Part 17

46 5 0
                                    

"Fero?"
Lelaki itu masih mematung didepan Sandra,tatapannya kosong,makin kurus,entah apa yang dia lakukan selama Sandra tak mau menemuinya.
"Fero?" Sandra menyebut nama itu sepanjang hari saat tidur.
"Fero!!!" Teriak Sandra kencang kali ini.

Tapi lelaki itu tidak berani mendekat,hanya mengepalkan tangannya. Menahan keinginan hatinya untuk mendekat. Cukup lama.

Sampai entah setan dari mana yang mendorongnya untuk mendekati gadis itu.Fero mulai mengusap kening Sandra yang berkeringat. Dingin. Itulah keadaan tubuh Sandra, tangan kekar itu bergetar.
Turun... Menuju pipi yang pernah di tamparnya waktu itu,air mata menetes dari mata pria itu. Seperti dihantam badai perasaannya saat ini. Sandra masih saja menyebut namanya,namun matanya masih terpejam. Sampai akhirnya suara serak keluar dari mulut pria itu.

"San.." Dia mengusap keringat dingin Sandra lagi,
"San,ini gue Fero." Tangannya masih bergetar mengusap setiap inci wajah wanita yang ia rindukan.

Tak lama Sandra membuka mata,nafasnya terengah-engah.. Dengan cepat Sandra memeluk Fero. Dengan ragu Fero membalas pelukannya.

"Jangan tinggalin gue Kak Fero..."
Isak Sandra kali ini.
"Nggak,gue disini." Jawab Fero masih memeluk Sandra. Erat.

Setelah beberapa menit keduanya saling berpelukan,melepas kehampaan beberapa minggu tanpa melihat wajah cantiknya,Fero menyunggingkan senyum.

"Gue tetep disini,gue bakal jagain lo" peluk Fero lagi dan membelai lembut rambut Sandra yang semakin tipis.

"Walaupun gue kaya gini?" Tanya Sandra melepas pelukan itu.

"Apapun itu San," balas Fero kemudian mencium ujung kepala Sandra.

--------
Sandra memang sudah dirumah. Dan keluarganya memutuskan untuk rawat jalan. Karena keinginan Sandra untuk kembali kuliah.

Sandra tidak pernah menghiraukan penampilannya. Toh semua akan kembali dan tak ada apa-apanya dihadapan Tuhan. Pikirnya.

Meskipun dengan rambut yang tipis,berat badan terus turun,kulit pucat pun Fero dan keluarganya masih tetap akan menyayanginya. Kini Sandra tinggal di rumahnya yang dulu lagi. Tak lagi di apartemen. Karena khawatir sesuatu terjadi padanya.

Fero sudah bekerja di perusahaan Ayah. Ia dipercayai sebagai wakil direktur di salah satu cabang perusahaan di Jakarta. Karena menurut Ayah,itu dapat memudahkan kalau mau bertemu Sandra. Dan Kak Kiki sebagai Ketua Direktur di cabang perusahaan milik ayah itu.

"Kak,Sandra berangkat kuliah dulu ya," pamit Sandra pada Kak Kiki

"Kakak yang anter aja San,nggak usah nolak." Perintah Kak Kiki.

"Hmm iyadeh.." Jawab Sandra males.

Sebenarnya Sandra tak masalah mengemudi sendiri. Karena Om Indra bilang,Sandra hanya perlu kontrol tepat waktu dan juga jangan kecapekan.

Sampailah di kampus tempat Sandra kuliah. Cukup besar,beberapa hari yang lalu Sandra mendapat kenalan bernama Gita. Cukup cantik untuk masuk jurusan lain,tapi sayang dia masuk jurusan ini.

"Nanti dijemput siapa Kak?" Tanya Sandra menycium tangan kakaknya

"Nanti kakak suruh Fero jemput aja. Hati-hati. Obat jangan lupa diminum tepat waktu loh,"

"Siap boss,daa" Sandra keluar dari mobil kakaknya.

Dia berjalan menuju kelasnya. Diliriknya kantin,tidak ada Gita. Biasanya perempuan itu sekedar ngopi di kantin,atau mengerjakan tugas disana.

Dilirik jam di tangan kirinya,masih ada lima belas menit sebelum masuk. Sandra memutuskan balik arah dan menunggu temannya di kantin.

"Buk,kopi ya." Ucap Sandra saat memesan kopi.

You are My WeaknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang