Part3 [ Hadiah kecūpan ]

3.3K 60 0
                                    

                                         ♧♧

Asha mengguling-gulingkan badannya bosan. Dari tadi ia hanya nonton, tidur, main game, nonton lagi, tidur lagi, dan seterusnya.

Gadis itu menghela napas. Asha daritadi menghubungi ponsel Daniel namun selalu sibuk. Asha mengerti, pasti pacarnya sedang sibuk mengurusi cafe. Ya, Daniel sudah mempunyai cafe di usia mudanya. Membanggakan, bukan?

Ingin bersama Siya dan Qia, mereka bilang tidak bisa. Jadi di sinilah Asha sekarang. Mager-mageran tidak melakukan apa-apa malam ini. Ingin tidur, namun belum ngantuk karena tadi siang tidur sampai lima jam.

"Bosen banget gila,"

Asha bangkit, lalu membuka pintunya. Ia menuruni tangga berniat untuk membeli camilan di minimarket  depan, biasalah perut nya sudah berbunyi lagi. Padahal ia makan baru beberapa jam yang lalu.

Langkahnya terhenti di pijakan tangga ketujuh. Keningnya mengerut ketika menyadari sesuatu.

"Kok sepi?" gumam nya tidak melihat siapapun di bawah. Memang ini sudah malam, namun biasanya Evan dan Nindi akan menonton TV bersama sampai larut malam. Tapi sekarang jam baru menunjukan pukul 20:04 mereka sudah tidak terlihat. Tidak mungkin sudah tidur, 'kan?

"Baby girl,"

Asha terkejut mendengar bisikan itu lalu berbalik. Badannya oleng dan hampir jatuh jika saja pinggang nya tidak di tahan oleh tangan yang kekar.

Asha menarik napas lalu menghembuskannya rakus. Ia benar-benar terkejut tadi. Sedangkan yang membuat dirinya terkejut, hanya tersenyum tidak jelas.

Asha ingin menatap Axel tajam namun lelaki itu menatap Asha menggoda membuat nyali Asha ciut. Apalagi jarak mereka yang sangat se intim ini, bahkan tubuh Asha sudah menempel di tubuh Axel. Ingin berontak tapi ia tahu, sekali berontak nyawa nya yang menjadi taruhan. Ia tidak ingin mati di usia muda.

"L-lepas, Xel," cicit Asha tidak ingin menatap wajah tampan Axel,

Axel tersenyum, "Gue lepas, lo jatoh. Kalo lo jatoh, pasti badan lo sakit semua dan gue gak mau tanggung jawab." Setelahnya, ia melepas tangannya namun tangan Asha segera mencekal lengan jaket Axel. Ia melotot, "Lo gila?!" karena memang Axel dan Asha berada di pijakan yang sama namun lebih banyak di pijak oleh Axel. Jadi bila Axel melepaskan, otomatis Asha akan jatuh ke bawah. Yakali ke atas.

"Gue gak gila, baby, girl. Lo 'kan yang minta gue lepasin," Axel mengecup singkat pipi Asha.

"Xel, please. Jangan mencari kesempatan di dalam kesempitan," Asha menatap Axel memohon. Sungguh, ia sangat ingin jauh-jauh dari Axel saat ini. Ia tidak ingin berlama-lama berdekatan dengan singa lapar seperti Axel.

Lengan kiri Axel bertumpu di pembatas tangga, sedangkan lengan kanannya bertengger manis di belakang pinggang Asha. Axel memeluk Asha, menelungkupkan kepalanya di ceruk leher Asha dan menghirup rakus aroma lavender yang menjadi candunya. Asha mendesis lirih kala Axel mencium bahkan menggigit kecil leher Asha, "Xel, please, stop.."

Axel tidak menggubris, dirinya terus menyesap leher Asha membuat gadis itu terus saja melenguh. Asha buru-buru menarik kepala Axel dari leher nya lalu menatap nya sayu, "Please, gue gak mau mama sama papa liat,"

"Papa sama mama gak ada, Sha. Mereka lagi dinner ke luar," Asha ingat, ini hari minggu.

Axel ingin memeluknya lagi namun Asha kembali menahannya, "Please, stop."

Axel terdiam--- tidak! Hanya wajahnya saja yang terdiam. Lengan nakalnya yang sedari tadi mengelus pinggang Asha membuat gadis itu terkekeh geli, "Lepasin, Xel. Ih.." Asha menggeliat kecil karena tangan Axel menggelitiki pinggangnya. Ia tidak bergerak karena takut jatuh. Namun si gila Axel malah menyelidikinya seperti ini.

KAKAK TIRI GUE MESUM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang