4. Greyhound

472 67 2
                                    

Apa yang di harapkan dari Minji? Jawabannya, kelabu.

Sampai saat ini pun, Haerin masih mempertanyakan eksistensi Minji di kehidupannya itu sebagai apa? Yang sialnya, makhluk dingin hati itu tidak pernah lepas dari dia. Setidaknya untuk saat ini meski belum tahu bagaimana kedepannya nanti.

Seperti sekarang, tidak perduli dengan mulut berisik makhluk sebelah nya, Haerin disini justru melayangkan pikiran pada Minji.

Yang sialnya, sudah seminggu ini menghilang tanpa kabar sama sekali.

Dan sangat disayangkan hanya demi kepentingan ego dan harga diri, Haerin rela mati-matian menahan rasa penasaran itu.

Sama seperti sebelum-sebelumnya. Mencoba untuk tenang, dan terus menunggu meski tanpa kepastian. Haerin akui, kalau ia sudah ketergantungan dengan kabar Minji.

“Haerin?”

Panggilan kecil itu membuat Haerin sedikit tersentak, “Hah? Iya kak, udah sampai mana tadi?”

Senior itu beralih menutup buku nya, total merajuk karena penjelasan panjang lebar miliknya tadi ternyata tak tertangkap oleh lawan bicara. Dia lalu melirik sebentar pada jam di dinding perpustakaan.

“Gue ada janji, maaf ya Rin mungkin lain kali lagi gue jelasin materinya.”

Haerin meluruskan bibir rapat, ada rasa tidak enak. Senior itu bahkan rela melewati istirahat siang nya demi Haerin.

“Maaf ya kak, asli.”

“Udahlah santai aja, Rin. Btw, gue duluan ya,” dia pun segera berlari kecil menjauh ketika jemputan nya terlihat sudah menunggu dari kejauhan.

Sepeninggal si senior tadi, remaja ini lalu memutar arah tujuan yang niat awal adalah langsung pulang kini berubah haluan menjadi cafe kecil dekat kampus.

Strawberry latte satu mbak, minum disini aja.”

Selesai dengan pesanan, Haerin lalu melangkah hati-hati memilih tempat nyaman. Berbeda dengan mata yang terfokus keluar, pikiran Haerin justru sibuk pada satu nama.

Yap, Minji lagi.

Terakhir melihat dia sekitar dua bulan yang lalu saat pesta kelulusan Haerin, dia datang paling akhir dengan sebuket bunga dan satu kotak hadiah kecil. Katanya sengaja, biar fokus Haerin hanya untuk dia.

Mereka memang jarang bertemu langsung karena sibuk dengan urusan masing-masing, tapi Haerin hapal betul watak seorang Minji yang tidak biasa itu.

Dia tidak pernah tahan jika sehari saja tidak bertukar kabar dengan Haerin. Entah itu chat biasa hingga panggilan suara atau video yang bisa bertahan hingga berjam-jam lebih.

Haerin mencoba untuk membaca buku demi men distraksi pikiran tapi ternyata itu percuma, fokusnya terus terbagi langsung ketika bunyi pembaharuan masuk.

Dia kemudian di buat kecewa ketika yang muncul bukan lah pesan dari orang yang di inginkan.

“Gak biasa banget lo kayak begini Ji,” gumam Haerin setengah khawatir.

Sepersekian detik kemudian bel khas cafe berdenging menyapu sunyi. Haerin tidak ambil pusing bahkan dengan banyak pembaharuan yang masuk juga di abaikan. Mencoba untuk fokus pada buku bacaannya saja.

Haerin punya tekad untuk tidak perduli pada keadaan sekitar, hingga uluran tangan yang perlahan menarik buku dari genggamannya otomatis membuat fokus runtuh seketika.

“Gue cariin ternyata lo disini, Rin.”

“Minji?” Otak nya masih belum sempurna bekerja kini di tambah dengan sapuan singkat dikepala membuat Haerin makin terpaku.

Minji tertawa ringan menyaksikan pemandangan di depannya, “Gue kangen Rin.”

Balik lagi pada kenyataan, Haerin berdeham terus merapikan duduk hingga cukup menutupi gugup yang tiba-tiba menyerang, “Terus?” Tanyanya dengan nada dibuat seakan tak mau perduli.

“Nyari angin ayo, gue tunggu diluar ya.”

Tanpa pikir apapun, Haerin segera berdiri lalu menyampirkan totebag dan segera menyusul Minji yang lebih dulu berjalan ke luar cafe.



















.

❶ ColdplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang