Part 23

42 3 0
                                    

"Kak,kenalin. Ini Asya temenku,ini Zayn. Pacarnya Sandra! Hahaha" celetuk Icha padaku.

"Zayn? Pacar Sandra?? Siapa lagi lelaki satu ini? Fero??" batinku tak mengerti.

"Eh,hai saya Eddo kakak sepupu Icha,dan mantan dosen sekaligus yaa teman dekat Sandra," aku harus berani kalau mau Sandra jadi milikku.

"What?? Gimana bisa jadi temen kak??" tanya Asya

"Mmm ya karena aku masih seumuran sama Sandra,jadi wajar saja kan kalau kita berteman? Lagipula,dia seperti ini juga karenaku," jelasku tenang.

Tampak dahi ketiga orang itu berkerut,entah curiga atau apa.

"Maksudnya??" tanya lelaki yang disebut-sebut sebagai Zayn itu.

"Ya,aku kabur bersama Sandra. Dan aku akan bertanggung jawab atas perbuatan kami," ku genggam tangan Sandra yang tak berdaya.

"Kak? Ka.. Kamu gila?" kali ini adikku yang tak mengerti.

---------
Apa yang di maksud dengan bertanggung jawab? Apa mereka sudah... Ah Sandra bukan tipe seperti itu,dia pasti tidak melakukan hal bejat itu. Tapi,apa lelaki ini bohong? Raut wajahnya tampak yakin.

"Zayn? Kamu nggak papa?" tanya Asya membuyarkan lamunanku.

"Hah mm,nggak kok. Nggak papa,cuman...." jawabku ragu.

"Udah,nggak usah dipikirin,tadi Kak Eddo mungkin lagi mabuk ato ngaco" tenang Icha diikuti anggukan dari Asya.

"Eh iya Cha Sya,"

-------

Matahati telah datang lima kali,namun Sandra masih saja terbaring. Kata dokter,benturan di kepala Sandra akan menjadikan dia trauma. Dan bekas-bekas jahitan di tubuh Sandra pun menjadikan tubuhnya tak mulus lagi. Sungguh malang wanita satu ini. Tak bisakah seseorang membiarkannya tersenyum sedetik saja?

"San.. Sandra! Dokter! Dokter tolong!" teriak Zayn dan keluarga Sandra yang berada disana.

Tubuhnya kejang dan detak jantungnya tak menentu. Dan dokter beserta suster,termasuk Asya disana. Segera memeriksa keadaan Sandra yang sepertinya tanda-tanda siuman.

....... Sepuluh menit. Dokter dan kedua susternya keluar dari ruangan,dan dengan senyum yang mengembang.

"Sandra sudah siuman pak,bu" ucap dokter itu.

Keluargapun saling berpelukan begitu juga Zayn dirangkul oleh kedua orangtua Sandra. Air mata menetes dipelupuk mata Asya,melihat keluarga Sandra begitu senang dengan kesadaran Sandra,padahal akan ada hal yang lebih mengerikan setelah ia siuman. Penyakitnya,dan trauma itu. Akan mengusik kehidupan sahabatnya itu.

"Terimakasih dok," ucap Ayah Sandra membuntuti keluarganya yang sudah masuk kamar inap anaknya.

"Ayaaaah,Mama.. Huhuhu" isak tangis Sandra seraya memeluk tubuh kedua orang tuanya.

"Tenang sayang,yang sabar.." tenang Mama mengelus punggung anaknya.

"Aku nggak kuat idup lagi Maaaa,capek Ma,aku gini disiksa,gitu dihina,aku mau pulang Maaaa,huhuhu"

"Sayang,jangan bilang kaya gitu.. Kita sayang sama kamu," ucap Mama tak tega melihat anaknya.

"Mama jangan pergi... Sandra takut sendirian lagi...huhuhu"

"Tenang Sayang,Mama disini.. Cup cup" cukup lama mereka berpelukan. Sampai akhirnya Zayn mendekati mereka.

Sandra bingung melihat lelaki didepannya,bahkan dia takut dengan makhluk yang disebut lelaki.

"Kak Fer? Pergi! Pergi!" teriak Sandra histeris,seketika wajah Zayn berubah menjadi Fero dimatanya.

"San...ini Zayn!" Mama menenangkan putrinya.

"Ini Kak Fero Ma,aku nggak mau ketemu dia lagi Ma! Ayah,Kak Kiki... Kumohon suruh dia pergi... Aku nggak mau dia Ma,nggak mauuuuu" Sandra masih teriak teriak histeris.

"San," dengan berani Zayn mengecup sekilas bibir Sandra. Keluarga Sandrapun kaget,bahkan jika tidak dicegah Ayah kak Kiki sudah siap membunuh Zayn yang berani mencium adiknya didepan kedua orangtuanya.

Sandra yang juga terkejut masih menatap lekat wajah ini,wajah yang lama ia rindukan. Oh My Gosh! Zayn. Ya,ini memang Zayn. Langsung Sandrs memeluk dan menangis di dekapan Zayn.

"Maafin aku San,aku terlambat dateng," ucap Zayn membalas pelukan gadis itu.

"Zayn,makasih" hanya itu yang dapat diucap Sandra.

Setelah merasa cukup tenang,Kak Kiki mengajak Sandra berjalan-jalan,dan Zayn? Ia berbicara kepada orangtua Sandra. Soal? Entah, Author juga nggak tau.

"Dek,kamu masih ada yang sakit?" tanya Kiki seraya mendorong kursi roda milik adiknya.

"Aku nggak nyangka kak," jawab Sandra dengan tatapan kosong.

"Ada apa hm? Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Kiki yang kini ada di hadapan adiknya.

Sandra lagi lagi menangis,ia memeluk tubuh Kak Kiki. Entah,Sandra memang masih terguncang.

"Cup cup.. Ada kita disini," tenang Kiki.

"Kalian selalu bilang kaya gitu! Tapi apa? Kalian ninggalin Sandra! Sandra pergipun udah nggak ada yang cari! Sandra capek tau nggak," Sandra mengeluarkan isi hati yang selama ini mengganjal hatinya.

"Maafin Kakak,Kakak juga harus melanjutkan kerja Kakak biar bisa buat masa depan," Kiki mengusap rambut adiknya,lalu menghilangkan jejak airmata disana.

"Kakak besok kalo cari istri jangan yang bisanya nyusahin,kaya Sandra," ucap Sandra yang kini tertunduk.

"Ssst,adek nggak boleh ngomong kaya gitu,kamu tu pinter San," tenang Kiki lagi.

Dan Zayn datang dengan senyum damainya,

"Kak,boleh aku yang bawa Sandra?" tanya Zayn.

"Oh,boleh kebetulan aku mau ambil baju dirumah,"

"Iya Kak,silakan" kini Sandra telah bersama Zayn.

Sinar mentari menyusuri setiap inci wajah wanita itu. Ya Allah,begitu indah ciptaanMu, mata bulat dan hitam pekat,serta bulu mata yang panjang. Begitu indah,meskipun ia dalam keadaan tak sehat.

Zayn menatap Sandra.lama. Sampai Sandra merasa kepanasan dan pusing.

"Ahh bekas jahitanku... Ssssakittt aahh pusing Zay!!! Akkhhh!!!" Sandra menjambak rambutnya sendiri sampai rambutnya yang rapuhpun rontok tepat sekepal genggaman tangannya.

"Rambut," ditengah pusing yang begitu dahsyat,Sandra menatap nanar rambut yang dahulu ia banggakan.

"San. Tenang. Aku bawa kamu kekamar lagi," Zayn dengan cepat mendorong kursi roda Sandra namun Sandra kembali bersikap aneh.

"Rambutku kenapa!! Kenapa Tuhan tak henti-hentinya mengujiku!! Rambutku kenapa!! Zayn jawab!! Jawaaaaaaaabbb!!!" Sandra teriak layaknya orang gangguan kejiwaan dan terus memberontak

Zayn tak bisa berkata apapun,ia hanya memikirkan satu. Temukan dokter!

"Sus, kamar 206 butuh bantuan!" Ucap Zayn saat bertemu suster dan suster itu mengangguk cepat,seakan tau apa yang terjadi.

"Tenang,ambil napas....tahan....keluar lewat mulutt.
Sandra sayang,kamu tidak boleh banyak bergerak. Lihat,jahitannya masih basah. Dan tetaplah tenang tentang rambut indahmu itu," jelas Om Indra pada Sandra yang masih bernapas tak teratur.

"Aku capek om,udahin aja semuanya Om," ucap Sandra membuat semuanya tercengang. Apa maksudmu San??

"Ak.. Aku takut menyusahkan kalian. Kalian banyak berkorban untukku. Aku capek Om Indra," Sandra menundukkan kepalanya dan menangis.

---------

Vote 10 baru dilanjut:p biar ada semangat nulis

You are My WeaknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang