Ia meratapi dirinya di cermin sejenak setelah berganti pakaian dengan piyama. Mereka sudah sampai di rumah baru mereka dan tinggal disana. Semua terpikir kembali dan yang paling utama perkara malam pertama. Ia gugup, ia takut, ia bimbang. Bagaimana ia akan memberikan Seokmin malam pertama yang indah? Dirinya saja menikahi Seokmin hanya karena sebuah permainan truth or dare. Pasti dirinya tidak akan memuaskan Seokmin sama sekali dan Seokmin pasti akan marah kepadanya. Memikirkannya saja Jisoo sudah pusing bagaimana menghadapi Seokmin secara langsung nanti?
"Ada apa?"
Seokmin menepuk pundak Jisoo yang sedang bercermin. Jisoo terkejut, tetapi ia pintar mengubah raut wajah dengan cepat.
"Tidak ada apa-apa."
Jisoo membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan Seokmin kemudian tersenyum singkat.
"Jangan banyak pikiran, aku tahu malam pertama mungkin terasa berat bagimu. Jika kau tidak ingin bermalam pertama denganku tidak apa-apa. Mungkin di lain waktu saat berbulan madu? Tenang saja, aku tidak akan memaksa mu. Jika belum siap tidak apa-apa"
Seperti bisa membaca pikiran, Seokmin tahu apa yang dipikirkan oleh Jisoo saat ini.
Seokmin tersenyum dan mengusak surai hitam Jisoo.
"Benarkah? Kau benar-benar tidak apa-apa jika tidak bermalam pertama?"
"Tentu saja tidak apa-apa. Kita tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain bukan? Aku akan menunggu saat kau siap saja"
Bukankah sangat beruntungnya Jisoo memiliki seorang pasangan seperti Seokmin? Ia sangat mementingkan perasaan orang lain dan sangat sabar.
Cup
Seokmin mengecup kening Jisoo singkat.
"Ayo tidur, pasti kau lelah setelah pesta pernikahan kita tadi"
Lampu besar di kamar dimatikan. Seokmin kemudian membaringkan tubuhnya terlebih dahulu di ranjang dan disusul oleh Jisoo. Seokmin menarik selimut mereka sebatas leher dan menyalakan lampu kecil mereka.
"Malam, Jisoo"
Jisoo mengangguk.
"Malam juga" Batinnya.
Jisoo mencoba menutup matanya tetapi, di pikirannya masih memikirkan tentang malam pertama ini. Alhasil, Jisoo akhirnya membuka kembali matanya karena pikirannya masih berkecamuk.
"Apakah benar-benar tidak apa-apa jika aku tidak melakukan malam pertama? Bagaimana jika mertuaku membenciku? Atau bahkan Seokmin hanya berpura-pura baik kepada ku?" Batinnya.
"Ini hanya membuatku pusing" Batinnya.
Jisoo memijat pelipisnya gusar. Ia sangat pusing dibuat hubungan ini. Sangat tidak logis. Bisa-bisa ia gila menjalani dare ini.
"Apa yang harus aku lakukan?" Gumamnya namun masih terdengar oleh Seokmin yang ternyata masih setengah sadar.
"Hmm?"
Seokmin perlahan membuka matanya dan menatap Jisoo.
"Ada apa, hmm?"
"K-kau belum tidur?"
Seokmin tersenyum dan tangannya terulur untuk mengelus surai hitam Jisoo.
"Tentu saja belum. Jika Jisoo ku belum tidur aku tidak bisa tidur"
"Ah, kau baik sekali tetapi, aku rasa tidak perlu menungguku untuk tidur. Aku terbiasa tidur larut malam" Bohongnya. Padahal ia tidak bisa tidur dikarenakan masih terpikir malam pertama mereka.
"Benarkah? Menurutku itu kebiasaan yang buruk. Coba hilangkan dengan perlahan dan cobalah untuk tidur dengan cepat, tubuhmu akan terasa bugar jika kau tidur dengan cepat. Percayalah kepadaku"
"Baiklah, mungkin besok? Untuk hari ini kau tidur terlebih dahulu saja"
"Tetapi-"
Cup
Entah dirasuki oleh apa tiba-tiba saja untuk membungkam mulut Seokmin, Jisoo langsung saja menyambar bibir Seokmin yang tidak berhenti berbicara jika ia tidak menciumnya.
Dengan cepat Jisoo langsung melepaskan bibir mereka dan kini pipinya memerah karena ciuman singkat tersebut.
Seokmin yang melihat itu justru merasa senang dan terkekeh kecil melihat Jisoo yang kini bersemu malu.
"A-aku tidak s-sengaja" Lirihnya.
Ia lantas menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang bersemu.
"Sengaja juga tidak apa-apa"
Aish, Seokmin ini bisa saja. Jisoo kan jadi semakin bersemu. Arghhh!!! Lagi pula Jisoo sudah berbicara dengan lirih, mengapa masih terdengar?
Seokmin terkekeh kecil dan kemudian merengkuh tubuh kecil Jisoo ke dalam pelukannya.
"Sudah ku bilang jangan pikirkan apapun. Malam pertama juga tidak terlalu penting jadi aku tidak masalah, Jisoo jika kau belum siap. Jalani saja pernikahan ini dengan tenang. Aku dan keluargaku tidak akan memaksamu untuk memberikan keturunan dengan cepat atau apapun itu. Tenang saja, aku menyayangimu." Bisik Seokmin tepat di telinga Jisoo.
Seokmin benar-benar tahu apa yang Jisoo pikirkan sekarang. Ia benar-benar bisa membaca pikiran.
"Tidurlah, manis"
Seokmin mengusap pipi Jisoo dan lalu membisikkannya suatu kata.
"Tenang saja, Jisoo. Aku dan keluargaku tidak akan memaksamu apapun. Jangan pikirkan soal malam pertama. Aku tidak akan marah jika kau tidak ingin melakukannya toh, keluarga ku juga tidak akan marah. Tidurlah, sayang. Tidurlah, jangan pikirkan apapun" Bisiknya kembali.
Bak dibacakan cerita dongeng tiba-tiba saja Jisoo tertidur karena Seokmin yang telah membisikkannya tadi.
Seokmin yang melihat Jisoo sudah tertidur pun tersenyum singkat dan melepaskan pelukannya lalu membaringkan Jisoo perlahan di ranjang mereka.
"Sekali lagi... Malam, cintaku"
Benar saja, Jisoo cepat tenang setelah Seokmin menenangkannya. Memang hanya itu masalah Jisoo dan Seokmin sangat tahu betul.
TBC
Vote and comment please :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I marry you? | Seoksoo
FanfictionSeorang laki-laki kaya bernama Lee Seokmin sedang mencari seorang gadis ataupun pria untuk ia nikahi, namun semua gadis-gadis dan pria-pria yang di kenalkan kepadanya selalu tidak cocok dengannya. Dan suatu ketika saat pria manis bernama Hong Jisoo...