“MINJI!”
Ugh!
Minji mendesis ditengah-tengah tidurnya, merasa terganggu. Namun, apa daya...
Teriakan supersonik yang memekakan telinga itu tak kunjung berhenti dan sepertinya memang tak akan usai sampai makhluk setengah sadar ini mau tak mau harus mengumpulkan seluruh nyawanya meski terpaksa.
“Mau jadi apasih kamu ini, hah? Ini hari pertama mu masuk kerja tapi kelakuan mu kayak gini!” Rupanya, dia sudah masuk kedalam kamar. Gorden disibak kasar, membuat cahaya matahari menusuk netranya yang masih tertutup sempurna.
“MINJI!”
Belum sempat selimut itu menutupi seluruh tubuh, benda tersebut lebih dulu ditarik hingga Minji kini telah duduk sempurna dengan muka bantal yang kentara sekali kesal.
“Ma! Ayolah, kasih Minji waktu sepuluh menit lagi!”
“Gak ada! Bangun sekarang!”
“Ck!” Minji berdecak, turun dari kasur dan langsung dihadiahi pukulan pada punggungnya.
“Waras dikit kek! Cepet beberes terus turun sarapan, Papa nungguin dari tadi.”
“Nyenyenye,” katanya mengejek si Mama.
Hampir saja telapak tangan itu mendarat kembali pada tubuhnya, kalau tidak cepat-cepat menghindar. Minji tertawa dahsyat dari dalam kamar mandi karena sudah bisa membuat Mama nya kembali berteriak penuh emosi.
✱✱✱
Selesai dengan penampilan dan panggilan alam yang mendadak, Minji dengan senandung acaknya dengan riang menuruni satu persatu anak tangga. Dia tersenyum lebar saat kedua matanya menangkap pemandangan yang selama ini amat ia dambakan.
Sebuah keluarga.
“GOOD MORNING!” ucapnya riang.
“Gak usah sok inggris, kamu hampir telat!”
Minji mengerling tidak suka, sedikit menyenggol Mama nya yang tengah menuangkan air untuk Papa, dan sekarang jadi tumpah berkat ulahnya yang kelewat iseng itu.
“Ck, Minji!”
“Sorry, gak sengaja... Hehe.”
Mama lagi-lagi cuma bisa menghela napas kasar menghadapi kelakuan anaknya yang sangat acak ini. Mau di tegur bagaimanapun, Minji ya tetap Minji. Nakal.
Berandal licik itu, tidak akan mempan dengan kalimat teguran apapun.
“Ish, kok gak ada susu sih? Gimana mau pinter kalo sarapannya gak empat sehat lima sempurna.”
tuk!
“Duh!” Minji meringis akibat pukulan centong sayur yang mendarat sempurna pada jidatnya.
“Banyak mau,” Mama bilang, walau begitu dia tetap berdiri menuju kompor padahal tadinya baru saja mau memasukan makanannya ke mulut tapi mendengar tuturan dari anak semata wayangnya membuat dia mengurungkan niat.
Dasar Minji, ngerepotin orang tua mulu kerjaannya.... Ckckckck.
Minji sendiri diam-diam masih menyimpan senyumnya memandangi Mama yang terlihat sibuk menyiapkan susu untuknya.
Semua terlihat sangat damai dan menenangkan, rasanya kalau ini sebuah mimpi Minji tidak akan pernah ingin bangun. Biar terjebak selamanya dalam angan tak berguna inipun Minji akan menyanggupinya. Untuk keluarga yang sempurna, seperti mimpinya selama ini, Minji akan lakukan apapun.
Sayangnya takdir tetaplah takdir.
Matanya otomatis terbuka amat lebar ketika gas yang Mama pakai untuk menyalakan kompor guna mendidihkan air tiba-tiba malafungsi.
Api itu segera membesar dan langsung saja memenuhi pandangannya.
Waktu terasa berhenti sekarang, mimpi yang baru saja terjadi haruskah hancur secepat ini?
Dalam hati Minji menyumpahi diri sendiri. Andai dia duduk tenang tanpa berkomentar apapun akankah hal ini tidak terjadi? Bagaimana cara mengulang waktu?
Seandainya...
Andai.
“Minji!” teriakan itu, tak sanggup membuat tubuhnya bergerak. Dia hanya bisa terdiam mematung dengan buliran air yang jatuh dari mata.
“MINJI!”
“Akh!” Minji terbangun dengan napas memburu juga detak jantung yang tak karuan, kaosnya bahkan penuh dengan keringat.
Lalu maniknya segera menelusuri keadaan sekitar.
Tempat yang berbeda, namun sangat familiar. Benar, dia sedang berada di kamarnya sendiri sekarang.
“Minji?”
Sebuah tangan baru saja mendarat pada pundak kirinya. Minji segera menoleh, mendapati tatapan khawatir dari manusia yang beberapa hari terakhir ini menghilang entah kemana.
Minji menghembuskan napas lelah, sebelum menepis pelan tangan itu.
“Kalau mau masuk ke mimpi gue besok aja, gue lagi gak mood.”
“Ji, serius.”
“Ck! STOP ANJING!” bentak Minji keras.
plak!
Minji membelalak terkejut, merasakan panas pada wajahnya yang ternyata habis ditampar oleh,
“Haerin! Ap—apa-apaan sih lo anjing?!”
“Lo yang anjing, aneh!”
Haerin melemparkan bantal tepat ke wajah Minji dan otomatis membuat makhluk itu tersadar kalau dia bukan di dunia mimpi lagi melainkan,
kenyataan.
Minji mendengus sebelum turun dari tempat tidur. Sekarang, hari sudah siang. Terlihat dari cahaya mentari yang menerobos masuk dari celah jendela kamar.
Diambang pintu Minji terdiam, dia lalu berbalik menatap kasur. Sebentar otaknya berputar, mengingat hal-hal kecil.
“Gue tidur satu selimut bareng Haerin, anjrit?!” Pekiknya, sembari menutup mulut sedikit tak percaya.
“Demi raja neptunus, ini beneran gila sih!”
.
day's note:
Disini bisa saya bilang kalau 83% isinya gak serius banget. Kek, konfliknya juga bakalan ringan sajo.
so, selamat berpetualang di slice of little relationship gak jelas dari dua rakyat jelata milik raja Neptunus ini. sekian and trims, y. anyways bentar lagi end loch!
KAMU SEDANG MEMBACA
❶ Coldplay
FanfictionTry again, until you solve this coldplay! _ ⚠︎END, slowburn, wlw relationship, harshwords, cringe, local au, 18+ for some action, also some triggered issue! ©bimilday, 2023.