Haerin menatap punggung Minji dalam diam. Sekarang keadaaan total senyap, lalu di dukung dengan lingkungan yang memang sepi, lengkap sudah adu diam mereka pada sore ini.
Dalam kurun waktu yang cukup lama semenjak dari cafe tadi hingga sekarang, Minji pun masih enggan buka suara. Entah apa alasannya, dan bagi makhluk kepala batu seperti Haerin juga tidak akan mungkin memulai duluan, ia hanya akan membuat semua tambah sunyi.
Jarang sekali ditemukan di mana Haerin ingin membuang waktu nya demi hal yang tidak begitu penting.
Dan bagi Haerin sendiri, Minji itu sebuah pelengkap saja. Bukan sesuatu yang spesial. Dia memang berarti bagi kehidupan Haerin, namun hanya cukup pada batas, tidak lebih.
“Gue denger lo udah mulai masuk kampus Rin,” masih pada posisinya, Minji buka suara.
“Iya,” jawab Haerin singkat.
Minji menoleh, pada remaja yang berjarak sepuluh langkah dari nya itu. Dia kemudian menyunggingkan senyum yang bahkan tidak Haerin lihat sama sekali.
Minji pun mulai jalan mendekat dan merebahkan diri tepat disamping Haerin, setelah sebelumnya mengeluarkan asap terakhir dari mulut. Karena dia tahu betul kalau makhluk bermata mirip kucing itu sangat benci dengan asap dari pod miliknya.
“Liat deh, Rin,” Minji mengulurkan kedua tangannya yang terlihat kotor menghitam.
“Kenapa?”
“Tadi waktu gue mau nyamperin lo di cafe gue ketemu bocil rantai nya lepas, kesian deh.”
Haerin melirik Minji sekilas terus beralih merogoh tas, lalu mengeluarkan sekotak tissue.
“Bangun,” titah Haerin.
Minji menurut, otomatis menyimpan tubuhnya rapi didepan Haerin yang kini sudah terlihat telaten membersihkan kotoran itu.
“Punya hati juga ternyata lo.”
Minji melepaskan tawa nya begitu mendengar kalimat Haerin yang seakan mencibir nya sarkas, “Gue tuh paling gak bisa tau kalo udah nyangkut anak kecil, orang tua, sama cewek cantik.”
“Makanya gue luluh terus sama lo, Rin,” lanjutnya lagi.Haerin terdiam sebentar terus mengangkat wajah dan langsung disambut dengan senyum teduh milik Minji.
Perlahan-lahan yang lebih tua mencondongkan tubuh, mengikis jarak antar mereka. Haerin diam dan sedikit bingung, namun tetap menunggu apa yang akan Minji lakukan.
Ketika jarak semakin terkikis, Haerin dengan cepat menutup matanya rapat.
Minji mengernyit, terdiam sebentar sebelum kembali mengeluarkan tawa kecilnya. Haerin yang mendengar itu segera membuka mata, dan hal pertama yang ia lihat ialah wajah ejekan dari Minji.
Belum sempat ia menyumpahi lawan bicaranya itu, mulutnya lebih dulu bungkam berkat aksi Minji.
Dia meniup atas kepala Haerin berberapa kali, entah untuk apa. Memang aneh.
“Daun jatuh di kepala lo, gabisa gue ambil pake tangan soalnya lagi lo genggam jadi gue tiup aja,” diakhiri dengan senyum termanis.
“Ji,” bukannya berterimakasih Haerin justru menatap tajam, seakan-akan hendak menerkam makhluk hidup didepan nya.
Minji sedikit bergidik kengerian, dia lalu menaikkan kedua alis, “Apa?”
“Are you drunk?” suara itu terdengar kaku dan tajam.
“Yah gue pikir udah ketutup sama aroma liquid, ternyata masih ada ya?” Minji dengan tampang tidak berdosa, hanya bisa menyunggingkan senyum semanis mungkin agar Haerin tidak amuk.
Namun percuma, toyoran keras di kepala pun hadir tak sempat pula ia menghindar.
“Tolol, manusia bego. Orang gila lo, percuma ya anjing gue nasihatin tiap hari kalo lo masih—” kalimat Haerin terputus dengan Minji yang cepat menyembunyikan wajah pada bahunya.
“Tololin lagi gue, Rin. Tololin. Anjingin aja juga lagi, gapapa serius. Bikin gue sadar, Rin. Gue emang gila, gak waras.”
Haerin semakin terdiam ketika ia rasa kalau bahunya merasakan dingin. Minji...
Makhluk dingin hati itu sekarang, menangis?
“Ji, gue gak maksud—”
“Gue capek Rin, gue mau sayang ke diri sendiri tapi gue gak bisa. Gue butuh lo, Gue butuh orang lain buat bantu sayang ke diri gue.”
.
![](https://img.wattpad.com/cover/338419673-288-k666775.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
❶ Coldplay
Fiksi PenggemarTry again, until you solve this coldplay! _ ⚠︎END, slowburn, wlw relationship, harshwords, cringe, local au, 18+ for some action, also some triggered issue! ©bimilday, 2023.