♧ ♧
Asha langsung berjalan masuk ke dalam rumah setelah memberikan helm nya kepada Axel. Axel yang melihat itu geleng-geleng kepala sembari tersenyum gemas melihat Asha.
Setelah memarkirkan motornya, Axel kemudian masuk ke kediaman Adelline. Hal pertama yang ia lihat adalah Asha yang sedang menonton TV dengan wajah cemberutnya. Sepertinya gadis itu sudah mengganti baju. Buktinya sekarang Asha sudah memakai kaos polos lengan pendek berwarna navy dengan celana jeans sepaha nya, bukan seragam lagi. Kebiasaan sang Arashya Adelline kalau di rumah. Axel tidak melihat keberadaan Evan maupun Nindi. Sepertinya dua orang paruh baya itu sedang sibuk bekerja. Evan yang sibuk di kantor, dan Nindi di rumah sakit. Padahal, Evan sudah menyuruh Nindi untuk berhenti saja. Namun wanita paruh baya itu keras kepala dan ingin bekerja. Katanya biar uang penghasilan double. Padahal hasil Evan saja sudah lebih dari cukup.
Biasanya, mereka akan pulang jam tujuh, di sana keluarga Adelline akan berkumpul dan bercerita suka cita.
Axel kemudian menaiki tangga menuju kamarnya. Kejadian itu tak luput dari pandangan manik Asha. Namun gadis itu tidak peduli, Asha merasa kesal melihat wajah Axel. Entah kenapa sebabnya.
Setelah beberapa lama, Axel terlihat menuruni tangga. Lelaki itu kini terlihat lebih tampan memakai kaos polos warna hitam dengan celana sebetis nya.
Axel duduk di sebelah Asha. Asha yang menyadari itu langsung menggeser duduk nya. Namun Axel juga menggeser, Asha berdecak sebal kemudian menggeser lebih jauh lagi hingga mencapai ujung sofa.
Axel yang melihat itu jadi gemas sendiri. Lelaki itu kemudian menarik tubuh Asha hingga duduk mepet di sebelahnya. Axel merangkul bahu Asha agar gadis itu tidak kabur lagi.
"Lepas, ih!" risih Asha sembari mengegerak-gerakkan badannya berusaha terlepas dari lilitan maut Axel. Lelaki itu malah memindahkan tangannya dari bahu ke pinggang Asha membuat gadis itu diam tak berkutik.
"Kenapa sih, hm? Kayak nya sensi banget akhir-akhir ini," Axel sebenarnya sudah mengetahui alasan yang membuat Asha uring-uringan tidak jelas seperti ini. Namun ia ingin mendengar langsung dari bibir gadis itu, sekalian menggodanya.
Asha diam tak menjawab. Gadis itu malah bersedekap dada sambil terus memperhatikan TV. Axel melirik leher putih Asha yang bersih. Sepertinya tanda yang ia buat sudah hilang. Setelah ini, ia berencana akan membuatnya lagi.
Axel mencium gemas pipi Asha di balas delikan oleh gadis itu, "gue gak pacaran sama Kiran. Kita sama sekali gak ada hubungan apa-apa. Jadi stop mikir aneh-aneh, baby girl," ujar Axel tenang.
"Gue gak nanya," sahut Asha cuek. Namun telinganya sudah membesar, siap menampung ucapan Axel selanjutnya.
Axel tidak menggubris, "tadi pagi pas gue di jalan mau sekolah, gue gak sengaja nyerempet Kiran. Kakinya terkilir saat itu. Dari sana, gue nganterin Kiran ke sekolah sebagai permintaan maaf gue. Gak ada niat apa-apa," jelas Axel sembari memperhatikan wajah cantik Asha di sampingnya.
"Oh, ya? Gue gak peduli," sahut Asha masih cuek. Namun ada sedikit rasa lega di hatinya mendengar bahwa Axel tidak berpacaran dengan Kiran. Mungkin karena gadis itu tidak ingin Kiran tertekan dengan berpacaran bersama Axel kali, ya?
"Gak peduli kok kayak cemburu sih, hm? Mana daritadi uring-uringan sendiri," Axel terkekeh melihat pipi Asha yang memerah. Ia bisa melihat jelas pipi gadis itu yang merona meskipun dari samping.
"Gue gak cemburu. Jangan ge-er lo," sergah Asha cepat. Axel hanya bisa tersenyum tipis melihat itu.
Axel menyandarkan kepala Asha ke dadanya. Asha tidak menolak, ia malah menikmati kehangatan ini sekaligus mendengar jantung Axel yang berdetak hebat. Entah karena apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKAK TIRI GUE MESUM!
Teen Fictionmengandung kata kata kasar! dan mengandung adegan dewasa🔞! harp berhati hati dalam membaca! • • • • Jangan lupa vote yh guys!