♧♧
"Sha, kok murung gitu?" tanya Qila ketika melihat wajah Asha yang di tekuk dan juga menatap kosong papan tulis.
Asha tersadar lalu menatap Qila dan tersenyum tipis, "gue gak papa, Qil,"
Qila menghela napas, "bohong. Gue tau lo kenapa-kenapa, Sha. Siya juga kalo liat lo pasti tau kalo ucapan lo tadi bohong,"
Asha terkekeh pelan, "keliatan banget ya, Qil?"
"Lo kenapa? Ada masalah?" tanya Qila pelan,
"Daniel?" tanya nya hati-hati.
Asha menatap Qila kemudian menggeleng, "gue gak nyangka aja. Orang yang gue sayang bisa ngelakuin hal bejat dan ngehianatin gue kayak gini. Gue gak marah, gue cuman kecewa, Qil," Qila hanya diam mendengarkan.
Daniel memang sudah meminta maaf kepada Asha kemarin. Lelaki itu juga di keluarkan dari sekolah karena ketahuan sudah menikah. Padahal beberapa bulan lagi lelaki itu lulus. Sungguh kasihan.
"Kalo aja Daniel mau ngomong ini dari dulu, dan gak nutupin dari gue kayak gini, rasa kecewa gue mungkin bakalan sedikit berkurang,"
"Gue gak papa," Asha tersenyum lembut ketika Qila mengusap bahu nya.
"Gue tau lo kuat, Sha. Gue tau lo bisa jalanin ini semua." Qila menguatkan Asha,
Asha mengangguk, "lagian, selama dua bulan ini juga gue udah biasa kali tanpa dia. Jadi gue gak ngerasa kehilangan dia banget."
Gadis itu menatap Qila dalam, "kayak nya, cinta gue ke dia udah mulai pudar," ujarnya lalu tersenyum,
Qila mengangguk. Ia senang Asha tidak terlalu larut dalam kesedihan. Qila juga tahu, apa saja yang di lakukan Daniel untuk Asha dahulu. Mustahil Asha bisa menghilangkan kenangan mereka begitu saja. Tapi Qila yakin, Asha bisa melupakan sedikit demi sedikit begitu termakannya waktu.
"Lagian, ngapain juga gue butuh orang lain? Gue di sini masih punya mama, papa, lo, dan Siya," dan juga Axel, lanjut Asha dalam hati.
Qila tersenyum haru kemudian memeluk Asha, "aaa bahagia banget gue punya sahabat kayak lo, Sha," ujarnya dramatis.
Asha terkekeh mendengarnya, "harus itu. Soalnya sahabat baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung kayak gue gini limited edition, Qil. Apalagi gue menjunjung tinggi banget tuh rasa shiddiq, amanah, tabligh, sama fathanah. Kurang komplit apa coba gue?"
Qila yang mendengar tingkat PD Asha yang sangat akut pun mendelik namun tak urung ia mengangguk. Lumayan, membuat Asha semakin senang.
"Wih pada pelukan nih, ikutan dong." Siya yang baru keluar dari toilet langsung berhambur ke pelukan Asha dan Qila. Jadilah mereka bertiga berpelukan, membuat sebagian siswa siswi di kelas itu iri.
♧ Next ♧
Asha membasuh tangan sesudah keluar dari toilet. Kegiatannya berjalan baik sebelum ada suara lembut yang memanggilnya,
"Kak Asha,"
Asha menatap gadis yang memanggilnya dari pantulan cermin. Ia lalu menaikkan alisnya pertanda bertanya.
"Aku mau ngomong sama kakak,"
"Lah, barusan emang bukan ngomong?" tanya Asha santai. Lalu kembali membasuh tangannya.
Gadis itu tersenyum paksa dengan tangan yang sudah mengepal,
"Aku mau kak Asha jauhin Kak Axel,"
Asha menghentikan kegiatan cuci tangannya lalu mendongak kembali. Gadis itu mengelap tangannya menggunakan tisu kering yang ia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKAK TIRI GUE MESUM!
Teen Fictionmengandung kata kata kasar! dan mengandung adegan dewasa🔞! harp berhati hati dalam membaca! • • • • Jangan lupa vote yh guys!