Setelah hampir satu jam lamanya, kini kanaya sudah sampai di depan pekarangan rumahnya. Galaksi beserta Kanaya segera turun dari dalam mobil.
"Gala. Aku gak pa-pa. Sampai sini aja ya," ucap Kanaya dengan meremas bajunya. Ia sedikit merasa cemas.
"Aku antar sampai pintu."
"Tapi--"
Pintu depan terbuka dengan lebar, bukan. Bukan kananya yang membuka_nya, melainkan sang pemilik rumah. Dengan wajah cantiknya dan piyama sedikit terbuka yang dikenakan wanita yang kisaran umurnya 45 tahunan itu.
"Wah.. dia pacar kamu?" Tanya wanita tersebut. Panggil saja Novi. Dia adalah Tante Kanaya.
"Bu-bukan-"
"Maaf, Tante. sebelumnya perkenalkan. Saya Galaksi. Saya teman, Aya." Galaksi memperkenalkan diri dengan sopan kepada Novi. Novi hanya mengangguk, namun tatapannya terpaku kepada mobil mewah yang terparkir di depan sana.
"Hoo, Teman Aya yah. Kirain pacarnya." Ucap Novi dengan ramah. "Padahal kalian cocok, loh." Goda Novi.
Namun, Kanaya dan galaksi dibuat kikuk sendiri. Meskipun dalam hati galaksi merasa berbunga bunga, berbeda halnya dengan Kanaya. Ia merasa begitu risih saat novi berbicara seperti itu. Kanaya tahu betul sifat Novi yang sebenarnya.
"Hoo iya, sebelumnya saya minta maaf ya tan, karena Aya harus pulang malam. Tadi Aya habis dari rumah sakit. Dia sempat pingsan, tadi." Galaksi meminta maaf, sembari menjelaskan.
Tatapan Novi berubah, terlihat gurat wajah khawatir dari wanita berusia 45 tahun itu.
"Loh. Kamu gak pa-pa Aya? Mana yang sakit?" Tanya Novi dengan cemas. Sedangkan Kanaya hanya menatap Novi dan menggelengkan kepalanya.
"Aku, gak pa-pa tan."
"Syukurlah.." Novi berucap syukur. Kemudian tatapannya beralih. Ia melihat galaksi. "Nak, gala. Mau masuk dulu. Sudah malam loh ini." Tawar Novi.
Galaksi menggelengkan kepalanya cepat. "Ah, tidak. Terimakasih. Saya mau pulang saja tan. Gak baik juga bertamu sudah larut malam seperti ini." Tolak galaksi dengan halus.
"Baiklah, jika seperti itu."
"Kalo gitu, saya pamit pulang dulu ya Tante. Ay." Pamit galaksi
Kanaya beserta Novi mengangguk. Kemudian dengan sopan galaksi menyalimi tangan Novi. Dan memberi salam. Sedangkan Kanaya hanya tersenyum dan berterima kasih.
"Masuk!"
Kanaya mengangguk, kemudian memasuki rumah dengan perasaan was was.
"Sepertinya.. teman kamu boleh juga." Ucap Novi dengan tiba tiba.
Saat hendak memasuki kamarnya, langkah kaki Kanaya terhenti seketika.
"Maksud Tante apa?" Tanya Kanaya,
Novi terkekeh. "Sudah lah, Aya! Jangan belaga sok polos. Pake pura pura gak ngerti segala." Ucap Novi, dengan memainkan kuku kukunya itu.
Kanaya menggelengkan kepalanya. Ia tak mengerti dengan apa yang di katakan oleh tantenya itu.
"Aku. gak ngerti, maksud Tante itu apa?" Tanya Kanaya. Sungguh kini ia begitu merasa pusing. Bukannya langsung istirahat, malah harus menghadapi Novi yang kelakuannya seperti nenek sihir.
"Sepertinya dia kaya. Pasti uangnya banyak."
Kanaya dibuat melongo seketika. "Kalo dia kaya, kenapa tan? Apa hubungannya?."
"Ututututu.. Naya sayang. Tante pikir kamu itu pintar. Tapi ternyata." Novi menatap Kanaya dengan remeh. "Selain polos, kamu juga bodoh!"
"Untuk pertama kalinya kamu datang dan membawa lelaki yang kaya. Jangan sampai kamu lepaskan dia Kanaya! Ingat! Kamu sudah berhutang banyak sama saya."
"Tega ya, Tante!" Kanaya menggelengkan kepalaku, tak habis pikir dengan ucapan Tante nya itu.
"Kamu yang tega!." Sarkas Novi. "Kamu tega, meng_hambur hamburkan uang suami saya. Hanya untuk kepentingan kamu sendiri." Novi tertawa remeh. "Dengan mudahnya kamu bilang, saya yang tega sama kamu. Sadar Kanaya! Kamu hanya numpang disini."
"Jangan bawa orang lain dalam masalah saya Tante. Saya gak suka. Saya sebenarnya juga sudah muak tinggal disini. Jika bukan karena om pandi. Saya gak akan tinggal disini lagi!"
Lagi-lagi Novi tertawa remeh. "Emang kamu nya aja yang masih betah tinggal disini, jangan bawa bawa nama suami saya. Kalo sudah dari kecil numpang hidup, sampai besarpun akan terus begitu. Gak bakalan bisa mandiri. Padahal waktu itu saya udah ajak kamu buat kerja. Punya penghasilan sendiri, kerjanya enak. Tinggal temenin orang orang minum. Eh, kamu-nya yang bodoh. Lebih memilih buka usaha yang gak jelas hasilnya. Mana modalnya dari suami saya lagi. Mana sekarang penampilan kamu sudah kayak ustadzah lagi. Ribet tau gak!"
"Cukup!"
"Cukup Tante, aku tahu, aku juga sadar diri. Kalau aku emang selalu ngerepotin kalian. Tapi, plis. Untuk kali ini aja. Jangan bahas masalah itu. Aku cape Tante. Aku perlu istirahat. Dan satu lagi. Jangan bahas apapun soal gala, dia teman aku jangan sampai Tante ikut campur sama urusan aku dan galaksi." Mohon Kanaya. Kemudian setelah mengatakan itu. Kanaya segera bergegas memasuki kamarnya. Jika ia masih meladeni Novi. Maka masalahnya tidak akan selesai selesai dari A-Z.
Novi merasa tidak terima, dengan apa yang di katakan oleh Kanaya. Ia begitu geram karena selain itu, Kanaya juga meninggalkan dirinya saat sedang bicara. Tidak sopan memang!
"BAGUS YA, HIDUP NUMPANG TAPI SEENAKNYA." Teriak Novi dengan penuh tekanan.
Kanaya yang mendengar, hanya mengelus dadanya, dan mengeluarkan cairan bening yang sedari tadi ia tahan.
"Kuat ya Allah. Aya kuat!" Kanaya membatin.
Kemudian Kanaya melangkah kan kakinya menuju laci yang berada di dekat tempat tidurnya.
Ia mengambil sebuah pigura berukuran kecil. Di sana, senyuman Kanaya kecil yang begitu lepas, juga kedua orang tua Kanaya yang sedang memangku dirinya. Bahagia sekali!.
"Ibu. Ayah dimana?" Tanya Kanaya kecil. Hari ini ia begitu bahagia, karena sebentar lagi, perayaan ulang tahunnya akan segera dimulai. Tinggal menunggu ayah Kanaya pulang.
"Kata ayah, ayah lagi di jalan. Sebentar lagi juga sampai. Aduh anak cantik ibu. Udah gak sabar yah." Ucap ibu Kanaya, sembari mengelus surai milik anaknya itu.
"Hihi. Kata ayah, dia mau buat kejutan untuk Aya. Aya jadi gak sabar deh Bu." Kanaya berucap sembari membayangkan, kejutan apa yang akan ia terima dari ayahnya itu.
"Aduh, yang udah gak sabar pengen tiup lilin." Novi beserta anaknya datang dengan membawa sebuah kado besar. Entah apa isinya.
"Hoo. Tante bawa apa itu. Besar banget!" Ucap Kanaya kecil dengan gembira.
"Ini, kado spesial buat keponakan Tante yang paling cantik."
"Wah.. makasih Tante." Kanaya berterima kasih.
"Iya- sama sama."
Drett drett
"Sebentar ya, ibu angkat telpon nya dulu." Kanaya beserta novi mengangguk.
"Hallo."
"......"
"Iya betul, siapa ya?"
"............."
******
Akhirnya, Tiga chapter sudah di lalui. Up setiap mood aja ya teman teman.
Sebelum bertemu kembali di Minggu yang akan mendatang. Satu kata dong buat..
Kanaya?
Abizar?
Galaksi?
Novi?
Saya sendiri mungkin?Jangan lupa vote, komen, share dan follow teman teman..
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Arsy (On Going)
Fanfiction"Saat, Kamu hampir saja dilecehkan, saya melihat mata dan jiwamu begitu ketakutan, air mata kepedihan itu keluar tiada henti, tubuhmu yang gemetar, suara parau mu yang memanggil diriku untuk meminta bantuan, sungguh hatiku begitu sakit melihat dan...