"umiiii, Abiiiiii" Teriak seorang gadis dengan suara cempreng di bawah sana.
Semua orang yang berada di rumah ini segera berkumpul, dan memeriksa apa yang sedang terjadi.
"Astagfirullah, Syarifah. kenapa tidak mengucap salam." Tegur Aisyah.
"Maaf umi, abisnya, Ifah. kesel sama kalian." Ucap syarifah.
"Anak, Abi. kesal kenapa?" Tanya Hamzah. yang baru saja kembali dari taman belakang.
"Abang, udah pulang kan? Kenapa kalian gak ngasih tau, Ifah."
Aisyah dan Hamzah terkekeh. "kamu ini, Abang. kamu tadi pagi sampai, jadi belum sempat umi kasih tau kamu." Ucap Aisyah mencoba menjelaskan.
"Gak, gak ada alasan umi, Ifah. kan belajar di pondok Abi, gak jauh umi, tadi juga Abang pergi ke pondok kan." Gerutu Syarifah.
"Iya, tadi Abang ke pondok, tapi cuman sebentar." Ucap seseorang yang tengah menuruni anak tangga, tak lupa seorang wanita yang tengah melihat interaksi keluarga ini dari lantai atas.
"Abanggggg..." Rengek Syarifah, sambil memeluk tubuh kekar Abizar.
"Ifah, kangen.." manja Syarifah.
Abizar tersenyum, "Abang, juga."
"Eh, tapi tunggu," Sarifah melihat ke seluruh penjuru rumah, hingga manik mata tajamnya menatap ke lantai atas, dan melihat seorang gadis di atas sana.
"Dia siapa?" Tanya Syarifah dengan menunjuk Ke arah Kanaya.
"Dia..."
"Maa syaa Allah, Cantik banget..." Syarifah memotong perkataan Abizar, dan segera bergegas menemui Kanaya.
Abizar, Aisyah, beserta Hamzah hanya di buat geleng kepala oleh kelakuan putri bungsunya ini.
"Sudah, biarkan saja mereka." Ucap Hamzah, kala melihat Abizar yang akan menemui para gadis itu.
"Baiklah." Jawab Abizar.
"Jam 8, kita pergi ke rumah kiyai Abdul yah." Inget Hamzah.
Abizar mengangguk. Ia tidak lupa, tapi entahlah, ia selalu cemas sendiri.
"Jangan khawatir, Abi. bersamamu." Ucap Hamzah, menyakinkan Abizar.
Abizar tersenyum. "Terimakasih Abi." Katanya.
****
Dilain tempat, kini kedua gadis manis itu tengah duduk tenang. Namun berbeda halnya dengan Kanaya yang sedikit merasa tak nyaman.
"Kenapa liatin saya seperti itu?" Tanya kanaya.
"Hidung, kamu oke." Puji Syarifah.
"Hasil oplas." Celetuk Kanaya.
"Wahh, Keren! Ifah juga dulu pengen oplas, tapi gak di bolehin." Syarifah menundukkan kepalanya.
"Kenapa mau oplas?" Tanya kanaya.
"Liat aja nih, Hidung Ifah itu beda dari yang lain." Syarifah merasa kesal, "Abang, umi sama Abi. Hidung nya bagus bagus, beda sama Ifah." Keluhnya.
Mendengar itu, membuat Kanaya terkekeh geli. "Jangan mau oplas, kalo oplas, berarti bukan produk nyata, percuma bagus, kalau palsu." Ucap kanaya.
"Tapi Kamu sendiri hasil oplas!" Ucap syarifah.
Kanaya terkekeh. "Enggak, ini asli, the reel hidung asli." Ucap Kanaya, meyakinkan Syarifah.
"Ah, masa Allah gak adil sih.," Keluh Syarifah.
"Kenapa begitu?" Tanya kanaya.
"Sebenarnya, akutu insecure. Temen temen aku pada cantik cantik, hidung nya bagus bagus, badannya tinggi, ah pokoknya perfeck deh."
Kanaya mengangguk paham. "Jangan insecure kaya gitu ah, gak baik! Kamu harus bangga sama apa yang kamu punya saat ini, kamu pendek tapi ingat pendek itu akan selalu terlihat menggemaskan. Hidung kamu pesek, tapi itu sangat lucu tau, dan kamu juga cantik, jangan hanya cantik pisik yang kamu kejar, tapi cantik hati juga." Ucap Kanaya, entah datang dari mana kalimat itu, seperti ia pernah mendengar penuturan kalimat ini, tapi entah dimana iapun lupa.
"Wahhh... Daebakkk, keren banget, Kalau gitu, Ifah gak akan insecure lagi deh." Ucap syarifah dengan terkekeh.
Kanaya hanya bisa di buat geleng kepala. Ada ada saja fikirnya.
"Kenalin, Aku Syarifah Malik ahmad, putri cantiknya Abi sama umi, dan juga adek kesayangannya Abang." Syarifah tersenyum, hingga menampakkan giginya yang tersusun rapi.
Kanaya menerima uluran tangan Syarifah. "Aku Kanaya naira putri, panggil aja Naya, Terserah aja sih, mau panggil apa."
"Cantik banget namanya, persis kaya orangnya." Puji Syarifah.
"Sudahlah saya malu." Ucap Kanaya, karena Syarifah ini sudah memujinya beberapa kali.
"Ah, jangan malu malu sama Ifah mah, kita besti yah." Ajak Syarifah.
"Besti?" Gumam kanaya.
Syarifah mengangguk. "Iya, kita sahabatan gitu loh. Ngomong ngomong kamu umur berapa?" Tanya Syarifah.
"20 otw 21."
Syarifah mengedipkan matanya berkali kali, sedikit tidak percaya dengan wanita di hadapannya ini.
"Alah, pasti boong kan!"
"Bohong apanya?" Tanya kanaya tidak mengerti.
"Kamu itu masih sma kls 10, kaya aku kan?" Tanya Syarifah lagi.
Mendengar hal itu, membuat Kanaya tertawaan pecah. Maksudnya apa? Apakah dirinya masih terlihat seperti gadis SMA.
"Ih, kok ketawa sih." Syarifah memanyunkan bibirnya.
"Hahahaha, iya sorry, Ifah. dengerin aku ya, Aku udah lulus SMA." Perkataan itu membuat Syarifah merasa shock berat.
"Kamu bisa nebak sendiri dong, Taun berapa aku keluar SMA, Umur aku aja sekarang hampir menginjak 20 tahun. Mungkin kita beda 4 atau 5 tahunan gitu." Ucap Kanaya mencoba menjelaskan.
Syarifah mengangguk mengerti, "yah, kalau gitu kita gak jadi besti dong." Keluh Syarifah.
Lagi lagi Kanaya terkekeh. "Kenapa gak jadi? Umur bukan penghalang kali, Kan aku juga masih terlihat muda, masih kaya anak SMA. Jadi cocoklah buat jadi besti kamu." Ucap Kanaya dengan mencubit hidung Syarifah.
Entah mengapa bersama Syarifah membuat Kanaya nyaman, Dulu ia ingin sekali mempunyai saudara perempuan seperti Syarifah. Tapi jangankan saudara orang tua saja tidak ada.
"Kalo gitu, Ifah mau panggil kamu kakak aja, gak enak kalo manggil nama, gak sopan." Ucap syarifah.
Kanaya hanya mengangguk saja, terserah gadis ini saja pikirnya.
"Baiklah, terserah kamu saja." Ucap Kanaya, dengan kembali menatap langit. Suasana sore di kota bandung, sangat mengesankan.
"Ngomong_ngomong. Ka Naya siapanya Abang? Kalaupun saudara juga. Ifah belum pernah liat kak Naya." Tanya Syarifah.
"Emm a_aku..."
"Dia saudara kita, memangnya kamu lupa ya, waktu kamu kecil. Kak Naya pernah main kesini." Abizar datang dengan menjawab pertanyaan Syarifah.
Kanaya bernapas lega, karena abizar datang diwaktu yang tepat.
"Ah, iya. Masa kamu lupa sih!" Ucap Kanaya dengan wajah dibuat sekesal mungkin.
"Ah, emang iya? Ifah gak inget sama sekali." Keluh Syarifah.
"Gak bakal inget, masih kecil juga." Ucap abizar.
Syarifah mengangguk. "Ifah kira, kak Naya pacar Abang. Atau engga istrinya hahahah." Celetuk Syarifah dengan tertawa.
Sedangkan abizar dan Kanaya dibuat kikuk sendiri.
"Hahahah, kamu bisa aja, Ifah." Kanaya tertawa dengan hambar.
Sedangkan abizar hanya menatap dua wanita di hadapannya ini dengan datar.
.....
Satu kata dong buat Syarifah?
Next lanjut lagi gak?
Jangan lupa Vote+komen+share ya temen temen 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Arsy (On Going)
Fanfiction"Saat, Kamu hampir saja dilecehkan, saya melihat mata dan jiwamu begitu ketakutan, air mata kepedihan itu keluar tiada henti, tubuhmu yang gemetar, suara parau mu yang memanggil diriku untuk meminta bantuan, sungguh hatiku begitu sakit melihat dan...