Bagian 9

38 3 0
                                    

Kanaya menatap nyalang sebuah mangkuk di hadapannya ini. Membayangkannya juga sangat enak, apalagi aromanya yang begitu khas.  begitu menggiurkan.

Sialnya, hampir 10 menit Abizar belum kembali juga dari WC, Sepertinya lelaki itu tengah bertapa. Lama sekali!

"Makan aja." Abizar datang dengan memegang perutnya.

Kanaya menatap sekilas. Senang mendapatkan tawaran itu, namun niatnya ia urungkan kembali. Enak saja. Gengsi dong!

"Gak. Makasih." Tolak kanaya.

"Oke," ucap Abizar.

Kanaya mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain, sambil menelan ludah dan juga menggerutu dirinya sendiri dalam hati. Karena menolak seblak seenak itu dengan cuma cuma.

"Eh. Kayaknya saya gak bisa makan ini, Kasih siapa yah..." Abizar berbicara sendiri.

Mendengar hal tersebut, Kanaya membulatkan matanya. Sungguh menyebalkan sekali.

"Perut saya masih sakit, dan saya gak bisa makan ini." Keluh Abizar dengan nada dibuat buat.

"Ah, kasih ke mereka aja." Ucap Abizar ini. Namun nihil Kanaya masih belum bereaksi sama sekali.

"Mbaaa..."

"Stopp...!" Kanaya dengan cepet memotong perkataan Abizar. "Oh... Shit, Naya bodoh banget sih."batin nya.

"Kenapa?" Tanya Abizar.

Dengan wajah percaya dirinya, Kanaya mengambil mangkuk tersebut dengan cepat.

"Sayang kalo di kasih, Buat saya aja." Ucap Kanaya. Kemudian segera melahap seblak tersebut dengan khidmat. Bodo amat dengan lelaki dihadapannya ini, mau bilang apapun.Terserah!

Abizar hanya mengangguk, lalu terkekeh kecil. Dasar bocil. Terlalu banyak gengsi.

Setelah melakukan adegan menye menye untuk makan seblak, akhirnya
Kini kedua remaja itu tengah duduk manis di sebuah tempat, Suasana yang begitu sejuk, tak lupa lampu lampu yang indah mengelilingi tempat itu.

"Indah banget.." gumam kanaya.

"Kenapa bawa saya kesini?" Tanya kanaya.

Abizar menatap dalam kanaya. Matanya tersirat sebuah kesedihan.

"Saya mau bicara sama kamu." Jawab Abizar.

"Silahkan..." Kanaya mempersilahkan.

"Pernikahan kita..." Abizar menggantungkan perkataannya.

Kanaya terkekeh. "Sebuah kesalahan." Ucap Kanaya sambil terkekeh.

Kemudian Abizar terdiam. "Entahlah, semuanya seperti lelucon untuk saya. Awalnya saya ingin mengakhiri ini, namun sepertinya saya berubah pikiran, saya akan mempertahankan pernikahan ini," sontak Kanaya membulatkan matanya sempurna.

"Apa yang harus dipertahankan?" Tanya Kanaya.

"Saya mempertahankan kamu karena satu alasan." Lanjut Abizar.

"Alasan apa?" Tanya kanaya.

"Akad. Ikrar janji saya dengan Allah."

Kanaya mengangguk Mengerti. "Tapi pernikahan ini tidaklah benar. Semuanya hanya sebuah kesalahan besar." Ucap Kanaya lagi.

Abizar mengangguk. "Kamu benar. Pernikahan ini hanyalah sebuah kesalahan." Ucap Abizar membenarkan.

"Kalau begitu, mari berpisah." Ajak Kanaya, Entah mengapa mengatakan hal itu membuat hatinya sakit.

Abizar menoleh dengan cepat. Ia menatap Kanaya dalam. Entah mengapa Abizar merasa tak terima dengan permintaan Kanaya barusan.

"Tapi..."

Takdir Sang Arsy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang