Part1 [Baby girl ]

5.8K 80 0
                                    


   
                                         ¤¤▪¤¤

Axel menyeringai kecil ke arah Asha membuat jantung gadis itu berhenti berdetak,

"Ketemu lagi--"
"--Arashya Adelline,"

Asha menggeleng kecil kemudian menatap Nindi tidak percaya, "Ma, j-jangan bilang dia---"

"Dia abang baru kamu, sayang. Memangnya kenapa? Kok Axel juga sepertinya sudah mengetahui nama kamu? Kalian saling kenal?" tanya Nindi berturut-turut setelah memotong ucapan Asha.

Asha kembali menggeleng. Tidak, ia tidak ingin mempunyai abang seperti Axel. Bisa gil4 dia lama-lama.

Nindi menatap Axel meminta penjelasan,

"Ah itu, tadi kami ketemu di resepsi, ma," jawab Axel santai namun matanya terus menatap Asha yang kebingungan di tempat.

Nindi yang mendengar itu manggut-manggut, "Oalah gitu ternyata. Yaudah, Xel. Gimana Asha menurut kamu?"

"Cantik," jawab Axel sambil tersenyum. Nindi bernafas lega setelahnya namun tidak dengan Asha. Ia tahu arti dari senyuman lelaki itu.

Evan yang sedari tadi diam ikut berbicara, "Sha, kok baju kamu belum di ganti?" tanya lelaki paruh baya itu sembari memperhatikan penampilan anaknya  yang masih memakai kebaya putih yang menampilkan bahu mulusnya.

"Ah itu, tadi aku gak sabaran mas makanya narik Asha langsung ke sini," bukan Asha yang menjawab, melainkan Nindi.

Evan mengangguk faham, "Yasudah, kita ke dapur. Makan bareng-bareng,"

Nindi menggenggam tangan Asha dan membawanya menuju meja makan. Mereka makan ah ralat--- hanya Nindi dan Evan yang memakan makanannya dengan khidmat. Asha merasa risih di perhatikan terus oleh Axel. Ingin sekali ia menc0lok mata indah namun liar itu menggunakan garpu yang ia pegang. Tapi ia tidak mau di cap sebagai pembvnuh kakak sendiri. Asha juga tidak mau masuk penjara di usia muda.

Setelah makan malam selesai, keluarga kecil itupun sepakat untuk menonton TV bersama. Namun sebelum itu, Asha meminta izin terlebih dahulu untuk mengganti pakaiannya. Setelah di beri izin, Asha langsung ngacir menaiki tangga ke kamarnya untuk mengganti baju.

"Axel ke kamar dulu," pamit Axel yang hanya di angguki oleh kedua paruh baya itu.

Axel menaiki tangga, setelahnya ia belok ke arah kiri-- di mana tempat kamar nya berada. Lelaki itu berhenti ketika ingin melewati pintu yang bertuliskan 'I'm Arashya' dan di bawahnya tertulis 'ketok dulu biar dapet pahala'. Karena memang, kamar Axel berada di paling ujung dan harus melewati kamar Asha terlebih dahulu.

Axel hendak melanjutkan langkahnya namun kembali terhenti mendengar gerutuan sang gadis di dalam kamar,

'Ih anjir ribet banget elah!'

'Si4lan nih baju. Awas aja kalo resleting belakang udah ke buka. Gue janji gue bakal bakar lo sampe mampus!'

'Huaaa mama tolongin Asha! Gerah banget ini..'

Axel terkekeh pelan mendengar umpatan yang keluar dari mulut Asha. Mulut yang pernah ia cicipi dan rasanya--- ah, sangat tidak bisa di lupakan.

Cklek,

Axel mendorong pintu kamar Asha pelan-pelan, tidak di kunci ternyata. Ia lalu masuk dan melangkah pelan dan menutup kembali pintu itu dengan sama pelannya. Bodo amat ia tidak mendapat pahala karena tidak di ketuk terlebih dahulu. Axel mendekati Asha yang membelakanginya sambil terus uring-uringan.

"Resleting si4lan! Gue kutuk lo jadi kodok!"

Bibir Axel mengerut menahan senyum mendengar kekesalan gadis-- Ah maksud nya adiknya.

KAKAK TIRI GUE MESUM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang