Bagian 7

35 2 0
                                    

Malam ini, tepatnya jam 20:00 Seharusnya sudah berada di rumah Mariyam. namun semua rencana yang di susun oleh Abi Hamzah harus tertunda. Dikarenakan satu musibah.

"Mariyam, bagaimana keadaan Kiyai saat ini?" Tanya Hamzah. Saat ia dan keluarganya sudah sampai di rumah sakit.

Mariyam menggeleng pelan. Matanya yang sembab, tubuhnya yang gemetar, menandakan jika semua sedang tidak baik baik saja.

"Belum ada kabar lagi, Abi." Lirih Mariyam.

"Lalu Shaka...?" Tanya Hamzah.

"Kang Shaka. tidak bisa pulang. Tapi akang sedang mengusahakan nya." Jawab Mariyam.

Hamzah mengangguk, sedangkan Aisyah, merangkul tubuh lemah mariyam dengan sayang.

"Sabar ya sayang, Doakan semoga kiyai cepat sembuh." Aisyah mencoba menguatkan.

Mariyam mengangguk. Kemudian tanpa di sengaja, tatapannya bertemu dengan mata tajam milik Abizar.

"Bang..." Panggil Mariyam lirih.

"Iya, kenapa?" Tanya Abizar.

"Boleh Mariyam bicara sebentar." Tanya Mariyam.

Abizar menengok Hamzah, dan Aisyah. kemudian keduanya mengangguk, memperbolehkan.

"Mari." Ucap Abizar.

Keduanya berjalan, tak jauh dari ruangan, hanya sedikit menghirup udara segar.

Tak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di tempat ini, hanya beberapa menit saja.

Suasana air mancur, angin yang bertiup layaknya seperti sebuah alunan irama.

"Ada apa?" Tanya Abizar.

"Ini..!" Mariyam memberikan sebuah kertas. Entah apa itu isinya.

"Apa ini?" Tanya Abizar tak mengerti.

Mariyam menarik nafasnya dalam, "Abah menginginkan agar kita bisa menikah lebih cepat." Ucap Mariyam. "Abah, memberikan selembar kertas ini, supaya kamu bisa menjaga dan menjalankan pondok Abah untuk kedepannya dan seterusnya. sampai kang Shaka lulus dan pulang dari Mesir."

"Tapi..."

"Aku mohon... Aku gak mau buat Abah kecewa."lirih Mariyam.

Abizar menundukkan kepalanya, ia begitu bimbang, harus bagaimana.

"Apakah kamu mencintai wanita lain? Jika itu benar, maaf. Maaf jika aku sudah terlalu mengharapkan kamu," ucap Mariyam lagi, sungguh pertanyaan Mariyam kini membuat Abizar semakin merasa bersalah.

"Pada saat itu, aku pernah menolak satu lelaki, karena aku tau. kamu akan datang kepadaku dan menikahi ku." Lirih Mariyam, air matanya kini tak bisa ia bendung lagi.

"Maaf..." Lirih Abizar, merasa bersalah.

"Setidaknya jika bukan untuk aku, maka lakukan untuk Abah, aku mohon..." Isak Mariyam.

"Aku tidak mau menyakiti siapapun!" Ucap Abizar tiba tiba.

Mariyam menggeleng. "Itu tidak masalah untuk aku, aku butuh kamu..."

Abizar menarik nafas dalam. "Mariyam. ketahuilah, aku telah melakukan suatu kesalahan,"

"Sesuatu?" Tanya Mariyam. "Apa itu?" Tanyanya lagi.

Abizar memijat Pangkal hidungnya, ia begitu merasa pusing dan juga cemas. Entah apa yang akan terjadi, jika Mariyam tau semuanya.

"Jawab aku bang...!"

Takdir Sang Arsy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang