Bunga mawar berjejer rapi di atas mobil losbak yang disewa oleh Kanaya. sesuai pesanan, Kanaya harus mengirim bunga tersebut hari ini juga.
"Alhamdulillah.. terimakasih ya Allah." Kanaya tak henti hentinya mengucap syukur.
"Assalamualaikum.."
"Waalaikumssalam.." Kanaya tersenyum lebar kala mengetahui siapa yang datang kali ini.
"Zahra."
"Seneng banget sih, Ada apa?" Tanya Zahra.
"Gimana gak seneng, bunga mawarnya ada yang borong." Balas Kanaya dengan antusias.
"Wahh.. Alhamdulillah, Minggu berkah yaa."
"Berkah banget. Alhamdulillah." Ucap Kanaya merasa bersyukur.
"Siapa yang borong?"
Kanaya menggelengkan kepalanya. "Gak tau, Soalnya yang beli pake helm."
"Perempuan apa laki laki?" Tanya Zahra lagi.
"Kalo dari segi tubuh dan suara. Dia laki laki."
"Hoo, hayo loh." Zahra berucap dengan penuh selidik.
"Apa?"
"Masa gak tau namanya, dia ada kasih kartu nama gak?" Tanya Zahra.
"Gak ada, dia cuman share lok aja. Abis itu udah." Jelas Kanaya.
"Terus kamu tahu, dia ada ngasih aku bunga mawarnya. Aneh banget gak sih." Beritahu Kanaya, sembari menunjuk bunga mawar yang masih dalam tahap pertumbuhan itu.
"Cukup aneh." Balas Zahra.
"Aneh banget kan, tapi yaudah sih. Aku gak mau mempermasalahkan itu. Malahan aku berterimakasih." Kanaya menatap bunga mawar dihadapannya.
"Oh iya, tumben banget kesini, ada apa?" Tanya Kanaya.
"Oh iya, hampir aja lupa."
"Hoo, apa?" Tanya Kanaya.
"Tadinya mau bunga mawar, tapi kan udah gak ada." Keluh Zahra.
"Yaa, mau gimna lagi, rezeki gak boleh di tolak kan." Kanaya berucap dengan sedikit terkekeh.
"Tapi, itu masih ada." Zahra menunjuk bunga mawar yang tengah berada di meja kerja Kanaya. Dengan tatapan jahilnya.
"Enak aja, gak ada, ini bunga spesial ." Kanaya memeluk bunga tersebut sayang, takut jika Zahra mengambilnya.
"Iya,iya. Bunga paling spesial." Goda Zahra.
"Eh. Tapi, kamu gak penasaran nay?" Tanya Zahra.
"Penasaran apanya?" Balas Kanaya. Karena Zahra ini semakin membuatnya risau.
"Sama yang ngasih bunga itu,"
"Ya Allah. Gak ada aku, sama sekali gak penasaran. Dia itu hanya orang baik yang Mau beli bunga aku, sekaligus ngasih ini."
"Hm, iya deh. Di pancing juga, siapa tau kamu kenal. Dari segi suara Mungin."
Kanaya sedikit berfikir. "Ah. Gak ada, sama sekali aku tidak mengenalnya." Kekeh Kanaya.
"Hm, iyaaa."
******
Dilain tempat, galaksi menatap bangunan megah di hadapannya itu dengan sendu. Ia sedikit ragu untuk memasuki tempat tersebut. Entah kenapa? Dan ada apa? Yang jelas akhir akhir ini, ia tidak bersemangat untuk melakukan ibadah. Padahal waktu galaksi kecil, ia begitu antusias. Lain halnya dengan kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Arsy (On Going)
Fanfiction"Saat, Kamu hampir saja dilecehkan, saya melihat mata dan jiwamu begitu ketakutan, air mata kepedihan itu keluar tiada henti, tubuhmu yang gemetar, suara parau mu yang memanggil diriku untuk meminta bantuan, sungguh hatiku begitu sakit melihat dan...