Abizar yang baru saja datang dari area pondok, kini tengah duduk manis, sembari meminum kopi buatannya sendiri.
Ia mencoba menghilangkan pikiran pikiran kacau nya ini, dengan menikmati secangkir kopi hitam tanpa di aduk. Itulah kebiasaannya. Jika ia sedang banyak pikiran.
"Abang..." Panggil seseorang lembut.
"Ah, Iyah umi. Kenapa?" Tanya Abizar, ia mempersilahkan Aisyah untuk duduk.
Aisyah tersenyum. Kemudian ia duduk tepat berada di samping Abizar.
"Sudah lama kamu tidak pulang, Umi kangen sekali dengan kamu." Ucap Aisyah, dengan mengelus rambut Abizar.
"Abang juga kangen sama umi, tapi..." Abizar menggantungkan perkataannya.
Aisyah mengangguk. "Umi mengerti," kemudian Aisyah terkekeh saat melihat secangkir kopi. "Kopi pahit tanpa di aduk lagi?." Aisyah menebak.
Abizar hanya tersenyum kecut. "Iya ummi."
"Lalu sekarang rencana kamu bagaimana? Tanya Aisyah.
"Malam ini, Abi. membuat rencana untuk pertemuan keluarga kita dengan keluarga kiyai Abdullah." Ucap Abizar.
"Malam ini?" Tanya Aisyah.
Abizar mengangguk. "Iyah, malam ini umi." Ucap Abizar, dengan memijat Pangkal hidungnya.
"Kenapa mendadak?" Tanya Aisyah.
"Abi, mau Abang jujur sama keluarga Mariyam, Kalo Abang sudah menikah dengan Kanaya."
Aisyah tersenyum. "Tapi, Untuk keputusan Abi saat ini umi setuju, Lebih baik kamu jujur sama Mariyam, dari sekarang. Daripada nanti, Mariyam tau sendiri, itu akan sangat menyakiti hatinya bang."
Abizar mengangguk. Ia tau, tapi ini bukan hal mudah untuknya.
"Kanaya?" Gumam Abizar, tiba tiba saja ia teringat dengan istrinya itu.
Aisyah terkekeh. "Kanaya di atas,.dia lagi mandi," jawab Aisyah.
Abizar mengangguk. "Umi, apakah salah. Karena Abang telah menikahi Kanaya?" Tanya Abizar, dengan mata yang begitu merasa menyesal.
Aisyah menggeleng, "Menurut umi tidak salah, akan tetapi waktu dan tempatnya yang salah."
"karena kalian baru bertemu, tidak saling mengenal, bahkan asal usulnya pun kalian tidak saling tau menau."
"Lalu, kalian terpaksa harus menikah, tanpa rasa sedikitpun, Entah kalian merasa ridho atau tidaknya itu semua kembali lagi kepada kalian."
"Entah ini sebuah kesalahan atau mungkin sudah takdir dari ilahi, Umi pun belum paham, yang jelas sekarang semuanya kembali lagi kepada kalian berdua, keputusan berada di tangan kalian." Ucap Aisyah, Abizar masih setia mendengarkan.
"Jika kalian merasa pernikahan ini adalah satu hal ketidaksengajaan, maka sebaiknya kalian akhiri saja, daripada kalian bersama, namun sama sekali tak saling cinta."
"Coba, sebaiknya kalian bicarakan ini baik baik ya, umi serahkan kepada kalian berdua." Ucap Aisyah.
"Baik ummi, Abang pasti akan segera membuat keputusan." Ucap abizar mengerti, kemudian setelah berbincang untuk sesaat, ia segera berpamitan kepada Aisyah, untuk bertemu dengan Kanaya.
Dengan tergesa abizar menaiki anak tangga, dan segera menuju kamar miliknya.
Abizar membuka kenop pintu dan....
Cklekkk...
"AHHHHHH" teriak Kanaya di balik pintu.
"Astagfirullah." Ucap abizar sama kagetnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Arsy (On Going)
Fanfiction"Saat, Kamu hampir saja dilecehkan, saya melihat mata dan jiwamu begitu ketakutan, air mata kepedihan itu keluar tiada henti, tubuhmu yang gemetar, suara parau mu yang memanggil diriku untuk meminta bantuan, sungguh hatiku begitu sakit melihat dan...