Bagian 17

17 1 0
                                    

Dilain tempat, kini Abizar tengah mempersiapkan beberapa barang yang akan ia bawa pulang. Ya setiap tiga bulan sekali, Abizar. selalu menyempatkan dirinya untuk pulang. Bukan apa apa, saat Abizar kuliah dulu. Ia jarang sekali pulang. Sampai Abi Hamzah dan ummi Aisyah kewalahan. Apalagi Syarifah, Syarifah selalu menelpon dan mengoceh padanya. Dan memintanya untuk segera pulang.

Namun, kini Abizar tidak sendiri di jakarta. Melainkan bersama sang adik, Syarifah. Sebisa mungkin Abizar selalu menyempatkan diri untuk pulang, karena tidak tega dengan Syarifah yang selalu uring uring_an jika hari libur tiba. Syarifah selalu meminta untuk pulang, meskipun satu hari. Dengan alasan dia begitu merindukan kedua orang tuanya.

"Sudah dipersiapkan barang barang yang akan dibawa nanti?" Tanya Abizar kepada adiknya. Syarifah mengangguk.

"Sudah, hoo iya. Mau pakai mobil atau motor pulangnya?" Tanya Syarifah.

"Barang bawaan Ade, banyak gak?" Tanya balik Abizar.

"Mm_ lumayan sih."

"Yasudah. Kita pakai mobil aja ya, biar semua barang bisa kebawa."

"Siap bos."

Lalu, keduanya disibukkan dengan kegiatannya masing masing, takutnya ada yang tertinggal.

"Ya Allah.. beneran ada yang kurang kan." Monolog Abizar. Kemudian Abizar segera beranjak dan mengambil sebuah kunci motor yang tergantung di tempat biasanya.

"De. Abang keluar dulu ya, mau beli sesuatu." Izin Abizar. Syarifah hanya mengangguk. "Mau nitip gak?" Tanya Abizar lagi.

Syarifah mencoba berfikir sejenak. "Hoo, ada bang, Ifah mau bolu susu. Beliin ya, sekalian buat oleh oleh."

Abizar mengangguk. "Iya, nanti Abang belikan. Kamu siap siap aja ya, nanti kalo Abang lama, barang barangnya dimasukkan dulu saja ke bagasi mobil."

"Iya iya.."

"Kalau gitu, Abang pamit. Assalamualaikum.."

"Waalaikumssalam.."

Kemudian Abizar segera keluar dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Namun, saat diperjalanan, Abizar. Baru menyadari jika bahan bakarnya akan habis. Untungnya, di depan sana ada tempat pom bensin.

Abizar segera memasukan motornya menuju barisan antri. Dan untungnya, antriannya tidak terlalu panjang. Jadi meskipun panas itu tidak jadi masalah.

Di balik helm yang Abizar kenakan. Ia melihat di sebelah kirinya. Di dalam mobil sana terlihat seseorang yang ia kenali wajahnya. Namun, tidak lama kemudian, mobil tersebut meninggalkan area pom.

'Dia pingsan! Sebaiknya kamu cepat kemari. Saya melihat dia sedang di atas jembatan, saat saya menariknya dia-'

'DIA KENAPA?!" Tanya seseorang di sebrang sana dengan emosi. Ia begitu khawatir akan keadaan gadis di pangkuan adiknya tersebut.

'dia, hanya pingsan. Sebaiknya kamu segera kemari. Tolong dia, saya tunggu!'

'tap-'

Tut Tut tut

Tidak menunggu waktu lama, Abizar menutup telponnya terlebih dahulu. Kemudian ia menyalin no telepon dengan nama -galaksi- tersebut. Dan segera mengirimkan alamat.

"Apakah gadis itu, adalah gadis yang sama, yang beberapa tahun lalu aku nikahi." Monolog Abizar.

"Kanaya Naira putri." Lanjutnya dengan lirih.

Sungguh, setelah kejadian beberapa tahun lalu, hidupnya dihantui rasa bersalah. Kerena dengan teganya ia menalak Kanaya. Bahkan karena kejadian beberapa tahun lalu, kini hidup Abizar begitu tidak tenang. Ia merasa bersalah kepada Tuhannya. Karena telah mempermainkan pernikahan.

Takdir Sang Arsy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang