19. B-52

405 65 6
                                    

Satu hari memulai hubungan dengan Minji membuat Haerin ingin mengulang waktu, sangat menyesal kenapa tidak dari dulu dia menerima makhluk ini?

Ah, rasa-rasanya sekarang Haerin akan meninggal saking jatuh cintanya dia pada Minji yang sering ia sebut gila itu.

1-0

Well, keadaan rupanya berbanding terbalik sekarang.

Mau kemana?” suara Haerin terdengar melengking diseberang sana, tambahan point dengan raut muka yang siap menumpahkan emosi kalau sang kasih sungguh akan melakukan hal yang tak ia suka.

“Gak kemana-mana,” Minji menggeleng, sembari menarik resleting hoodie nya.

Bohong!”

Hela napas sedikit, terus senyum semanis mungkin, “Serius love, gak kemana-mana.”

Benar, Haerin padahal dapat menangkap jelas setelan milik Minji itu. Mana mungkin dia pergi tanpa jaket khas miliknya, bukan begitu?

Gue cincang usus lo, kalo bohong.”

Minji sontak tertawa, “Hahaha... lawak banget lo, sok posesif ih! Tapi gak papa gue suka di posesif-in.”

Sinting,” gumam Haerin.

“Gue denger,” kata Minji datar lalu hanya bisa mencebik saat Haerin tidak menunjukkan penyesalan karena telah menghardik dirinya melainkan cuma senyum-senyum tidak jelas.

“Rakyat jelata nya Raja Neptunus ini gak mau gitu jemput, terus ajak jalan kemana kek.”

“Dih, biasa kan lo yang jemput.”

“Ck, sesekali lo kek yang jemput simbiosis mutualisme dikit.”

Haerin menggeleng, lalu dia terlihat menutup diri dengan selimut dan hanya meninggalkan wajah saja untuk ditunjukkan pada Minji.

No, gue gak mau.”

Bibir Minji sukses maju lima senti, “Jahat, gue do'ain lo diculik Flying Dutchman.”

“Ya amin dong, biar lo sendiri gak ada yang sayangin lagi.”

Oke buat yang itu, Minji akui kalah untuk kali ini. Mana bisa dia pisah dari manusia itu, Haerin mah ditinggal sedikit saja pasti akan ada makhluk lain yang dengan sukarela memungutnya. Secara kan, Haerin itu bagaikan sweetheart dunia.

Minji beruntung punya Haerin, begitu juga sebaliknya.

Hubungan aneh yang memabukkan ini makin hari makin terasa sangat candu, terbukti dengan panggilan video yang sudah berlangsung selama 17-jam lamanya.

Makan, tidur, segala-gala aktivitas tak dipedulikan. Begitulah manusia kalau sedang dimabuk asmara.

“Ya oke, gue tarik doa yang tadi. Lo gak boleh pergi tanpa gue.”

Tawa kecil sukses menghiasi speaker Minji, membuat senyum juga kerap mengambang.

Sayang banget,” Haerin berbisik kecil, sangat kecil sekali ibarat bisikan makhluk gaib.

Minji tercengang, mengulangi kata Haerin tadi meski dirinya tidak yakin dengan apa yang dia dengar karena Haerin bukan tipe yang suka menggunakan kalimat itu. Dia bilang, alay.

“Apa tadi? Ulang coba.”

Haerin tentu saja menggeleng, “Gue gak ngomong apa-apaan tuh.”

Ah bohong, coba lagi”

Apasi, gak jelas lo mah.”

Sontak senyum Minji menghilang tergantikan raut muka kecewa, dia berdecak terus menaruh ponsel keatas nakas dan berjalan keluar dari kamar meninggalkan Haerin dengan rasa sesal.

“Ih Minji! Balik gak lo.”

Haerin berdecak, sedikit merutuki diri sendiri yang masih tidak biasa dengan kelakuan alay ciri khas orang pacaran. Apakah ini pertanda kalau dia harus meruntuhkan segala ego nya? Hm, sepertinya harus.

Demi orgil bentukan seperti Minji yang terlampau rupawan, Haerin akan rela daripada nanti dia harus menangis menerima kenyataan Minji yang terpincut godaan cabe diluar sana yang sudah pasti akan sigap menampung manusia itu seandainya hubungan bersama Haerin tidak berjalan baik.

“Sayangku mana yah, stres banget ditinggal ayang ih,” Haerin terkikik saat mengakhiri kalimatnya itu meski di iringi dengan rasa jijik yang teramat, tapi ternyata asik juga.

Ayang,” katanya, lalu terkikik lagi. Memang cocok bersanding dengan Minji, sama-sama kurang waras.

Tanpa Haerin sadari, sebetulnya dari tadi Minji tidak benar-benar menjauh dari kamar dan kalimat itu dapat terdengar dengan jelas ditelinga Minji dan otomatis membuat manusia ini berteriak tanpa suara, kegirangan.

Cinta Minji banyak-banyak.”



























.

❶ ColdplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang