23 : Wait - 기다리다

33 9 1
                                    

heii yooo. aku up kembali. siapa yg kangen + bertahan yaa?

"KAU BERBOHONG"

HoSeok sontak terkejut bukan main ketika Jungkook datang secara tiba tiba tanpa mengetuk pintu, Jungkook yang setengah mendobrak pintu ruanganya membuat pegawai lain sempat ikut terlonjak terkejut bukan main.

"KAU BERKATA BAHWA ISTRI MU HAMIL" teriak Jungkook.

"HEI, KECILKAN SUARAMU, KALAU TIDAK KAU TIDAK AKAN KULEPASKAN!" teriak HoSeok balik yang mengambil bantal sofa nya dan melemparkannya kepada Jungkook. Detik berikut Jungkook terkekeh mengisyaratkan bawah melakukannya tadi hanya candaan belaka.

"Hehe, oke oke. rileks, jangan meluapkan emosi. Aku mengatakan itu karna aku sadar bahwa Aera sebenarnya belum hamil" jelas Jungkook yang mulai mendekati HoSeok pelan yang sedang duduk di meja kebesaran nya dan kemudian memijat kedua bahunya, Jungkook tertawa seperti orang bodoh untuk HoSeok, nyatanya Jungkook sangat takut bila HoSeok lepas emosi seperti itu.

"Kenapa kau baru sadar?" tanya HoSeok balik.

Jungkook pun mengingat sesuatu "waktu itu kau bilang bahwa Aera sedang hamil saat dia mengantarkan bekal untukmu saat aku sebelum nya mengatakan bahwa Aera sedang hamil" Ingat Jungkook.

HoSeok pun berbalik menatap Jungkook "kau lupa? secepat itu?" kata HoSeok yang sepenuh nya tidak percaya "ahh tidak aku ingat, aku datang hanya basa basi sebenarnya" ucap Jungkook yang membuat HoSeok memegang kepalanya pusing.

Ya Tuhan kenapa Jungkook seperti ini.

"Hyung, kau tidak apa apa?" tanya Jungkook, "tidak, tidak apa apa"

"Hyung, ayo kita kesalah satu kedai makanan yang baru saja buka akhir ini, aku dapat kupon setengah harga" kata Jungkook yang kemudian langsung tertawa bodoh seperti membujuk HoSeok. HoSeok sudah tidak terkejut lagi dengan anak yang satu ini.

"Kau adalah beban pikiran ku yang paling berat dari rumah tangga ku. Ayo, kita datangi demi dirimu senang" Ucap HoSeok yang mulai berdiri bersiap mendatangi tempat yang dimaksud Jungkook barusan. "Aaahh, tidak pernah salah diriku. Kau yang terbaik!"

-

Kalau bisa JiMin jujur, Jimin tak mau ada masalah yang sepenuh nya bukan urusannya sama sekali.

"Ku mohon, kita harus hentikan mereka, entah kenapa tetapi aku benar benar sangat ingin menghentikan keduanya terlebih lagi HoSeok" ucap Jennie saat ini kepada Jimin. Jimin pun mulai memegang kepala sakit rasanya sudah tak bisa ia bendung pikiran ini.

Keduanya saat ini berada didalam mobil Jimin, Jennie memaksa nya untuk bertemu, sedikit gila anak itu, mengingat Jennie hampir membunuh nya waktu itu karna emosi. Padahal bukan urusan Jennie untuk tau, seperti nya Jennie ingin merebut hati HoSeok yang terbongkar hubungan nya saat ini hanyalah pura pura saja.

"Kau tenang saja, mereka tidak seperti itu. Semuanya baik baik saja. Kenapa kau begitu khawatir terhadap mereka? apakah kau suka dengan HoSeok?" tanya balik Jimin. Rasanya ini bertele-tele lagi, Jimin sebenarnya tak ada semangat membahas hal ini. Sudah cukup.

"Aku masih ada sedikit rasa keperdulian kepadanya, dia laki laki yang sangat baik padaku walau dia adalah mantan pacar ku saat bersekolah menengaj atas, tapi itu bukan lah alasan utama mengapa aku harus seperti ini" jujur Jennie yang menatap Jimin tepat disebelah kanan nya.

Jimin pun terdiam sesat, mengingat keduanya juga memiliki hubungan spesial, tanpa sadar Jimin sedikit tersinggung akan hal itu.

"Kau yakin karna dia laki laki yang pernah baik dengan mu? apa tidak mungkin alasannya kau masih menyukai nya?" Tanya Jimin pasti, Jennie pun menggeleng seperti dia tidak ada rasa antusias ke arah pembicaraan yang barusan di ceritakan oleh Jimin. "Aku hanya ingin menolong nya" ujar Jennie pelan.

Jennie pun mengelah nafas dan Jimin yang hanya diam tak berkutik.

Jennie tanpa sadar langsung sedikit terkejut ketika Jimin mengusap kepala nya lembut, entah tiba tiba saja jantung Jennie berdegub kencang, melemah, dan tak berkutik.

"Maafkan aku, aku bukanlah laki laki yang baik waktu itu untukmu, tapi aku tak menyangka kita masih bertatap temu seperti ini aku sangat bersyukur" ujar Jimin yang membuat Jennie terharu hingga hampir meneteskan air mata "kau menangis?" tanya Jimin sedikit terkejut, Jennie menggelengkan kepala nya dan menatap Jimin lagi "Hubungan kita benar benar membuat kita saling membenci kala itu" ingat Jennie, Jimin hanya menaikkan senyum miring nya sedikit dan jeda antara mereka saat ini kembali berlanjut.

"Kau tak perlu khawatir tentang mereka berdua" ingat Jimin yang membuat Jennie lagi lagi menatap Jimin heran.

"Kurasa keduanya sudah mulai mencintai, mereka juga sedang berusaha memiliki anak. Kau harus mendukungnya" ucap Jimin yang kini membuat Jennie tersenyum kembali.

"Ya tentu, semoga yang kau katakan adalah kebenaran. Dan aku harap HoSeok baik baik saja saat ini".

-

Seokjin pun kini mengangkat kedua senyum nya kembali, menatap wanita yang sering mengunjungi nya, tanpa ada ragu bahkan yang lain Seokjin tertawa kecil memberikan setangkai mawar merah kepada wanita itu.

"Sudah menjadi hal lumrah aku datang kesini bukan?" ucap wanita itu yang adalah Aera, sudah bisa ditebak dengan mudah.

"Apa terjadi sesuatu yang baik minggu ini?" tanya balik Seokjin kepada Aera, Aera mengangguk dan tertawa terkekeh pelan.

"Hari ini adalah hari dimana ayah ku keluar dari rumah sakit, aku baru saja dari rumah barunya. Sudah terwujud, semua nya sudah membaik dari pada yang dulu. Appa ku juga sudah membaik, aku tak menyangka" ucap Aera yang masih setia berdiri dekat meja yang sedang membatasi mereka berdua.

"Benarkah? aku ikut bahagia, kehidupan mu juga sudah kian membahagiakan, apakah aku benar?" tanya Seokjin dan Aera mengangguk "iya benar, banyak sekali yang telah kita lewatkan. Dan aku juga berterimakasih kepada mu" ucap Aera dan Seokjin mengernyitkan kening nya "untuk apa?" tanya Seokjin.

Aera memegang tangan Seokjin erat dan berkata "sudah menemaniku saat aku susah sebelum menikah. Mungkin pernikahan ini bukanlah yang aku inginkan, tapi mungkin pernikahan ini akan aku pertahankan" jelas Aera dan Seokjin bahagia untuk Aera.

"Walau kau adalah wanita yang kucintai, aku sudah mulai melupakan mu dan mulai mengingat mu sebagai orang yang sangat dekat dengan ku. Aku bahagia untukmu, jangan pernah pikir kita sampai sini aku masih ada untuk mu selalu" Ucap Seokjin demikian.

Yah, Seokjin memutuskan untuk tidak berbalik belakang lagi dan mulai fokus kepada kehidupan sekarang, menerima semuanya, dan merelakan Aera, tak ia sangka ia bisa melakukan nya walau tak mudah.

Cukup dengan menjadi orang terdekat Aera sudah lebih dari cukup. Seokjin bahagia juga untuk Aera.

"Terimakasih, lain kali datang lah untuk bertemu dengan appa ku" kata Aera demikian dengan perasaan senang.

"Ya tentu, itu pasti" senyum Seokjin mulai memerka lebar.

yeayyy, Seokjin dh mupon gesss xixixi 😖

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trapped Holy TiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang