Part7 [ Tamu Sialan ]

1.7K 39 1
                                    

.
                                           ♧ ♧

"Astaga!" pekik Asha kaget ketika merasakan tangan kekar melilit pinggangnya. Gadis itu menatap sang pelaku tajam. Sedangkan Axel, pelaku itu hanya menatap Asha dengan raut wajah santai seolah terjadi apa-apa.

"Lepasin, Xel." Asha berusaha melepaskan tangan Axel dari pinggangnya namun sepertinya lelaki itu tidak peduli.

"Bikin apa?" tanya Axel tak menghiraukan wajah merah padam milik Asha,

"Tadinya mau bikin kentang goreng, tapi makan daging Axelino Dewa Adelline kayak nya enak," tekannya dengan perasaan dongkol.

Axel terkekeh mendengar itu, "mau cosplay jadi kanibal, hm?"

"Harus. Biar bisa musnahin cowok mesum kayak lo," Asha tersenyum smirk setelahnya.

Axel tertawa mendengar itu. Ia lantas melepaskan tangannya. Bukan, bukan karena takut, tapi karena kasihan melihat wajah milik Asha yang tertekan.

"Ngapain ke sini?" ulang Asha menatap kesal Axel,

"Emang gak boleh?" tanya lelaki itu polos.

Asha yang mendengar nya pun geram sendiri, "ya lo mikir aja! Kalo lo ke sini, terus di sana Kiran sama siapa, bodoh?" umpat Asha kesal yang langsung mendapat tabokan di bibir dari tangan Axel, "mulutnya.."

Asha tidak mempedulikan ucapan Axel. Gadis itu lantas melanjutkan kegiatannya memotong kentang yang membentuk panjang menjadi beberapa biji lalu memasukkannya ke wajan yang penuh minyak panas.

"Kenapa ke sini?" tanya Asha untuk yang kedua kalinya,

Wajah Axel menjadi sangat keruh, "kuping gue pengang terus ngedengerin suara Kiran. Padahal gak enak di denger, mana mulutnya bau neraka," adunya di balas kekehan oleh Asha. Kiran aja cerewet Axel tidak suka, bagaimana dengan dirinya?

"Lo mau minum apa?" tanya Asha tanpa menatap Axel. Gadis itu sedang sibuk membuat saos tomat.

"Susu," ujar Axel.

Sebelum Asha mengangguk, lelaki itu kembali melanjutkan ucapannya membuat Asha menatap lelaki itu nyalang, "tapi susu murni, asli dari pegunungannya," ujar Axel sembari menatap dada Asha sambil menjilat bibirnya.

Asha yang tak tahan pun menyodorkan pisau ke arah Axel, "pergi, sebelum gue mutilasi," ujarnya penuh dengan nada bak psikopat.

"Kalo gue lo bunuh, terus siapa yang bakal cium, hisep, sama gig--" Asha terlebih dahulu menabok bibir Axel menggunakan spatula yang sedang ia pegang. Asha heran dengan jalan fikiran lelaki itu, mengapa yang keluar dari mulutnya hanya kata-kata kotor saja? Atau memang, otak nya sudah tercemar dahulu.

"Kok di tabok pake spatula sih? Gak sama yang itu aja?" Axel menunjuk bibir Asha menggunakan lidanya yang sengaja ia julurkan membuat Asha semakin yakin ingin menggorok dan memanipulasi, mencincang bibir Axel sampai lelaki itu tidak bisa berkata kotor lagi.

"Pergi, Axel. Kasian Kiran sendiri di sana," ujar Asha mulai melunak.

"Gak mau, maunya di sini nemenin lo," Axel kembali memeluk Asha sembari menciumi pipi gadis itu sebentar.

Asha yang sudah teramat sangat kesal pun mendorong dada Axel kuat, "pergi, abang." ujar Asha lembut namun penuh penekanan. Axel yang mendengar kata 'abang' pun hanya bisa pasrah. Kalau Asha  sudah menyebutnya abang, berarti gadis itu sudah kesal dan tidak mau menuruti keinginannya. Padahal, niat Axel ingin kembali menggodai Asha seperti tadi. Bodo amat dengan Kiran. Ia tidak peduli mau apa yang di lakukan oleh gadis itu.

Asha tersenyum manis ke arah Axel lalu mengusap pipi laki-laki itu lembut. Lelaki singa seperti Axel harus di lembutin, "sana ke Kiran. Dia pasti bingung cuman sendirian di sana."

KAKAK TIRI GUE MESUM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang