Bagian 8

28 3 0
                                    

Motor yang dikendarai oleh Abizar, melaju dengan kecepatan sedang. Sedangkan penumpang yang Abizar bawa hanya menghela nafas panjang.

"Mau kemana sih?" Tanya kanaya, sedikit kesal. Namun sial, pertanyaan, Kanaya. ini bagaikan angin lalu.

"Nyebelin amat si. Dasar muka datar!" Kesal kanaya. Dengan nada yang sedikit ia kecilkan.

"Oh tuhan... Kenapa Naya harus nikah sama nih cowok muka datar." Lirihnya. Tanpa ia sadari ia meremas jaket yang dikenakan oleh Abizar. Sialnya bukan hanya jaket. Melainkan kulit punggung Abizar.

Abizar mengehentikan motornya. Tepat di sebuah tempat makan. Jika kalian mengira tempat ini adalah sebuah lestoran yang sangat mewah. Kalian salah besar. Ia adalah sebuah warung kecil dan terlihat sangat kumuh.

"Turun!" Titah Abizar.

"Enggak!" Tolak kanaya.

"Turun gak!?"

"Enggak!"

"Ya Allah." Abizar berdecak prustasi. Kemudian ia turun terlebih dahulu. Dengan Kanaya yang masih duduk di atas jok motor.

"Ayo!"

Namun nihil, Kanaya masih menggelengkan kepalanya. "Saya bilang enggak ya enggak. Ngerti bahasa manusia gak sih." Kesal kanaya.

"Ya sudah!" Tanpa menunggu lagi. Abizar mengangkat tubuh kanaya dari atas motor. Hal itu sontak membuat Kanaya kaget seketika. Ia tak bisa berkata kata ataupun berbuat sesuatu.

"Demi apa, Itu cowok sweet banget.." ucap seseorang di depan warung sama.

"Andai saja, pacar aku kaya gitu. Seneng banget."

"Hus,, jangan ngarep. Jangan kan digendong ala bridal style kaya gitu, gendong pacul aja belum pernah." Jawab wanita sebelahnya lagi dengan terkekeh.

Mendengar hal itu, Kanaya menutup wajahnya dengan cara membungkuk pada dada bidang Abizar.

"Nyebelin! Gara gara anda yah." Kesal kanaya dengan mencubit tangan Abizar.

"Awshh, sakit Kanaya!" Ringis Abizar.

"Biarin." Kesal kanaya. Wajahnya masih bersembunyi.

Tidak perlu berjalan jauh, Abizar sudah menurunkan Kanaya, tepat berada di sebuah kursi yang terbuat dari kayu, beserta meja yang sudah tertata rapi beberapa sendok dan saus, tak lupa kecap dan sambal.

"Kirain mau ke Jakarta, taunya kesini!" Gerutu Kanaya.

"Jakarta jauh Naya..." Jawab Abizar. Dengan nada sedikit prustasi.

"Tapi saya mau pulang." Kekeh Kanaya.

"Astagfirullah. Susah memang!" Kesal Abizar.

Kanaya hanya memutar bola mata memelas, ia begitu jengkel dengan lelaki dihadapan nya ini.

"Mau pesen apa?" Tanya, lelaki paruh baya. Penjual

"Seblak satu." Jawab Abizar.

Mendengar kata seblak, membuat Kanaya menelan slivanya susah. Sudah lama ia tak makan seblak. Terakhir ia memakannya saat masih SMA.

"Dih, mana pesan nya cuman satu lagi, pelit amat." Gerutu Kanaya dalam hati.

"Pedes atau sedang?" Tanya si penjual lagi.

Abizar melirik sekilas ke arah Kanaya. "Sed__"

"Pedas!" Jawab kanaya dengan cepat. Lalu penjual tersebut mengangguk lalu meninggalkan Kanaya dan Abizar.

Sialan! Kenapa Kanya melakukan hal konyol seperti ini. Bagaimana jika seblak yang Abizar pesan bukan untuk dirinya. Ah menyebalkan.

"Kenapa?" Tanya kanaya dengan menatap sinis Abizar.

Abizar terkekeh jengkel. "Oh, Saya tau. Seblak itu bukan untuk saya. Jadi tenang saja, saya tidak akan memintanya." Ucap Kanaya. Sebetulnya entah mengapa ia berbicara seperti itu, bahkan Abizar pun tidak bertanya ataupun membuka suara. Sialan memang.

"Astaga, ni mulut ya..!" Batin Kanaya dengan sesekali memukul kepalanya.

"Jangan sering pukul kepala, gak baik." Peringat Abizar.

Menyadari hal tersebut Kanaya segera menghentikannya. Memang selalu begitu jika ia sedang cemas, ataupun merasa sangat bodoh. Ia akan melakukan hal itu.

"Suka suka dong, gak ngerepotin juga." Jawab kanaya sinis. Kemudian Kanaya segera mengalihkan perhatian. Ia mencoba melihat kuku kukunya yang terlihat sangat cantik itu.

"Terserah!" Ucap Abizar. Dengan meninggalkan Kanaya di tempat.

Merasa khawatir akan ditinggalkan. Kanaya membuka suara. "Mau kemana?" Tanya kanaya, dengan bergegas dari duduknya.

"Mau ke WC, mau ikut?" Jawab Abizar.

Sialan! Kanaya menelan ludah lalu menjitak kepalanya. Lagi!

"Jangan kaya gini!" Peringat Abizar. dengan menahan tangan Kanaya.

"Apaan sih, jangan pegang pegang." Kanaya menepis kasar tangan Abizar.

Abizar hanya dibuat geleng kepala. "Ya sudah. Jadi kamu mau ikut?" Tanya Abizar. Dengan mata sedikit menggoda.

"Enak aja. Gak ya, ngapain. Dasar mesum!" Tolak kanaya, dengan kembali duduk di kursi tadi, sambil sesekali mengalihkan pandangannya, merasa malu sendiri. Menyesal sudah bertanya kepada lelaki itu.

Setelah kepergian abizar, Kanaya tersenyum sendiri. Mengingat saat ia di gendong ala bridal style oleh abizar tadi. Ah rasanya malu. Tapi...

"No! Mikir apaan sih kamu Naya." Gerutunya dalam hati.

Dred dred

Sebuah notifikasi masuk dari ponsel abizar. Mungkin ia lupa membawa ponselnya. Karena penasaran Kanaya melihatnya.

Mariyam

~Bang kamu sudah pulang?
~kenapa kamu gak pamit sama aku?
~apa karena percakapan tadi, kamu jadi gak nyaman sama aku?

.....

Satu kata dong, buat yang nulis heheh..

Next lanjut gak?

Jangan lupa vote+komen+share ya temen temen 🖤

Takdir Sang Arsy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang