Chapter 2

733 82 0
                                    

Butterfly - Kacey Musgraves

***

Winona dan ketiga temannya sekarang berada di Gedung Saraga (Sarana Olahraga) kampus. Selepas dari kantin, mereka memilih untuk nongkrong sekaligus bermain bola di lapangan tertutup. Winona sedang bermain bola futsal bersama Raesha.

Mereka mengikuti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) futsal di kampusnya. Walaupun Winona bisa dibilang sedikit tomboy karena memiliki beberapa hobi beraktivitas fisik, tetapi Ia tidak suka jika ada yang menyebutnya demikian karena menurutnya Ia hanya menyukai olahraga dan tidak ada yang salah dengan perempuan suka olahraga.

Raesha dan Winona cukup dikenal oleh kating-kating berkat bakat mereka di bidang olahraga ini. Mereka cukup aktif mengikuti sparring dan perlombaan antarfakultas maupun antarkampus. Winona dengan kemampuan lincahnya meng-gocek lawan main, sedangkan Raesha dengan kemampuan akuratnya menangkap bola, menjadikan keduanya sebagai tim yang sulit dikalahkan.

"Gol!" seru Winona melihat bola tersebut masuk ke dalam tiang berjaring. Raesha yang terjatuh akibat berusaha menangkap bola sedikit merengut, "Anjing, dikit lagi padahal."

"Diliat-liat tendangan lo makin gacor aja Win, tadi udah kena dikit sama tangan gue tapi kelepasan, sakit euy," Raesha melihat kedua telapak tangannya yang memerah dan meniupnya perlahan.

"Hahaha iya dong, bentar lagi kita ada tanding, masa gue ga improve sama sekali. Sakit banget ga itu? Sorry ya Sha by the way," Winona ikut melihat kedua telapak tangan Raesha yang semakin lama semakin memerah. Ia menarik tangan Raesha dan meniupnya.

Hembusan nafas yang keluar dari mulut Winona seketika membuat sekujur badan Raesha merinding dan merubah kemerahan di tangannya menjalar ke pipinya. Menyadari Ia sedikit blushing, segera ditarik kembali tangannya dari tangan Winona. Raesha berjalan lebih cepat mendahului Winona, menghampiri Nayya dan Kalila yang sedang mengobrol di tribun penonton.

Nayya yang melihat kedua temannya banjir keringat lantas menutup hidungnya dengan baju, "Eh gila, bau banget, itu juga basah banget lagi bajunya. Nanti masih ada kelas loh," Kalila ikut mengendus bau dari mereka dan sedetik kemudian Ia ikutan menutup hidungnya, "Sumpah iya bau banget."

Winona dan Raesha hanya menyengir kuda.

"Ganti baju deh buruan, masih ada baju lo yang ditinggal di mobil gue tuh, Win. Lo juga pake aja baju yang ada di situ, Sha," ujar Nayya sembari menyeruput minuman kacang hijau yang tadi Ia beli di kantin.

Raesha dengan handuk kecil berwarna biru ditangannya, mengusap perlahan bagian leher dan lengannya yang cukup lengket, "Nanti aja lah, ngadem dulu bentar, capek tau abis main. Nanti juga keringan dikit kok ini."

Winona duduk di samping Nayya dan mengambil handuk kecil dari tasnya. Ia masih berusaha mengatur nafasnya yang tidak beraturan.

"Tadi cewe yang di kantin itu, beneran temen biasa lo Win? Kayaknya lo kaget banget pas liat dia di kantin," tanya Kalila tanpa melihat Winona karena Ia sibuk menusuk cimol dari kantong plastik bening.

Mendengar Kalila bertanya, Winona kembali mengingat wajah perempuan itu. Hembusan nafas berat yang hanya terdengar oleh Nayya keluar dari mulutnya. Kemudian, Ia melihat ke arah Nayya dan tersenyum kecil. Nayya merespon dengan memutar bola mata dan mengangkat bahu.

Ternyata tidak hanya Winona yang tidak mengenali kehadiran anak baru tersebut. Nayya yang merupakan teman SMP sekaligus teman SMA-nya awalnya tidak mengenali perempuan itu juga, tetapi sekarang Nayya sangat mengenalnya bahkan pernah berteman baik dengan orang tersebut.

"Ya gitu deh, panjang ceritanya, nanti aja deh gue ceritain kalo lagi mood. Ngeliat muka dia bikin mood gue jelek,"

"Dia mantan terindahnya Winona..."

Nayya tanpa beban menjawab hal itu membuat Winona yang sedang tiduran di kursi hanya menyikut kecil lengan temannya. "Gak terindah juga kali. Udah ah gue lagi ga pengen bahas tentang itu. Nanti juga gue ceritain ke kalian kok, tenang ga bakal ada yang gue sembunyiin," jelas Winona dengan nada malas sambil melihat ke arah Kalila dan Raesha, Ia tahu pasti kedua temannya sangat penasaran dilihat dari ekspresi wajah mereka.

Hening pun menyeruak di antara mereka. Menikmati waktu sepi walau sedang kumpul bersama teman-teman bukan lah hal yang asing dilakukan. Ada kalanya kita hanya diam tanpa pembicaraan hanya untuk menikmati waktu bersama. Hal itu yang dilakukan oleh Winona, Nayya, Raesha, dan Kalila.

"Dimohon kepada pemilik motor ber-plat B 3274 PCL untuk segera memindahkan motornya karena menghalangi mobil yang hendak keluar!"

Keheningan yang baru saja terjadi seketika menghilang akibat suara dari speaker yang ada di dalam Gedung Saraga. Berawal dari posisi tiduran di kursi, Winona segera bangun dari posisi tersebut dan terduduk. Masih mencerna kalimat yang keluar dari speaker pengumuman itu.

"Sekali lagi, dimohon kepada pemilik motor vespa putih, ber-plat B 3274 PCL-"

Melihat ke arah teman-temannya dan mereka juga ikut melihat ke arahnya, sedetik kemudian Winona menyadari bahwa itu adalah motor kesayangannya.

"MOTOR GUE."

***

Astaga, kurang apes apa lagi coba hari ini, batin Winona sambil berlari kencang menuju parkiran.

Sesampainya, Ia melihat dua orang telah menunggu di depan mobil hitam dan di depannya ada motor putih yang menghalangi jalan keluar mobil tersebut. Winona hanya meringis kecil dan segera memindahkan motornya agar mobil hitam itu bisa keluar.

"Aduh, makasih banyak ya Pak sudah diumumkan, dan maaf ya Kak-" Winona yang selesai men-standar-kan motornya lantas melihat kedua orang tersebut. Satu orang merupakan satpam kampus. Satu lagi.. perempuan itu.

Shit.

Keduanya sama-sama terdiam. Terkejut karena tidak menduga akan dipertemukan kembali di tempat ini. Winona yang dari awal sudah menyadari kehadiran perempuan tersebut, sebenarnya sangat berharap untuk tidak bertemu langsung, apalagi hanya berdua.

"Sorry Kar, motor gue ngehalangin mobil lo,"

Perempuan yang tadi pagi telah menyita seluruh perhatian isi kantin termasuk Winona dan ketiga temannya, bernamakan, Karla Andara.

Karla dengan ekspresi sedikit kikuk dan terkejut melihat keberadaan Winona di hadapannya, "Ah, no need sorry, lagian gue cuma nunggu bentar."

Banyak pertanyaan yang hendak keluar dari mulut Winona tetapi tidak ada satupun yang bisa Ia lontarkan. Mendengar suara khas Karla yang entah sudah berapa lama tidak Ia dengar. Suara favoritnya dulu. Lidahnya terlalu kelu untuk memulai percakapan. Darahnya berdesir cukup kuat kala mendengar lontaran beberapa kata tersebut. Rasa deg-degan mulai menyeruak dalam tubuh Winona.

Tidak, Winona tidak bisa menghadapi ini. Lantas segera Ia mengunci stang motornya, lalu bergerak pergi meninggalkan tempat tersebut, "Oke deh kalo gitu, duluan ya," pamit Winona terdengar buru-buru, melihat sedikit ke arah Karla dan tersenyum tipis, amat tipis bahkan Karla mungkin saja tidak melihatnya.

"Winona.." panggil Karla dengan lirih tetapi masih dapat didengar oleh Winona. Karla ingin menghampiri Winona tetapi niatnya Ia urungkan.

Panggilan lirih Karla yang tidak bisa Winona hiraukan. Lebih tepatnya tidak bisa menghiraukan suara favoritnya. Winona yang sudah berjalan sedikit meninggalkan area parkiran, berhenti sebentar, mencoba menetralisir perasaan yang mendatang, meneguk ludah sebelum membalikkan badannya.

"Nice to meet you again, Win."

...

TBC.

Halo!

Kembali dengan marfel di sini hahaha. Gimana sejauh ini ceritanya? Kalau ada yang punya kritik dan saran yang membangun, feel free to comment ya!

See you in the next chapter!

At The End, It Was YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang