20. Cappuccinotini

785 75 5
                                    

Candu, candu, candu.
Adalah kata yang mampu mendeskripsikan dengan baik untuk karakter dua orang dari rakyat Neptunus ini.

Segala hal tentang mereka berdua itu rasanya candu. Haerin milik Minji dan Minji milik Haerin.

Tok, tak bisa di ganggu gugat.

Dan bagaimana dengan kewarasan milik masing-masing dari mereka setelah ini? Jawabannya mungkin kacau, tapi tak apa. Dari awal perkenalan karakter pun, mereka sudah dicap kurang waras bukan? Jadi, masa bodo dengan itu semua.

Quality time kini menjadi agenda akhir pekan saat terbebas dari tugas, kerjaan atau apapun lah itu urusan duniawi yang bersifat temporary.

“Semenjak lo sepenuhnya punya gue, lo tau gak sesuatu Rin?” celetuk Minji, membuka topik.

Atensi Haerin lalu sukses terfokus penuh kearah Minji, dia kini menyenderkan sebelah tubuh pada sofa menghadap Minji menunggu kisah dari kasihnya itu.

“Gue gak pernah mimpi tentang orang tua gue lagi, lho!” seru Minji senang.

Tapi itu cukup untuk menyentil hati kecil milik Haerin, sekarang anak ini tersenyum kecut tak tahu harus menanggapi seperti apa.

“Tapi serius, aneh tau. Gue tuh gak pernah ketemu mereka tapi sering mimpiin mereka, keren dikit gak sih?”

“Tapi lo seneng?”

Minji terdiam, menimbang antara apakah ia harus mengangguk setuju atau menggeleng tak setuju? Rasanya campur aduk, tak dapat dijelaskan secara rinci.

“Gak tau, tapi sedikit kangen sih walaupun ujung-ujungnya itu mimpi gak pernah happy ending,” cerita Minji diakhiri dengan senyum sendu yang bagi Haerin pahit sekali rasanya melihat itu.

“Yaudah, mulai sekarang mimpiin gue aja.”

“Gak ah!” sahut Minji cepat membuat Haerin otomatis menoyor kepalanya.

“Jahat!”

Minji terkekeh, terus memajukan wajahnya perlahan-lahan dengan senyum aneh yang lagi-lagi otomatis membuat Haerin bergidik ngeri.

Sontak Haerin menggeplak bibir Minji yang sudah maju lima senti itu santai tanpa rasa bersalah membuat si korban mendesis tak suka.

“Mau apa Minji, ih!”

“Sekali doang please,” jurus puppy eyes sudah keluar, tapi Haerin bukan objek yang dengan mudahnya luluh hanya karena hal-hal kecil seperti itu.

Begini moto hidup Haerin; harus berjuang keras dulu untuk dapat hasil yang memuaskan.

“Gak!” Bentak Haerin tepat didepan wajah Minji, “Harus ijin Papa dulu.”

Minji berdecak, terus membalikkan diri menghadap tv. Memilih untuk fokus nonton membiarkan Haerin melakukan apa yang dia mau.

Tapi itu tidak berlangsung lama, karena Minji tidak tahan harus diam seperti ini. Dia lalu mengulurkan tangan, meminta sesuatu pada Haerin yang kini menaikkan kedua alis bertanya-tanya.

“Pinjem hp.”

“Gak, mau apa si?”

Jawaban itu kontan membuat cacing kepanasan dalam tubuh Minji berontak, “Lha emang gak boleh pinjem? Jangan-jangan lo selingkuh ya.”

“Ngotak dikit kalo ngomong!”

“Yaudah makanya pinjem!”

Well, obrolan sudah berubah makai tanda seru semua, membuat Haerin mau tidak mau menuruti apa kehendak si Minji saja, bisa panjang urusan nanti kalau dia terus menolak permintaannya tersebut.

“Halo om—”

“Ih, kok nelpon Papa sih!” Haerin segera merebut ponselnya kembali, terus cepat-cepat mematikan sambungan telepon itu.

“Kan tadi katanya harus ijin dulu.”

Haerin menghembuskan napas kasar, “Ya gak gini maksudnya.”

“Terus?” entah sungguhan polos atau bagaimana, yang jelas sekarang Haerin rasanya ingin memukul kepala Minji kuat-kuat berharap manusia itu mendapatkan keajaiban berubah waras sehari saja.

“Gak tau, mikir sendiri!”

Minji tertawa, lalu menarik lengan Haerin untuk dibawa rebahan, setelah sebelumnya menarik selimut untuk menghangatkan mereka berdua dari dinginnya hawa sore ini. Dia lalu mengusak gemas surai Haerin dengan hidung membuat aroma harum segera memenuhi indera penciuman nya.

Haerin sendiri sekarang mengistirahatkan kepala didada Minji dan otomatis menjadikan suara jantung tenang milik Minji sebagai nada yang mengantarkan nya pada ketenangan, sebelum menutup mata perlahan tenggelam di kedamaian.

“Mimpi indah love,” bisik Minji, lalu mengecup ringan jidat Haerin.

Tak lama setelah itu, Minji juga menyusul saat merasakan napas tenang milik kasihnya itu menandakan bahwa dia sudah memasuki alam mimpi.























_
end for real, wk!
tysm ges, luvchu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

❶ ColdplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang