kamarnya.
Gani tersenyum melihat putrinya. "Ada si penyelamat tampan di bawah," ujar Gani membuat Raya mengernyit.
Sejak berkenalan dengan Nanda, pria yang menjabat sebagai ayah Raya selalu memanggil pemuda itu dengan sebutan 'si penyelamat tampan'. Ralat bukan Nanda, tapi kak Nanda. Alasannya tentu saja karena Nanda empat tahun lebih tua darinya.
"Kak Nanda dateng pasti ayah yang suruh 'kan?"
Ups! Gani ketahuan. Pria paruh baya itu hanya menampilkan senyum lebar, membuat Raya kembali menghela napas.
"Ayah kayaknya suka banget ya sama kak Nanda?" tanya Raya curiga.
"Bukan, nak. Ayah hanya senang aja bisa ketemu Nanda. Ayah senang ngobrol sama dia."
Raya menampilkan senyum terpaksa. Apa asyiknya berbicara dengan laki-laki seperti Nanda? Paling tidak jika diajak bercanda, Nanda malah hanya tertawa canggung.
"Yaudah sana gih pergi bareng Nanda. Katanya mau pergi beli peralatan gambar kan?" Gani mendorong pelan punggung putrinya.
Nanda hanya tersenyum tipis melihat kedatangan Gani dan Raya. Pemuda itu menatap hangat gadis bersurai hitam di depannya.
"Kamu sudah siap untuk pergi?"
"Sudah, kak."
Nanda dan Raya kemudian berpamitan pada Gani. Tanpa berlama-lama, mereka pun segera pergi ke tempat tujuan.
Mendengar suara mesin mobil menyala, Tari serta suami keluar dari tempat persembunyiannya. Mereka bertiga ber-tos riya, merayakan bahwa proses pendekatan Nanda dan Raya sudah melewati satu tahap.
_____
Selama perjalanan, Raya dan Nanda hanya diam. Di dalam mobil hitam itu, hanya ada keheningan. Raya sendiri juga bukan tipe orang yang suka memulai obrolan. Rasanya mengobrol itu melelahkan kecuali jika dengan Karsa.
Nanda membukakan pintu mobil untuk Raya. Tanpa ekspresi, membuat Raya dongkol sendiri.
"Kak, jalannya jangan di belakang. Nanti dikiranya gimana-gimana gitu," ujar Raya membuat Nanda langsung berjalan di sampingnya.
Nanda melirik gadis di sampingnya. Meski Raya cukup cuek, tapi Raya juga perhatian. Hati Nanda jadi bingung menanggapi, tapi satu yang pasti, setiap kali Nanda melihat Raya, hati Nanda selalu bahagia. Sejuk saja rasanya melihat wajah Raya.
"Kakak mau alat menggambar juga?" Pertanyaan Raya membuat lamunan Nanda seketika lenyap.
"Enggak. Saya cuma pengen anterin kamu."
Jawaban Nanda membuat Raya berhenti melangkah.
"Yaudah nanti selesai beli alat menggambar, aku traktir makan, ya?" Raya menatap manik coklat Nanda.
"Saya aja yang traktir. Saya ga miskin kok," sahut Nanda membuat Raya kembali dongkol.
Raya meninggalkan Nanda. Gadis itu merajuk, jadi masuk toko sendirian. Sebenarnya Raya cuma capek, bicara sama Nanda bikin kesal. Keseringan menolak niat baik orang soalnya.
Selesai membeli peralatan menggambar. Raya dan Nanda pergi mencari makan. Sesuai kesepakatan, Nanda lah yang membayarnya, tapi Raya yang menentukan tempat makan.
Makan sate dipinggir jalan adalah yang terbaik. Bukan Raya yang menyarankan, melainkan Nanda. Raya malu sendiri jadinya, dia lupa bahwa dia belum lama tinggal di sini. Jadi tidak tahu tempat kuliner yang murah di Jogja.
"Satenya enak?" Raya mengangguk.
"Ini tempat langganan saya kalo bingung mau makan di mana. Tapi saya gabisa makan bareng sama bumbunya," tutur Nanda sambil menatap Raya.
"Kenapa, kak?" Raya berhenti menyantap makanannya.
"Saya alergi kacang."
Tiga kata itu berhasil membuat Raya menatap sedih Nanda. Raya pun menyudahi makannya dan mengajak Nanda untuk mencari makanan lain, tapi seperti biasa, laki-laki itu menolak halus tawarannya.
Raya kembali kesal. Namun, kekesalannya tiba-tiba saja hilang melihat sebuah andong berjalan ke arahnya.
"Kamu mau naik?" tawar Nanda membuat Raya mengangguk.
"Tapi aku yang bayar ya, kak?"
Nanda ingin menolak lagi, tapi Raya lebih dulu menyela sebelum laki-laki itu berucap. "Aku juga ga miskin kok, kak. Jadi aku yang bayar."
Mata Nanda membulat. Laki-laki bersurai coklat itu mengangguk, membuat Raya langsung sumringah. Kedua sudut bibir Nanda sedikit naik melihat gadis di depannya tersenyum.
Duduk di atas kendaraan tradisional Jogja, membuat Raya dan Nanda begitu menikmati perjalanan. Meski keduanya sama-sama diam, tapi Nanda tak mengalihkan pandangannya dari Raya. Laki-laki itu terus menatap Raya.
Semburat merah muncul di sekitar pipi Nanda ketika Raya tersenyum padanya. Raya mengernyit heran melihat Nanda langsung berpaling darinya. Dasar cowok aneh!
"Besok kamu kalau mau pergi telpon saya aja, ya?"
"Kalo inget kak," balas Raya membuat Nanda menyungging senyum.
Tanpa lama-lama, Nanda kemudian pamit dan melenggang pergi bersama mobilnya.
Raya menatap mobil Nanda yang perlahan mulai buram dari pandangan. Gadis itu segera masuk ke dalam rumah. Tadinya, dia berpikir bahwa rumah begitu ramai, ternyata hanya ada adik-adik sepupunya yang tidur di sofa ruang keluarga.
Sepertinya ayah, tante, serta omnya sedang pergi.
Raya menduduki dirinya di kursi belajar adik sepupunya. Gadis itu kembali membuka buku sketsanya yang lama. Di sana dipenuhi oleh wajah Karsa, cinta pertamanya.
Dulu, Raya selalu mengabadikan momen kebersamaannya bersama Karsa di dalam gambar. Tapi sekarang, Raya tidak bisa melakukannya lagi, Raya harus melupakan Karsa, dan membuka lembaran baru di dalam hidupnya.
Omong-omong soal Karsa, Raya jadi mengingat Aksa. Laki-laki yang sudah tak dijumpainya selama satu pekan. Aksa begitu mirip dengan Karsa, hanya beda bentuk wajahnya. Aksa begitu mengingatkan dirinya dengan Karsa.
Raya ingin bertemu kembali dengan Aksa. Mungkinkah besok dia harus pergi ke alun-alun supaya bisa bertemu dengan Aksa?
![](https://img.wattpad.com/cover/334912300-288-k166888.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Tanah Jogja [END]
Teen FictionIni tentang Raya yang belum lama ditinggal pergi oleh kekasih hatinya. Namun, takdir begitu cepat memindahtangankan pilihan kepadanya. Dia dipaksa memilih. Memilih Aksa-laki-laki yang mirip dengan masalalunya, atau Nanda-laki-laki yang telah menjad...