“Hey, can i have one Tom Collins please?”
Suara itu langsung saja menyadarkan Minji dari daydream dadakan, “Of course!”
Dia kemudian langsung saja menyiapkan pesanan dari customer. Setelah itu, cepat-cepat meminta ijin pada rekannya dengan dalih hendak ke toilet namun kenyataannya dia justru menuju belakang gedung, duduk santai disana sembari menikmati setiap gebulan asap dari liquid nya.
Tiba-tiba rentetan kejadian random kemarin malam kembali menghiasi pikiran kosong nya. Minji terkekeh sendiri seraya menyetuh bibir. Mungkin sebentar lagi dia memang akan hilang kewarasan seperti yang sering Haerin bilang.
✱Last Night✱
“Gue butuh kain, Minji!”
“Yaelah, kain mah gue banyak. Bentar gue ambil, aduh—” nyeri di punggung membuat Minji mau tidak mau harus mengurungkan niatnya kembali. Dia pun melirik Haerin yang kini sudah mendecak tidak suka.
“Udahlah Ji, keburu males gue,” katanya merajuk, lalu menyodorkan wadah berisi air es tersebut ke arah Minji.
Keadaan lalu hening, hanya berisik suara hujan yang setia menemani mereka. Di sini Haerin hanya diam tanpa mau ikut campur tangan untuk membantu Minji yang kesusahan mengompres jidatnya sendiri.
Tapi lama-lama Haerin merasa jengkel sendiri melihat itu, dia berdecak kemudian mengambil alih wadah itu sedikit kasar.
“Greget gue liatnya, sini lo deketan.”
Minji menurut dalam diam, “Ditempelin bentar aja es nya ya, dingin soalnya.”
“Lo duduk gitu makin sakit ntar, rebahan sini,” Haerin meluruskan kaki, lalu memberi isyarat pada Minji untuk menaruh kepala di pangkuan nya.
Dia lalu merogoh tas untuk mengeluarkan tisu, alternatif lain untuk kain kompres.
“Lo sendirian tinggal disini?”
Minji mengangguk, sedikit meringis ketika nyeri di jidatnya semakin terasa saat Haerin menekan tisu disana tapi dia tidak mau protes takut kena semprot.
“Kok lo bisa suka sama gue sih, Ji? Kayak, apa yang lo liat dari gue coba?” tanya Haerin mengawali topik membunuh sepi diantara mereka.
Atensi Minji segera naik, meski dengan penerangan yang terbatas, dia tidak bohong kalau paras Haerin begitu rupawan. Namun bukan itu saja alasannya. Kalau boleh jujur, Minji juga belum tahu kenapa dia bisa segila ini tentang Haerin. Yang dia tahu, hanya suka. Itu saja, Minji suka segalanya tentang dia.
“Banyak Rin, sampai gue gak bisa jabarin satu-satu.”
“Gue serius, Ji.”
“Gue juga,” Minji menantang tatapan Haerin tak kalah tajam.
Mimik wajah berubah sendu, dengan nada lirih dia berucap, “Gue takut tau... haha,” di akhiri dengan kekehan yang terdengar kosong.
Minji yang heran menaikan sebelah alis waktu melihat perubahan emosi di wajah Haerin, “Setan juga langsung kabur kali ngeliat muka lo,” canda Minji mencoba untuk mencairkan suasana.
“Gue takut kalo selama ini lo cuma becanda doang sama gue. Meskipun lo emang ngeselin, freak, gak jelas, orang gila, gue akuin lo sebaik itu Ji, dan kayaknya gue bakalan sedih banget kalo lo ngilang dari gue.”
“Wow,” Minji tertegun mendengar penuturan panjang dari mulut Haerin, momen langka yang sangat tidak biasa, “Lo gak lagi kesambet kan Rin, tumben banget— aduh,” tekanan keras pada memar nya membuat Minji tak dapat menyelesaikan kalimat.
“Becanda lagi gue tonjok ni memar lo sampe bunyi intro netflix!”
“Aduh, hahaha... Iya iya maaf,” ujarnya masih di selingi dengan tawa dahsyat yang menggema satu ruangan penuh, “Sakit Rin!”
“Rasain!”
Haerin merengut kesal, tapi entah kenapa di mata Minji dia justru terlihat lebih gemas. Senyumnya kemudian melebar, dengan spontan pula dia mengacak poni Haerin geregetan.
“Wǒài nǐ,” celetuk Minji.
“Orang gila.”
Minji lagi-lagi hanya bisa tertawa menanggapi emosi Haerin yang benar-benar random itu. Dia otomatis mengambil alih tangan Haerin yang menganggur untuk di genggam erat.
“Te amo,” kata Minji lagi, berusaha mengungkapkan perasaanya dengan cara yang selalu berbeda.
Haerin diam saja, meski begitu tatapan mereka saling berbalas. Selanjutnya, tanpa sadar dia semakin menunduk, mengikis jarak antar mereka. Minji yang paham pun perlahan, menutup mata menunggu aksi Haerin selanjutnya.
bruk!
“Aduh bangsat!” Bukannya dapat hal romantis, Minji justru jatuh tersungkur dari atas sofa.
Dan malam itu di akhiri dengan Minji yang harus rela menerobos hujan tanpa pelindung apapun demi mengantar Haerin pulang tepat waktu karena sudah dicari Papanya. Haerin sendiri aman, tidak kebasahan sama sekali semua berkat jas hujan kuning satu-satunya milik Minji.
Minji, M nya Madly in love with Haerin.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/338419673-288-k666775.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
❶ Coldplay
FanficTry again, until you solve this coldplay! _ ⚠︎END, slowburn, wlw relationship, harshwords, cringe, local au, 18+ for some action, also some triggered issue! ©bimilday, 2023.