11. Freak Shot

451 72 5
                                    

“Nanti mau dijemput gak, tuan Putri?”

Diseberang sana atensi Haerin terlihat segara beralih ke layar ponsel setelah dipanggil seperti itu oleh Minji yang kini justru tertawa geli dengan kalimatnya sendiri.

“Gak makasih.”

“Hm, masih jual mahal nih neng?”

“Berisik Minji.”

Lagi-lagi yang lebih tua ini hanya bisa tertawa menanggapi sikap dingin Haerin setelah berhasil menggodanya, meski dia sungguh tak mau terlihat terbuka untuk perasaan Minji.

Yang memang menurut Haerin aneh. Bayangkan saja, dia sama sekali tidak mengenal Minji saat itu, tapi makhluk ini justru mengutarakan perasaannya didalam kelas kosong dan otomatis menjadikan sunyi sebagai saksi bisu penolakan mentah-mentah dari Haerin pada siang hari saat kelulusan Minji kala itu.

Bukannya sakit hati atau menyerah, Minji justru semakin tertantang untuk mengejar tanpa kenal lelah. Baginya penolakan tidak akan berlaku selagi Haerin belum dimiliki oleh siapapun.

“Baru semester satu tapi udah sibuk banget, gak capek lo tiap hari belajar mulu?”

Ya suka-suka gue lah, mang napa? Masalah buat lo?”

Ya enggak sih, cuma heran aja.”

Haerin mendengus, “Tuntutan bos besar.”

Mendengar itu Minji segera mengangguk paham, “Gimana ya caranya gue naklukin hati bokap lo, orang lo nya aja kayak batu begini.”

Idih?” Haerin mendelik tajam, “Naksir lo sama bokap gue?”

Minji tertawa dahsyat, “HAHAHA... Bukan gitu anjir, maksudnya kan kalo gue mau hidup bareng lo, gue harus naklukin hati bokap lo juga kali,” jawabnya diselingi dengan tawa.

Haerin terdengar ber-oh ria, tanpa mau melanjutkan topik pembicaraan random ini. Sekarang buku materi lebih menarik perhatian.

Atau mungkin itu hanya peralihan agar tidak salah tingkah berlebih? Entahlah, hanya Haerin yang tahu, karena raut wajahnya tidak mudah untuk ditebak, dan dia juga punya pikiran yang terlalu random untuk bisa dibaca.

Cake nya dimakan dulu kali, sayang tuh dianggurin gitu.”

“Nanti.”

Minji diam, memandangi layar ponselnya, benar-benar sudah termasuk agenda wajib bagi dia untuk melakukan panggilan video dengan Haerin.

Satu hari, harus. Setidaknya meskipun beberapa menit saja tidak apa, asalkan ada. Candu, satu kata yang dapat mendeskripsikan tentang hubungan ini.

Lo tuh emang pengangguran freak ya ternyata.” Haerin berceletuk ringan, mengundang kerutan di alis Minji yang terheran-heran.

“Maksudnya?”

“Semenjak gue kenal sama lo, gak ada tuh gue liat lo kerja atau kuliah.”

Minji membenarkan posisi tidurnya menjadi telungkup, terus menyenderkan ponsel pada pojok dinding beralaskan bantal.

“Gue kuliah di kampus yang sama kayak lo, ngambil yang weekend tapi, soalnya gue kerja senin sampe jumat.”

“Dimana?”

Minji diam sebentar, menimang-nimang apa ia harus memberitahu pada Haerin semua seluk beluk tentangnya sekarang atau nanti.

Tapi cepat atau lambat Haerin juga pasti harus mengetahui semua, bukan? Masalahnya, Minji tidak sanggup dengan reaksi Haerin apabila dia tahu semua itu.

Minji takut kalau Haerin akan pergi menjauh dari dia. Membayangkannya saja Minji tidak sanggup, karena rasa Minji memang sebesar itu untuk Haerin.

“Pelan-pelan ya, Rin. Gue gak mau lo kaget waktu tau kalau kurangnya gue sebanyak itu.”

Haerin terdiam sebentar lalu tersenyum tipis penuh arti, dia lalu melepas alat tulis dan sekarang sudah fokus total pada laptop. Jemarinya dengan lihai menari di atas keyboard membuat Minji penasaran dengan apa yang dia lakukan.

Chattingan sama siapa?”

“Bukan.”

“Apanya yang bukan?” alis Minji tertaut bingung, mendadak kepanasan, “Rin, liat sini dong. Lo pasti chattingan sama orang lain ‘kan di laptop sono.”

“Diem bentar Minji bisa gak?”

“Gak mau, gue gak suka nih. Rin, ayo liat sini sebentar.”

Haerin mendengus sebelum menekan tombol terakhir, dia lalu menghadap ke arah Minji yang kini sudah merengut kesal.

Sepersekian detik berlalu dan ponsel Minji bergetar menampilkan pembaharuan baru saja masuk. Dan itu dari Haerin sendiri.

Buka coba,” titah Haerin yang langsung dituruti oleh Minji.

Dan selanjutnya layar ponsel kini di penuhi dengan raut bodoh Minji yang masih cengo melihat kiriman dari Haerin.

Buat lo konsumsi hari ini.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



















.

❶ ColdplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang