30. Rest

1.2K 67 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Hospital.

Serena, Vanno dan Bryan duduk di kursi tunggu didepan ruang yang terdapat Reygan didalamnya.

"Kalian kalau mau pulang, pulang aja. Biar gue yang jagain Reygan." Celetuk Serena menatap kedua pria di sampingnya bergantian.

"Gapapa Ser, kita tunggu sampe selesai aja. Biar sekalian gue anter balik lo berdua." Balas Brian yang diangguki gadis itu.

Ceklek

Pintu ruangan terbuka. Menampilkan pria berperawakan tinggi dengan jas khas dokter yang melekat di badannya.

"Keluarga pasien?" Tanya nya memandang mereka bertiga.

Serena bangkit dari duduknya, menghampiri dokter yang menangani suaminya.

"Iya, saya istrinya. Gimana keadaannya dok?" Tanya Serena pertama kali.

Sang dokter pun tersenyum tipis, "Kami sudah menanganinya, tapi pasien belum sadar karna efek obat bius sebelum dijahit." Jawabnya.

Serena mengangguk menanggapi. "Kira-kira kapan bisa pulang, Dok?"

"Hari ini juga boleh bisa pulang, tapi disarankan selama tiga hari kedepan untuk jangan banyak gerak dulu atau melakukan aktivitas yang berat."

"Itu dapat membuat jahitan nya robek." Lanjut sang dokter.

"Iya dok, terimakasih."

"Sama-sama, saya permisi dulu ya. Selamat sore."

Serena mengangguk sekilas. Setelahnya, mereka pun masuk kedalam ruang rawat. Mendapati Reygan yang masih belum sadar disana.

"Kita beli makan dulu ya Ser dibawah, lo mau nitip?" Kata Vanno diambang pintu bersama Bryan.

Serena menoleh kearah mereka, "Boleh deh, gue nitip dua sama Reygan. Ini uangnya." Saat ingin mengambil uang didalam tasnya, Vanno kembali bersuara.

"Gausah Ser, pake duit gue aja." Katanya.

Serena mengangguk seraya tersenyum tipis, "Thanks, Van."

Setelah kepergian mereka berdua, Serena berjalan mendekati ranjang lalu duduk di bangku kecil yang ada disampingnya.

Menatap wajah polos pria itu. Hingga beberapa menit kemudian, sang pemilik wajah tersebut membuka matanya secara perlahan.

"Hei." Panggil Serena lembut, membuat Reygan menolehkan kepalanya.

"S-ser..." Ucap Reygan dengan suara seraknya. "Iya gue disini, mau apa? minum?" Tanya Serena yang diangguki Reygan.

Dengan cepat Serena membalikkan badannya menggapai botol air yang ada di atas nakas.

Sebelum itu, Serena membantu Reygan untuk duduk bersandar. Lalu menyerahkan botol itu, dengan bantuan Serena untuk meminumnya.

"Sshh, perih Ser." Rintih Rey memegang perutnya.

Serena mengelus rambut tebal milik suaminya. "Iya-iya, makanya jangan banyak gerak dulu ya?"

"Kata dokter, tiga hari kedepan lo jangan terlalu banyak gerak. Itu artinya lo jangan sekolah dulu sebelum lo sembuh."

Reygan mengangguk. Ia meraih tangan Serena yang berada di atas kepalanya, lalu dengan lembut pria itu mencium jari jemari Serena. "Cantik banget."

Serena terkekeh tipis, "Gue tau." Serena kembali mengelus rambut pria itu. "Tunggu sebentar ya, Vanno sama Bryan lagi beli makan. Mau rebahan dulu?"

Reygan mengangguk. Ia berbaring di bed sembari menunggu kedua temannya. Serena yang juga ikut duduk di sofa. "HP gua mana Ser? dibawa ga?" Celetuk Reygan yang menatap Serena.

Kening Serena mengerut, dia merogoh tasnya mencoba melihat apakah ia sempat membawa Ponsel milik Reygan atau tidak. "Ga Rey, gue panik tadi dan sama sekali ga inget hp lo."

Rey mengangguk. Hingga tak lama kemudian, pintu kamar inap dibuka. Vanno dan Bryan sudah kembali dengan membawa kantong kresek plastic. "Sorry lama, ngantri tadi" Vanno memberikan satu kantong kresek kepada Serena, pesanannya.

"Santai Van, thanks ya." Serena tersenyum tipis, ia bangkit dari duduknya lalu mendekati Reygan yanga ternyata sudah terduduk disana. Serena berbalik menatap kedua pria itu, "Kalian mau makan disini atau gimana?"

"Diluar aja dah Ser, di kursi depan. Lagian, kita juga mau sekalian balik ke markas" Balas Bryan yang diangguki Serena.

"Rey, kita duluan ya, cepet sembuh lu." Kata Vanno menatap Serena dan Bryan bergantian. Reygan berdehem mengiyakan.

"Ah iya. kalo ada yang mau kesini, gue titip hp Rey yang ketinggalan di kamar." Perkataan Serena yang diangguki keduanya. Hingga mereka akhirnya keluar dari kamar inap.

Serena kembali menatap suaminya, "Makan. Mau makan sendiri atau disuapin?" Tanya Serena seraya membuka kotak makanan yang dibeli oleh Vanno dan Bryan tadi. "Lu udah tau jawabannya Ser. Lagian tangan Gua lemes banget ini." Balas Rey dengan santainya.

Serena manarik kursi disamping bed untuntuk iya duduki. "Nunduk dikit, sayang" Lembut Serena yang mengarahkan sesendok nasi padanya. Reygan menerima suapan itu, "Makasih, sayang."

Serena terus menyuapi Reygan. "Gue belum bilang mama tentang lu yang masuk RS."

"Kaga usah lah, abis gua yang ada disemprot mama karna tawuran lagi." Balasnya disela-sela kunyahannya. "Emang itu niat gue." Serena kembali menyuapi Rey. "Ck." Decak kesal pria itu.

"Lo ga makan? Tanya Reygan pada gadis didepannya itu. Serena menggeleg, "Belum, nanti aja gampang."

"Done. Udah abis. Minum obatnya dulu sini, abis itu rebahan lagi ya, isirahat." Reygan meminum pil yang Serena berikan. Serena menyuruh Reygan untuk kembali istirahat. Namun Rey menggelengkan kepalanya tanda menolak, "Gua bosen Ser, balik aja ya."

"Ga ya Rey, lu butuh bedrest dulu." Serena bangkit dari duduknya, membuang sampah lalu berpindah duduk di sofa, Reygan yang masih setia menatap gerak gerik gadisnya. "Yaudah dirumah aja kenapa sih."

Serena menghembuskan nafasnya, "Besok. Kita pulang besok pagi." Reygan berdecak, "Malem ini aja padahal."

"Terserah lo Rey. Balik aja malem ini, sendiri. Ga bakal gue urusin lagi." Ucap Serena dengan dingin, menatap lawan bicaranya.

"Iya. Besok pagi baliknya." Jawab Rey dengan nada yang tidak ikhlas. "Ser. Kenapa jadi lo yang sensi gini? lo ga kasian apa sama gua, perut gua sakit banget ini. Ssshh." Reygan memegang perutnya dengan dramatis.

Serena yang melihat itu memutar bola matanya malas. "Gausah drama, rebahan Rey. Istirahat."

"Better lu elusin sih." Lanjut Rey dengan kedipan matanya pada Serena. "Reygan." Serena dengan matanya yang menyipit seolah memberikan peringatan.

Reygan menghembuskan nafasnya kasar. "Iya-iya ah. Gua tidur." Reygan membaringkan badannya dan berusaha tertidur. Serena yang melihat pergerakan pria itu itu mengulum senyum tipisnya.

TBC

.

.

.

.

.

Do y'll miss Serena Reygan??

We're back for u, See u in the next part!




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Serena Reygan's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang