15. Mad Scientist

375 61 0
                                    

Satu minggu lewat tiga hari, Haerin total hilang kabar. Minji disini hampir menjelma jadi orang gila sungguhan.

Rumah, kampus, sampai warung langganan Haerin mangkir biasanya pun sudah di kunjungi tapi batang hidung dia memang sama sekali tak nampak. Minji bingung, gundah gulana tiap saat. Kondisinya bahkan serupa seperti orang yang terkena sakau.

“Kalian kalo mau bunuh diri jangan disini, anjing!”

Minji mendesis, tidak suka saat waktu nya di ganggu. Dia balik badan terus fokus total dengan liquor nya. Lagi.

Yunjin mendesis, kemudian memukul belakang kepala Minji kuat-kuat berharap anak itu cepat sadar dengan apa yang sudah dia lakukan.

“Biarin ajasih Jin, toh masih muda juga biarin nikmatin galau nya dulu.”

“Lo punya mulut gak guna, sama aja. Minggir!” Yunjin sedikit menyepak kaki kawannya itu, agar bisa melihat kondisi Minji yang sudah teler total, dia menghela napas kasar. Prihatin sekaligus emosi, “Lo pada apain ni adek gue jadi kayak begini?”

“Gue gak ngapa-ngapain ya, dia sendiri yang langsung join tanpa di undang lagi.”

Yunjin menatap satu-satu makhluk yang ada disitu, sebagian besar dia memang tidak kenal kecuali dua orang. Minji dan,


“Kazuha!”

Yunjin mendelik tajam ketika telinganya terasa berdenging mendengar teriakan Minji tadi, “Ikut gue, kita pulang sekarang!”

Minji menggeleng kemudian bergerak cepat bersembunyi di belakang tubuh Kazuha, “Minji gak mau pulang mba,” dia mengadu.

Kazuha melirik lengannya yang dipegang erat oleh Minji, ia menghela napas kasar merasa tidak mungkin membela Minji. Karena kemungkinan besar bocah itu akan melakukan hal gila, lagi.

Seperti tadi, dia tanpa pikir panjang menjotos orang hingga mimisan sebab tidak sengaja menabrak dirinya, hingga minuman milik pelanggan jatuh sempurna ke lantai.

Untungnya kejadian itu tidak dilihat Yunjin. Kalau tidak, Minji bisa saja dia pecat.

Bukan karena minumannya, tetapi lebih ke mendisiplinkan anak itu. Karena Minji juga sudah dia anggap seperti saudara sendiri. Yunjin tidak suka kalau Minji sudah bersikap kasar, itu tidak baik. Tidak mencerminkan pribadi yang keren, sampai saat ini dia sudah coba mendidik anak itu sebagus mungkin.

“Gue bisa anter dia pulang,” ujar Kazuha dan langsung saja mendapati gelengan tidak setuju dari Yunjin.

“Gak, gue kenal sama lo berdua gak cuma sehari dua ya!”

Kazuha mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahu, “Sumpah.”

“Jin?” panggil Kazuha saat tak mendapati respon.

Yunjin berdecak, sedikit berat rasanya menyerahkan Minji ke tangan Kazuha. Dia takut kalau mereka berdua tidak benar-benar pulang dan justru membelokan diri ke perkumpulan geng motornya yang tidak jelas. Dan Yunjin sangat benci hal itu.

Memang benar kalau Yunjin punya club yang dimana bagi sebagian orang menganggap kalau tempat tersebut hanya akan mencemarkan dan merusak generasi, tapi itukan sekedar usaha saja. Yunjin juga sebenarnya adalah malaikat nyata dimata Minji.

Menghela napas meski keberatan, Yunjin kemudian mengangguk meski terasa sangat berat, “Oke.”

Kazuha tersenyum lalu menepuk pundak Yunjin beberapa kali sebelum membawa Minji yang kini sudah tidak bisa melangkahkan kaki nya lagi di bumi.

“Kalau udah sampe vc gue, bukti nyata!” teriak Yunjin pada Kazuha yang sudah mulai menyalakan mesin mobil nya.



✱✱✱





Kazuha melirik Minji yang kini sudah total tidak sadarkan diri, dia lalu menghela napas kasar saat telah menerima kenyataan bahwa dia harus membopong tubuh Minji untuk bisa sampai ke kost anak itu, karena akses untuk mobil tidak ada.

“Minji,” dia coba memanggil, “Woy.”

Merasa jadi bego karena mengajak bicara orang teler, Kazuha lalu menertawakan diri nya sendiri.

Tanpa banyak pikir lagi Kazuha segera membawa Minji menuju kostnya, meski di sepanjang jalan dia mendumel karena merasa kewalahan akibat berat tubuh Minji yang tiba-tiba terasa berat malam itu.

“Anjing ni anak beban banget perasaan.”

“Haerin kangen,” lirih Minji.

“Dasar gila,” Kazuha tertawa geli mendengar itu, “Aduh, woy geli anjing!” dia lalu mendorong tubuh Minji hingga anak itu terlentang diatas tanah.

“Aelah, sorry Ji sorry. Gak sengaja sumpah,” Kazuha semakin menertawai dirinya, kalau saja Yunjin melihat ini dia pasti akan disemprot habis-habisan, “Lagian lo sih make cium-cium gue segala, najis banget.”

Kazuha pun kembali berusaha kembali membopong tubuh Minji, dan saat itu juga seseorang mendekat dengan raut muka kesalnya.

“Minji!” dia berteriak di depan wajah Minji dan langsung membuat Kazuha terkejut, terheran-heran.

“Njir, lo siapa wey?”

“Haerin,” jawabnya tanpa memalingkan wajah dari Minji.

Kazuha mengangguk paham, “Pantes Minji galau ditinggalin dia, geulis pisan euy,” ia berbisik pada diri sendiri yang masih bisa terdengar jelas oleh siapapun.

Haerin melirik tajam, “Gue denger loh,” ujarnya dingin, “Sini Minji nya biar gue bawa pulang.”

“Dih, emang lo kuat?” Kazuha menatap Haerin tak percaya, “Gue aja—”

“Yaudah kalo gitu cepet, gausah bacot,” potong Haerin terus melingkarkan tangan sebelah Minji pada pundaknya bermaksud membantu.

“Santai kali neng, emosian amat. Gue bukan selingkuhan Minji kok, tenang.”

Haerin tidak menjawab, tak ada niatan untuk berbincang dengan orang asing.

Dan akhirnya setelah kejadian tidak mengenakkan untuk beberapa pihak itu, Minji pun sampai di kandang nya. Haerin juga dengan sigap mengurus dengan telaten.

“Itu tadi bekas dia kelahi sama satu customer diclub gak sengaja jatuh, kena deh,” jelas Kazuha saat dia melihat Haerin yang terdiam memandangi luka pada lengan Minji.

“Oh, oke.”

Kazuha lagi-lagi hanya bisa menghembuskan napas jengkel menanggapi sikap Haerin. Dan tidak mau berlama-lama disana, dia segera merogoh ponsel untuk menyambungkan panggilan video dengan Yunjin.

“Paket lo dah sampe, diterima dan di urus langsung juga sama bininya.”

Ucapan terakhir yang Haerin dengar lalu tak lama kemudian suara pintu yang tertutup dari luar pun menandakan kalau Kazuha sudah pergi dari sana.























.

❶ ColdplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang