¹⁴. Sebenarnya sudah tahu, tetapi juga ragu

855 67 2
                                    

"Aku pulang"

Ketika pulang, seperti biasa Seokmin akan menyapa Jisoo dengan mengatakan "aku pulang", tetapi Jisoo tidak kunjung membukakan pintu. Seokmin yang kebingungan pun mendekatkan telinganya ke pintu tersebut dan mendengarkan Isak tangis seseorang yang ia yakini bahwa itu isak tangis Jisoo. Ada apa lagi sekarang?

Seokmin pun perlahan membuka kenop pintunya dan terlihat Jisoo yang tengah menangis sembari meringkuk dan menutupi wajahnya dengan bantal kursi sofa rumah mereka.

"Jisoo?"

"Hiks... Hiks..."

Hanya sebuah isak tangis yang terdengar.

"Ada apa? Apakah ini tentang masalah yang tadi? Ayo bercerita. Kau tadi ingin bercerita, bukan?"

Di dalam bantal yang menutupi wajah Jisoo ia masih bisa terlihat menggelengkan kepalanya.

"Mengapa tidak jadi? Ayolah, aku akan bersedia menjadi pendengar setiamu"

"Tidak... Hiks..."

Perlahan Seokmin menarik bantal tersebut yang menutupi wajah Jisoo akan tetapi Jisoo menariknya kembali.

"Wajahku terlihat jelek saat menangis. Jangan di lihat!"

Seokmin terkekeh kecil mendengar pernyataan Jisoo tersebut.

"Bagiku, mau bagaimanapun keadaanmu kau tetap cantik seperti biasanya"

Jisoo tetap menggeleng keras dan ia semakin mengencangkan tarikannya pada bantal tersebut.

"Hey, jangan seperti anak kecil"

Walaupun sekuat apapun Jisoo menarik bantal tersebut agar tetap menutupi wajahnya, tetap saja tenaga Seokmin lebih kuat darinya alhasil, bantal tersebut terlepas dari wajah Jisoo dan menampakkan kondisi Jisoo yang habis menangis. Mata sembab, hidung memerah dan air mata yang masih terus menetes dari mata Jisoo.

"Sudah aku katakan jangan mencoba membukanya!"

Seokmin tersenyum dan memegang kedua tangan Jisoo.

"Cerita saja kepadaku. Jangan permasalahan penampilan wajahmu, kau tetap cantik di mataku."

"Jika aku bercerita kepadamu apakah kau akan mengerti bahwa betapa beratnya diriku untuk mengatakan kenyataan pahit kepadamu?"

"Huh? Apa maksudmu? Apakah kau menyembunyikan sebuah rahasia kepadaku atau bagaimana?"

"Apakah kau tidak paham selama ini mengapa aku menangis?"

Seokmin terdiam. Apakah Jisoo akan mengatakan semuanya? Tentang pernikahan mereka dan yang lainnya?

"Aku selama ini menangis karena memikirkan dirimu! Hanya karena kau! Setiap hari kau membuat pikiranku kalut! Kau yang membuat hidupku tidak tenang menjalani pernikahan ini!"

Jisoo menghela nafasnya.

"Sebenarnya aku tidak men-"

Drttt drrttt

Ponsel Seokmin yang berada di sakunya berdering dan Seokmin pun segera mengangkatnya.

"Halo? Ada apa?"

"Besok ikuti aku ke suatu tempat untuk membicarakan hal ini"

"Baiklah"

Tutt

Seokmin pun menutup telepon tersebut sepihak.

"Aku tidak apa?" Tanya Seokmin kepada Jisoo.

Jisoo hanya menggeleng dan masih terus menangis.

Can I marry you? | SeoksooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang