Ada yang mengharap kematian. Namun lebih banyak yang mengira Tuhan sudah tidak ada lagi. Dan saat itulah, semesta tenggelam dalam kegelapan abadi.
(Pinly Muda, 79, Masehi).
﹍⳻᷼⳺﹍
BRUGH!
Dengan sekali hentakan kuat, tubuh itu terhempas mengenai tembok rusak yang ada di belakangnya. Dia hanya mampu memejamkan mata, menahan sakit yang sudah tak terhitung lagi pada penyiksaan yang diterima oleh tubuh kurus-keringnya.
Tamparan, pukulan, cambukan, teriakan dan jambakan yang mereka berikan, sudah puluhan kali dia rasakan, sampai-sampai seluruh regional tubuhnya mati rasa, tak berfungsi. Dia membuka matanya, mencoba tetap sadar dari penderitaan yang terus-menerus menimpanya.
Dengan lemah, jari-jemarinya bergerak guna membenarkan posisinya menjadi duduk tak berdaya. Dia meringis pelan saat mencoba menyandarkan punggungnya ke tembok dengan cat mengelupas itu, lalu melirik sekitar.
Pencahayaan yang remang-remang, menyulitkan dia untuk melihat satu-persatu wajah dengan kondisi yang tak jauh berbeda darinya, kotor dan kusam.
Ruangan yang sempit membuat mereka, harus berdesak-desakkan. Pengap sekali di sini. Tempatnya pun nyaris gelap, hanya mengandalkan seberkas cahaya yang masuk melalui lubang berdiameter satu cm di sudut langit-langit.
Dia meneguk ludah, berusaha membasahi tenggorokan yang kering. Beralih mengusap perut yang keroncongan, lantas mencengkeramnya, menahan perih.
Sudah tiga hari dia tak makan, sekedar minum pun hanya diberi satu tegukan setiap empat jam sekali. Bahkan sekujur tubuhnya lengket berkeringat, mengeluarkan bau tak sedap.
Dan selama tiga hari itu, dia sudah melakukan perjalanan panjang menuju suatu tempat. Berjam-jam di dalam kapal, terombang-ambing mengarungi laut lepas. Satu jam lalu, penantiannya untuk menginjak daratan pun terpenuhi.
Dia keluar dari kapal, lalu di paksa berjalan kaki dengan mata ditutupi kain hitam tebal, tangan diborgol. Membuatnya tak bisa melihat siang atau malam, serta keadaan suasana di luar sana.
"Bagaimana menurutmu? Seperti neraka, bukan?" celetuk satu orang yang duduk di depannya.
Sontak kepalanya terangkat, menatap pria berkulit gelap bersih, berbadan tinggi-tegap, berkepala plontos yang mengajaknya bicara.
Pria itu memakai baju tanpa lengan berwarna putih kucel, dan celana pendek selutut berwarna hitam. Dia tak mengangguk atau menggeleng, karena bahasa yang pria itu gunakan, tidak dia mengerti.
"Kau tidak mengerti bahasaku? Dari mana asalmu, huh?" tanyanya lagi.
Dia mengerutkan dahi, mencerna kalimat yang berganti menggunakan bahasa Inggris. "Rusia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Շ. THIIEF ⳻⳺ Yoojin
Fanfictionᴘᴇɴᴄᴜʀɪ ʜᴀᴛɪ ʏᴀɴɢ ᴍᴇʀᴇsᴀʜᴋᴀɴ. Yoojin x [Name]! 𝗡𝗢 𝗣𝗟𝗔𝗚𝗜𝗔𝗧 - 𝗣𝗟𝗘𝗔𝗦𝗘! Jangan lupa tinggalkan jejak. 17+ ───────────────────── ⋆⋅⳻᷼⳺⋅⋆ ── 🅖 Fanfiction • Dark Action • [Bad] Romance © _astrologi 「astro」 © Park Taejoon 𝚂 : 27-04-2023 |...