Bagian 10

36 2 1
                                    

Kabut semakin tebal, langit tanpa biru. Tandanya akan turun hujan. Namun gadis itu masih sibuk dengan kegiatannya diluar.

"Mau pergi sekarang? Langit sudah mendung." Ajak seseorang.

Gadis dengan memakai kerudung pashmina itu menggeleng lembut. "Tidak, duluan saja. Tanggung, sebentar lagi selesai."

"Baiklah, kalau begitu  aku ajak anak anak untuk masuk terlebih dahulu."

"Oke."

Kanaya menghela nafasnya berat, ternyata mengerjakan sebuah tugas itu tidaklah mudah.

"Ayo, Kanaya. sedikit lagi selesai." Ucapnya kepada diri sendiri.

Langit semakin gelap, hujan sudah mulai turun, namun Kanaya masih belum beranjak dari tempatnya.

"Astaga! Degil banget si naya!" Kesalnya, dengan segera memayungi Kanaya.

Kanaya hanya cengengesan. "Ya ampun, Gala. Ngapain balik lagi sih?" Ucap Kanaya dan langsung berdiri.

"Kamu yang kenapa? Hujan sudah turun juga. Masih aja disini."

"I-iya udah ayo. Aku juga mau pergi kok."

"Nih!"

"Loh, kok dikasih? Terus kamu gimana?" Kanaya merasa heran. Karena payung yang dibawa oleh gala di berikan kepada dirinya.

"Gampang. Tinggal lari, kan gak mungkin kalo kita satu payung." Ucap gala.

Kanaya tertunduk. Benar! Kanaya sedang belajar untuk jaga jarak dengan yang bukan mahramnya.

"Yaudah, pake aja sama kamu. Aku gak pa-pa. Hujannya juga masih kecil. Gak bakalan basah juga."

"Gak! Pake aja. Aku duluan."

Tanpa menunggu lama, gala segera meninggalkan kanaya di taman sana, sendiri.

Kanaya hanya dibuat geleng kepala. "terimakasih gala, Karena sudah menghormati keputusan ku."

Galaksi Bimantara. Teman satu kampus Kanaya. Lelaki yang biasa Kanaya panggil dengan sebutan gala itu, telah menyukai Kanaya sedari tiga tahun yang lalu. Dimana keduanya bertemu saat pertama kali masuk kuliah. Namun pada saat itu Kanaya adalah salah satu gadis yang sangat anti terhadap orang yang baru dikenal. Jangankan menyapa melirik saja tidak.

"Oh, iya. Hampir saja lupa." Kanaya menepuk jidatnya. Kemudian mengambil sebuah tasbih kecil di dekat pohon tempat tadi ia duduk.

Tiba tiba saja Kanaya jadi teringat sesuatu.
"Kamu jaga tasbih ini dengan baik, itu tasbih kesayangan saya. Dan semoga kamu tetap Istiqomah."

Kanaya tersenyum simpul, sungguh rasanya waktu berjalan begitu cepat. Sudah 4 tahun yang lalu. Dan masih begitu melekat di dalam pikiran Kanaya. Namun, tiba tiba juga ia merasa sedikit sedih, saat abizar menalaknya dahulu. Padahal saat itu adalah waktu yang dinantikan oleh Kanaya.

"Baiklah, dihadapan ummi dan Abi. Saya Abizar Malik Ahmad akan menalak Kanaya Naira putri. Saat ini juga."

Lagi lagi Kanaya menepuk jidatnya, dan sekarang lumayan sedikit keras.

"Oke Naya, tetap fokus menata masa depan. Pernikahan itu hanya sebuah kesalahan." Gumam kanaya dengan memegang erat tasbih berwarna putih itu.

*******

Dilain tempat, galaksi sedang memperhatikan Kanaya yang sedang berjalan menuju mushola. Yang berada di lingkungan kampus.

"Aku terlalu mencintaimu, sampai aku lupa. Bahwa sampai kapanpun kita tidak akan pernah bisa bersama. Kecuali..."

"Gal." Panggil seseorang.

"Ngelamun aja Lo!" Kemudian pandangannya tertuju kepada gadis di depan sana.

"Inget! Cinta itu seperti segitiga, sebelum mencintai hambanya, pastikan dulu kamu mencintai Tuhannya. Tapi, gimana mau bersatu sih. Orang tuhan_nya juga beda." Celetuk Zean. Sahabat galaksi.

"Berani mencintai, harus rela melepaskan!"

"Bisa diem gak Lo!" Kesal galaksi. Meskipun ia tahu, bahwa apa yang dikatakan Zean tidak ada salahnya.

Zean hanya mengangkat bahunya tak acuh. "Tapi gue penasaran, apa sih yang membuat Lo cinta banget sama dia?" Tanya Zean.

"Naya.." galaksi menggantungkan perkataannya. Mencoba menyusun kata kata yang indah untuk mendeskripsikan tentang cintanya itu.

"Sepertinya mendeskripsikannya saja gue gak mampu. Yang jelas, Kanaya adalah orang yang benar benar pantas untuk dicintai."

Zean hanya menghela nafasnya. Zean akui jika Kanaya memang wanita Idaman, namun Zean tidak pernah berfikir untuk mencintai Kanaya. Selain beda agama kasta juga menjadi pemicu utama. Apalagi galaksi lelaki yang mencintai Kanaya. Mana mungkin Zean bersaing dengan sahabat sendiri.

"Kok, jadi Lo yang ngelamun? Mikirin apaan Lo?" Tanya galaksi tidak suka. Habisnya tatapan Zean terus menuju ke arah Kanaya.

"A-apaan sih Lo. Gitu aja marah." Elak Zean, karena merasa terancam.

"Berani Lo liatin Naya, gue bunuh sekarang juga." Ancam galaksi.

Seketika Zean bergidik ngeri. "Gila Lo, siapa juga yang suka sama Naya." Ucap Zean membela dirinya.

"Gue gak bilang, kalo Lo suka sama Naya yah! Oohh atau jangan jangan..." Selidik galaksi, dengan menyipitkan matanya.

"Apaan? IYA GUE SUKA SAMA DIA.!" Teriak Zean. Dengan melarikan diri sambil tertawa keras.

"ZEAN! SIALAN LO!" Teriak galaksi.

Kemudian ia tertawa getir. "Apa yang dikatakan, Zean. memang benar! Berani mencintai harus rela melepaskan."

Merasa di perhatikan, Kanaya segera menoleh, dan melihat galaksi di depan sana.

"No! Gak boleh liat liat!" Ucap Kanaya, dengan menggunakan bahasa isyarat.

Galaksi hanya terkekeh.

"Oke, siap." Jawab galaksi dengan menggunakan bahasa isyarat kembali. Ia tertawa sembari hormat kepada Kanaya. Kemudian galaksi mengalihkan pandangannya, dan mulai berjalan kembali.

Memang di jam 11:45 Kanaya selalu berada di area mushola. Sebab ia tidak ingin terlambat untuk mengerjakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

.....

Kalau menurut kalian gimana, adanya galaksi? Apakah galaksi adalah pelindung Kanaya?

Mau bilang apa sama galaksi?

Jangan lupa vote+komen+share ya temen temen 🖤

Takdir Sang Arsy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang