Bagian 13

9 0 0
                                    

"tolong! Bantu saya!" Galaksi berteriak meminta pertolongan kepada perawat di rumah sakit ini. Untungnya beberapa perawat itu begitu sigap. Sehingga tidak perlu menunggu terlalu lama.

"Apa yang terjadi?" Tanya seorang dokter  kepada galaksi. Kini Kanaya sedang melakukan pemeriksaan.

Galaksi menggelengkan kepalanya. "Saya juga tidak tahu dok. Tadi, teman saya sudah tergeletak tak sadarkan diri di atas jembatan."

Dokter tersebut mengernyit heran. "Sepertinya dia-"

"Apa dok! Kalo ngomong jangan macam macam ya! Teman saya tidak mungkin melakukan hal gila." Sarkas galaksi, ia begitu tak habis pikir dengan pemikiran seorang dokter tersebut.

Dokter tersebut terkekeh. "Saya belum selesai bicara. Mungkin teman kamu terlalu lama di luar. sepertinya dia masuk angin. Dan mungkin juga dia belum makan. Makannya tubuhnya tidak kuat. Hingga akhirnya dia pingsan."

Galaksi mengangguk, kini perasaannya sudah mulai membaik. Tadinya ia begitu kesal kepada dokter tersebut. Namun, setelah diberi penjelasan tentang keadaan Kanaya. Ia akhirnya mengerti. Kemudian galaksi meminta maaf dan berterima kasih.

Setelah itu tinggal-lah galaksi dengan Kanaya yang tengah terbaring di atas berangkar.

"Kamu ngapain sih? Ay. Main kok di atas jembatan." Tanya galaksi dengan lirih. Namun sayangnya, ia hanya berbicara sendiri. Dikarenakan Kanaya belum sadar.

"Ngapain juga tadi kamu pergi ninggalin aku sendirian."

Galaksi menghembuskan nafas lelah. Saat itu galaksi begitu merasa bersalah atas apa yang terjadi tadi sore, kemudian galaksi mencoba menghubungi kanaya, satu panggilan terlewat, dua panggilan masih sama tidak dijawab, sehingga yang ketiga kalinya panggilan tersebut dijawab, namun.

'hallo. Ay? Kamu sudah pulang?'

'maaf atas kejadian tadi.'

'ay?'

'kamu marah?'

Namun, sayangnya tidak ada respon sama sekali, hanya terdengar deru nafas saja.

'ay. Are you oke?' tanya galaksi, ia sedikit panik.

'Dia pingsan! Sebaiknya kamu cepat kemari. Saya melihat dia sedang di atas jembatan, saat saya menariknya dia-' hening sesaat. Seseorang di sebrang sana terdiam. Dan hal itu membuat galaksi semakin cemas.

'DIA KENAPA?!" Tanya galaksi dengan emosi. Ia begitu khawatir akan keadaan Kanaya.

'dia, hanya pingsan. Sebaiknya kamu segera kemari. Tolong dia, saya tunggu!'

'tap-'

Tut Tut tut

Telpon di tutup secara sepihak. Padahal ia belum selesai bertanya. Bahkan ia tidak tahu alamatnya dimana. Sialan memang.

Namun, saat galaksi akan menelpon balik, sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Isi pesan tersebut memberikan pesan share lok. Dan mengirimkan  foto Kanaya, yang tengah berada di pangkuan seorang wanita.

Galaksi begitu panik, saat mendengar kabar bahwa Kanaya tengah pingsan. Dan yang paling membuat paniknya lagi. Kanaya sempat berdiri di atas jembatan. Sehingga tanpa pikir panjang, galaksi segera menyusul Kanaya. Tanpa menggunakan alas kaki. Untungnya ia membawa mobil sendiri.

Kini,. galaksi hanya bisa terkekeh sendiri. Menyaksikan betapa sakit kaki-nya tersebut, akibat terkena paku. Saat ia membawa Kanaya keluar dari dalam mobil, untuk segera dibawa masuk ke dalam rumah sakit yang ber-plang besar bertuliskan RUMAH SAKIT CENDRAWASIH

"Sakit Lo gak seberapa! Yang penting lo bisa bawa dia secepat mungkin." Galaksi membatin.

*****

"Abang!" Panggil Syarifah.

"Apa?"

"Kayaknya, Ifah mau pulang aja. deh."

Abizar menautkan kedua alisnya. "Tumben. Biasanya juga borong dulu semua jajanan nya, kemudian pulang."

"Besok besok lagi aja. Kayaknya, keadaan Abang juga lagi gak baik." Syarifah menatap abangnya tersebut dengan iba.

Kemudian Abizar mengangguk, sembari tersenyum kecut ke arah Syarifah. "Abang, gak kenapa-napa. Lagian Abang juga lagi pengen jajan." Abizar menatap sekeliling. Mencari makanan apa yang akan di belinya.

"Tapi--."

"Cimol." Abizar tersenyum, kala menemukan jajanan tersebut.

Syarifah hanya mengikuti ke arah mana Abizar menunjuk. Dan, yap. Benar sekali, di sebrang sana terdapat beberapa pedagang. Salah satunya penjualan cimol.

"Abang. Mau itu?" Tanya Syarifah sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Abizar mengangguk mantap. "Yuk, kita beli cimol. Baso tusuk. Sama papeda. Itu semua, Kesukaan kamu kan?."

Syarifah mengangguk. "I-iya sih, Ifah suka. Tapi, Abang gak pa-pa kan? Setelah kejadian tadi--." Tiba tiba saja Syarifah kembali teringat. Dengan kejadian yang tidak mengenakkan seperti tadi. Ia yakin kalau Abizar sedang tidak baik baik saja.

Abizar terdiam untuk sesaat, kemudian ia menatap sebrang sana. Lalu setelah memastikan jika jalan sudah mulai sepi, dengan segera Abizar menarik tangan adiknya itu lembut.

"Ayo. Ikut Abang, Abang mau bicara sembari membeli apapun yang kamu mau." Ajak Abizar. Syarifah mengangguk, lalu mengikuti ke arah mana Abizar membawanya.

******

Kanaya membuka matanya perlahan. Ruangan serba putih ini, membuat Kanaya menatap sekeliling dengan heran. Bau obat juga menyita indra penciumannya.

"Kenapa. Aku disini?" Monolog-nya.

Sampai penglihatannya mengenai titik. Dimana, di sana terlihat seorang lelaki yang ia kenali, tengah tertidur pulas di atas sofa yang berada di ruangannya.

Namun, tunggu!

"Apa itu darah?" Kanaya segera beranjak dari tempatnya. Kemudian menghampiri galaksi. Hingga penglihatannya mengenai sasaran sang empu.

"Astagfirullah. Kenapa bisa berdarah seperti ini." Kanaya menggerutu sendiri. Karena tidak ingin membangunkan galaksi. Kanaya pergi ke luar ruangan. Untuk meminta pertolongan kepada perawat. Atau jika boleh, ia akan meminta P3K untuk mengobati kaki galaksi.

Setelah berkutat dengan P3K yang Kanaya pinta tadi, akhirnya selesai juga. Tanpa membangunkan sang empu.

"Selesai juga."  Kanaya merasa lega, karena hasilnya begitu sempurna tanpa membangunkan galaksi.

"Tapi, kok aneh yah. Gala, tidur atau apa sih, perasaan gak gerak gerak." Kanaya di buat aneh seketika. Karena sedari kegiatannya yang membersihkan luka di kaki galaksi. Galaksi tidak bergerak sama sekali.

"Apa jangan jangan--."

"Tenang saja, Galaksi Bimantara masih hidup."

*******

Doubel up teman teman, pastikan baca bab selanjutnya..

Mau bilang apa sama...
Kanaya?
Galaksi?
Abizar?

Sebelum melanjutkan ceritanya, pastikan  vote, komen, share, juga follow yaaa.

Takdir Sang Arsy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang