Part 18

55 3 0
                                    

Untung Fero masih bisa menjaga hasratnya pada Sandra. Sandra benar-benar menjaga keperawanannya selama ini untuk seseorang yang kelak akan menjadi imamnya.

Tiba-tiba cangkir yang dibawa Sandra jatuh dari genggamannya.
Prang! Jelas tidak ada yang mendengar karena sudah agak siang. Mbak Jinten pasti ke pasar,Kak Kiki juga sudah ke kantor pagi begini.

Tubuh Sandra gemetar hebat,tanganya memunguti pecahan cangkir yang berserakan di lantai, karena tangannya bergetar justru telapak tangan Sandra terkena pecahan itu.

"Awww" teriaknya menahan sakit. Tapi sekencang apapun ia berteriak,tak akan ada yang mendengarnya.

Sandra merangkak menuju meja riasnya,mencari-cari dimana ia letakkan obat rutinnya. Meraba-raba seluruh permukaan meja hingga semua yang ada diatasnya jatuh. Sandra semakin takut,apakah ini akhir hidupnya? Semengenaskan ini kah?? Batinnya seraya menangis.

Ia buka loker tempat biasa ia menyimpan obat.tidak ada apapun disana. Baru dia ingat,kemarin ia minum obat di meja makan,dan menaruhnya disana.

Dengan tubuh yang mengenaskan,Sandra tidak mengkhawatirkan darah yang mengotori lantai berkeramik putih itu,ataupun tubuhnya yang lemas. Dia merangkak menuruni tangga,dan apapun perjuangannya habis ketika kakinya tak mampu laki sebagai tumpuan.

"Obatt," ucapnya pelan namun mengenaskan,hingga semua terasa gelap dan ringan.

------------
Sandra membuka matanya,mencoba beradaptasi dengan cahaya di sekitarnya.

Banyak orang mengerumuninya,siapa mereka?? Ada apa denganku???

Dan Sandrapun berteriak,
"Aaaaaaaaaa!!!!"

"Sandra,Sandra bangun nak!!" Suara Ayahnya terdengar jelas ditelinga Sandra kali ini.

"Ayaahh," ucap Sandra kesulitan,air mata menetes diatas wajah pucat itu.

Semua orang mengerumuninya,berharap cemas pada kepulihan Sandra. Ia dapat melihat Fero yang berdiri disampingnya,dengan tatapan iba. Sandra benci itu. Ia benci dikasihani. Seperti orang lemah saja,mungkin tubuhnya memang lemah. Tapi jiwanya tak pernah lumpuh.

Fero mencium kening Sandra dengan lembut,menyisipkan rambut yang menutupi mata Sandra.

"San,sehat ya. Kita disini buat kamu,jangan pernah ngerasa kesepian lagi," ucap Mama membelai putri malangnya itu.

Sandra mencoba melihat tangan kanannya

You are My WeaknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang